Bel istirahat pun akhirnya berbunyi. Eliza sama sekali tidak menyimak penjelasan guru tadi. Ia hanya tidur selama pelajaran berlangsung karena semalam ia tidak bisa tidur. Ditambah lagi, ia beradu mulut dengan Ezra sepulang sekolah kemarin hanya karena Eliza mengambil snacks milik Ezra.
"Liz, ke kantin, yuk! Gue traktirin!" ajak Jocelyn.
Eliza masih tetap terdiam dibangkunya.
"Liz." panggil Jocelyn.
Masih tidak ada respon.
"Liz." panggil Jocelyn, lagi.
"Udah, lah. Palingan Eliza lagi bete. Gue sama Jocelyn ke kantin duluan, ya. Ntar kalo ada kak Gino, kami suruh kak Gino samperin elu dikelas. Oke?" goda Rachel.
Eliza langsung tersenyum lebar saat mendengar nama 'Gino'. Namun, tak sampai lima detik, senyuman lebar itu mudar dan wajah Eliza kembali datar begitu nama 'Axel' terlintas dipikirannya.
"Liz, ada apa, sih? Kalo ada apa-apa, lo selalu bisa cerita ke gue sama Jocelyn." bujuk Rachel.
Eliza tersenyum miris. "Gak usah khawatir sama gue. Gue cuman capek gara-gara di omelin sama bang Ezra, kok.".
Jocelyn berdecak kesal. "Udah jelas lo lagi mikirin sesuatu!".
Rachel langsung menyentil jidat Jocelyn. "Ssssttt... Itu Eliza nya lagi bete, jangan dipaksa, ntar Eliza juga curhat sendiri kok ke kami. Ya udah, gue sama Jocelyn caw ke kantin, ya! Mau nitip batagor?".
Eliza menggeleng. Membuat Rachel mendengus jengkel melihat perilaku sahabat mungilnya itu.
Rachel dan Jocelyn pun pergi meninggalkan kelas untuk mengisi perut mereka di kantin.
Kelas sepi. Hanya ada Eliza.
Hentakan kaki orang terdengar oleh Eliza. Eliza mendongakkan kepalanya dan mendapati Axel sedang berjalan kearahnya.
"Xel? Ngapain kesini?" tanya Eliza.
"Tumben gak bareng Rachel dan Jocelyn." Axel malah berbicara sewot.
"Ngapain kesini?" Eliza mengulang pertanyaannya.
"Tumben dikelas aja. Biasanya lu paling semangat kalau ke kantin.". Axel seperti mengabaikan pertanyaan Eliza.
"Axel! Jawab gue!" bentak Eliza.
"Jawab apaan?".
"Ngapain kesini?".
"Cuman mau lihat apa kabar lo." kekeh Axel.
"Xel.". Eliza menatap mata Axel.
"Ya?".
"Mikaela Driaci, itu siapa nya elo?".
Mendengar pertanyaan itu, Axel tercenung. Tubuhnya sedikit kaku atas apa yang Eliza tanyakan.
"Kan lo tahu dulu gue suka sama dia. Tapi sekarang udah enggak, kok." jawab Axel lalu mengerlingkan matanya.
"Tapi kok gue gak tahu kalau lu itu dulunya pernah pacaran sama Mikaela?".
Sesaat Axel tidak bisa bicara apa pun seolah tenggorokannya tercekat. Kemudian, terdengar helaan napas olehnya. "Iya, Mikaela itu mantan gue.".

KAMU SEDANG MEMBACA
He's Axel
ספרות נוערEliza tidak tahu kenapa cowok berbadan kurus ceking dan jangkung itu selalu mengganggu dan membuatnya kesal. Selalu ada saja ledekan yang membuatnya benci kepada cowok itu. Cowok itu juga selalu berhasil membuatnya menahan seluruh emosi sampai di ti...