Seperti biasa dan seperti hari-hari sebelumnya, kegiatan Axel tidak ada yang berubah, yaitu mengganggu kesenangan Eliza, membuat Eliza marah dan kesal. Itu yang Axel inginkan setiap harinya, karena baginya, Eliza kelihatan sangat lucu saat mencak-mencak sendiri tak jelas dengan wajah memerah dan pipi mengembung. Tak jarang Eliza bersikap sinis dan galak ketika mereka bertemu.
Sikap Eliza yang pemarah itu membuat rasa penasaran Axel terhadap gadis mungil itu semakin bertambah. Walau sudah mengenalnya dari SD, tetap saja Axel tidak tahu apa yang membuat gadis mungil itu selalu marah dengannya. Separah itukah keisengan Axel sampai membuat gadis itu naik pitam? Axel sendiri tidak tahu mengapa bisa sampai terobsesi pada perempuan bernama Eliza Ketlinza itu.
Satu hal yang membuat Axel selalu bisa bersama Eliza, yaitu karena orangtua Eliza sangat percaya kepada Axel dan menitipkan Eliza kepadanya. Padahal, Axel-lah yang selalu mengganggu Eliza.
"Gak bosen lu, ngeganggu hidup Eliza terus? Gue kasihan lihat dia-nya." kekeh Dilan. Karena Rey dan Dilan baru saja menyaksikan adegan live adu mulut antara Eliza dan Axel. Walau, mereka sering melihatnya terjadi.
Axel terkekeh pelan.
Tidak akan pernah bosen, batin Axel.
---:-:-:---
Ezra membuka pintu kamar Eliza. Dia melihat Eliza masih meringkuk seperti kepompong yang dibalut selimut tebalnya. Ezra menghela napas. Mengapa dia mempunyai adik perempuan pemalas seperti Eliza?
Ezra mendekati kasur, lalu mencodongkan wajahnya ke wajah Eliza. "ELIZA KETLINZA KEBOOO! BANGUN OY! UDAH MALEM! TELAT SEKOLAH, CUY!" teriak Ezra tepat di telinga Eliza.
Eliza memukul kepala Ezra saat itu juga. "Abang jahat! Gak punya perasaan! Kalo kuping gue berdarah, itu salah bang Ezra." cibirnya. Ia mencoba seluruh jiwa dan raganya untuk bangun, tapi matanya tetap terpejam. Serasa berat untuk dibuka matanya. Matanya seperti sudah melengket.
"Cepetan mandi, kebo.". Ezra menatap Eliza kesal.
"Bodo.". Eliza menyamankan posisi tidurnya lagi.
Ezra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Entah harus bagaimana lagi untuk membujuk Eliza agar segera bangun dari tidur nyenyaknya.
Lalu ide muncul dari benak Ezra.
"Ada Axel. Lu ke sekolah sama dia. Abang capek, lelah habis ngerjain tugas semalam di kampus." kata Ezra.
Eliza masih tidak bergerak dari posisinya.
Ezra berdecak kesal. Masalahnya, Elizabeth, mama mereka, yang menyuruh lelaki itu untuk membangunkan Eliza. Jika dia tidak berhasil membangunkan Eliza dan membuat gadis itu mandi saat ini juga, Elizabeth tidak akan mengizinkan putranya untuk berangkat kuliah dengan mobil, Ezra akan terpaksa menaik transportasi umum.
Ide menyala lagi dari benak Ezra.
"Eliza, ada Gino, cowok yang lu taksir itu. Dia dibawah, mau berangkat ke sekolah bareng." bisiknya pelan di telinga Eliza.
Mata Eliza sontak terbuka lebar, lalu menatap Ezra dengan tatapan tak percaya. Gino memang pernah mengantarnya pulang sampai dirumah, dan mungkin itu alasannya jika Gino tahu letak rumahnya.
Eliza langsung lari terbirit-birit menuju kamar mandi. Ezra menatapnya sambil menggeleng-geleng kepala dengan kekehan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Axel
Novela JuvenilEliza tidak tahu kenapa cowok berbadan kurus ceking dan jangkung itu selalu mengganggu dan membuatnya kesal. Selalu ada saja ledekan yang membuatnya benci kepada cowok itu. Cowok itu juga selalu berhasil membuatnya menahan seluruh emosi sampai di ti...