DUA PULUH

1.6K 70 21
                                        

Buat yang udah sempat baca bagian ini, tolong dibaca ulang lagi ya, soalnya aku udah revisi habis-habisan hehe. Makasih 😃😃

Dua minggu kemudian ...

Semuanya telah berubah menjadi sedikit lebih indah. Ziva yang ceria sudah kembali masuk ke dalam dunia nyatanya.

Ia mulai sadar jika masalah yang menimpanya akan menghilang seiring berjalannya waktu. Ia sudah dapat menerima takdir. Ia sudah dapat mengikhlaskan kepergian ibunya. Ia sudah dapat memaafkan Andre. Ia sudah mau diajak berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya.

Namun, ia masih bimbang dengan perasaannya.

Ia masih belum bisa membenci Derviano.

Meskipun selama ini Ziva selalu berusaha untuk menjauhi Derviano

Tapi ia tidak dapat membohongi perasaannya, jika ia sangat merindukan pria bermata sipit itu.

Bolehkah ia menarik ucapannya?

.
.
.
.
.

Udara yang diam begitu indah menghadirkan bola matahari yang berkilauan di balik rerumputan hijau.

Di atas sana burung-burung tampak berkicau dengan suara merdu, membuat siapa saja yang mendengarnya akan tersenyum bahagia.

Sama halnya dengan Ziva, hari ini ia kelihatan lebih bersemangat dari hari-hari sebelumnya.

Ekspresi murung yang selalu menghiasi wajah datarnya dibiarkan menghilang begitu saja digantikan oleh seurat senyuman manis yang menggetarkan hati.

Rambut hitam panjangnya pun dibiarkan tergerai ke belakang dengan perpaduan bando biru laut yang membuat dirinya kelihatan semakin manis dan girly.

Dengan bersemangat ia melangkahkan kakinya di atas koridor sekolah sambil sesekali mengeluarkan siulan-siulan kecil.

Tak jarang juga ia memamerkan senyum termanisnya kepada setiap orang yang menyapanya dengan ramah.

Semenjak kejadian yang menimpa keluarganya waktu itu, Ziva memang sering menjadi bahan perbincangan di kalangan siswa maupun guru. Banyak di antara mereka yang merasa iba dengan gadis itu dan lebih memilih untuk melupakan gosip yang sempat membuat nama baik Ziva menjadi tercoreng.

Jadi tak heran jika saat ini banyak orang yang ingin berteman dengan Ziva.

Sesampainya di kelas, gadis itu langsung meletakkan tas sekolahnya dengan asal, lalu menyambar novel karya Tere Liye, kemudian beranjak pergi meninggalkan ruangan kelas yang masih sepi.

"Masih ada waktu setengah jam lagi," batinnya.

Ia pun berjalan dengan santai menuju kantin mbak Susi yang saat ini sedang ramai diperbincangkan oleh masyarakat Budi Murni, karena bumbu pecal buatannya yang terkenal sangat enak.

Sesampainya di sana, Ziva langsung memesan sepiring nasi goreng dan segelas teh manis panas yang akan menjadi menu sarapan paginya.

Sembari menunggu pesanan datang, gadis itu terlihat asik membolak-balik lembaran novel lama yang belum sempat ia baca sejak kemarin.

Namun,

Saat ia hendak membuka lembaran berikutnya. Matanya tak sengaja bertemu dengan sepasang mata yang juga melirik ke arahnya.

Mata mereka saling menatap dalam waktu yang cukup lama, sampai akhirnya ...

"Hai, Dervi."

Ziva terbelalak kaget. Ia melihat sosok seorang gadis tiba-tiba datang, mengganggu aktivitas mereka dan langsung menghambur ke dalam pelukan Derviano.

Behind The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang