Seorang cowok meraih kemeja sekolahnya yang ia sampirkan di kursi pinggir lapangan. Kaos abu-abunya basah oleh keringat.
"Axel, tolong kesini!" Bu Nisa melepaskan kacamatanya yang melorot.
Lelaki itu berjalan gontai dari lapangan menuju depan ruang piket dengan kemeja seragam yang ada ditangannya.
"Kok seragamnya dilepas-lepas gitu?" tanya Bu Nisa dingin begitu lelaki-yang diyakini bernama Axel-itu sudah ada dihadapannya.
"Ini saya baru mau pakai, tapi udah keburu dipanggil sama ibu." jawab Axel enteng.
"Pagi-pagi gini kok udah keringatan begitu. Jorok, ih!".
Raut wajah Bu Nisa tiba-tiba berubah dari kesal, menjadi, bergidik ngeri. Bu Nisa menutup lubang hidungnya.
"Kamu itu, ya! Bau banget! Masih pagi loh! Kok udah main dilapangan gitu. Mainin apa sih, kamu?" lanjut Bu Nisa dengan sangat kesal.
"Tenang aja, bu. Yang pasti saya gak mainin hati ibu kok." sekali lagi, jawaban Axel membuat Bu Nisa ingin menjewernya sampai telinganya putus.
"Pakai seragamnya cepat!" ketus Bu Nisa.
"Iya. Dari tadi saya mau pakai, nih. Tapi ibu nya malah ajak ngobrol terus.".
"Kamu ini....".
Axel berlari kencang menjauh dari Bu Nisa yang sudah siap untuk menjewernya.
---:-:-:---
Tugas biologi mengharuskan Eliza untuk mendatangi perpustakaan sekolah pada jam istirahat.
Dengan teliti, Eliza mencari judul buku yang diinginkannya.
"Mau pinjem ensiklopedia?". Tiba-tiba buku tebal yang berisi tulisan berilmu pengetahuan alam itu meluncur tepat didepan wajah Eliza, dari tangan seorang cowok yang terlihat kekar tapi tidak berisi.
Eliza meminggir ke kiri selangkah, mengambil bukunya tanpa melihat ataupun melirik ke sebelah kanannya, dan tidak peduli dengan siapa yang memberikan buku itu. Dari suaranya saja, Eliza tidak perlu menebak dan sudah tahu siapa cowok yang memberikan buku itu.
"Bilang 'terima kasih' kek. Gak sopan banget. Najis.".
"Emang dia sopan? Huh. Gak ngaca." Eliza menggumam.
Kemudian, Eliza pergi, tanpa melihat wajah Axel sama sekali. Ia meninggalkan perpustakaan dengan buku ensiklopedia tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
He's Axel
Novela JuvenilEliza tidak tahu kenapa cowok berbadan kurus ceking dan jangkung itu selalu mengganggu dan membuatnya kesal. Selalu ada saja ledekan yang membuatnya benci kepada cowok itu. Cowok itu juga selalu berhasil membuatnya menahan seluruh emosi sampai di ti...