TUJUH BELAS

1.6K 89 26
                                        

Ah, dia membuat ku penasaran saja.

Tunggu.

Penasaran? Aku penasaran dengannya? Tidak mungkin lah! Aku membencinya, aku sangat membencinya!

Tapi, mengapa aku terus memikirkannya? Ck! Ini semua pasti karena aku terlalu banyak memakan bumbu pecalnya mbak Susi yang badannya mirip dengan gitar spanyol. Begini kan jadinya, otak ku jadi terkontaminasi dan tidak bisa diajak berpikir jernih.

"ARGHHH ..."

Aku berteriak sekencang mungkin, meluapkan seluruh kekesalanku.

"Jangan ulangi tingkah bodoh lo lagi der, jangan."

"Lo gak boleh nanyain kabar dia lagi."

"Jangankan nanya kabar, senyumin dia juga gak boleh."

"Haram hukumnya."

"Lo harus bersikap cuek, seolah-olah lo gak peduli sama dia."

"Emangnya sejak kapan gue peduli sama dia? Sial!"

Aku mengacak-acak rambutku, merasa frustasi.

"Kayaknya tadi gue kesurupan hantu belakang sekolah deh, iya. Gue tadi kesurupan."

"Aish!"

Author POV.

Derviano melangkahkan kakinya, melewati seluruh siswa-siswi yang tengah asik bergosip ria di koridor sekolah.

Perasaannya benar-benar kalut saat ini. Bayangan gadis itu selalu mendominasi pikirannya.

Ia berjalan memasuki kelas dan langsung mendudukkan bokongnya di tengah-tengah kedua sahabatnya-- Ardi dan Kelvin.

"Muka lo kusut amat Der, kayak sempak bekasnya si Ujang Salimin," ucap Kelvin dengan wajah tak berdosa.

"Napa lo? Cinta lo ditolak sama mbak Susu lagi ya?" tebak Ardi asal.

"Susi anjir Susi! Lo kira mbak Susi punya susu?"

"Emang punya bego! Gue udah pernah liat soalnya."

"Lah! Lo cuma liat doang? Gue udah pernah ngerasain malahan," jawab Kelvin tanpa ragu.

"Wah! Gila! Punya mbak Susi besar gak? Lembek gak? Enak gak?" tanya pria bernama Ardi tersebut dengan begitu antusias dan semangat.

"Emm ..." Kelvin tampak berfikir sejenak, kemudian kembali melanjutkan perkataannya.

"Besar, kayak buah semangka!"

Mata Ardi tampak berbinar-binar, membuat wajahnya semakin tambah lucu dan menggemaskan.

"Kelvin ..." panggil Ardi dengan nada yang sedikit menjijikkan.

"Hmm!?" sahut Kelvin tanpa menatap lawan bicaranya itu.

"Gue boleh minta nomornya mbak Susi gak?" tanyanya dengan tak tau malu, membuat siapa saja ingin menjitak kepala pria itu sampai bocor.

"Enak aja lo tinggal minta-minta. Usaha dong! Gue aja harus minta tanda tangannya Andika Kangen band dulu baru dikasih nomor handphone sama mbak Susi."

"Yah!! Gagal deh rencana gue buat ngencani mbak Susi," ucap Ardi dengan wajah yang ditekuk.

"Padahal gue udah kebelet pengen meras punya nya mbak Susi," tambahnya lagi.

Derviano hanya geleng-geleng kepala, tidak tahan mendengar percakapan kedua sahabatnya yang sedikit ambigu.

"EMAK LO BERDUA NGIDAM APAAN SIH? KOK BISA NGELAHIRIN ANAK YANG OTAKNYA GESREK KAYAK GINI?" teriak Derviano, membuat kedua sahabatnya terpaksa harus menutup telinga rapat-rapat karena tidak mau terkena kanker kuping.

Behind The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang