30th

59 2 0
                                    

Tiga tahun kemudian...

Axel mendatangi rumah Eliza untuk siap-siap pergi menonton film dengannya jam setengah delapan nanti. Mereka berdua sedang mengobrol asyik di ruang tamu ketika Elizabeth menghampiri mereka.

"Eh, malam tante." sapa Axel.

Elizabeth tersenyum hangat menatapnya.

"Tante udah balik dari London?" tanya Axel sambil mencium tangan Elizabeth.

"Iya, ini tante baru sampai tadi siang. Gimana kabar mu, nak? Oh, ya, dan Eliza baik-baik aja kan di kampus?".

Eliza mengernyit. "Lah? Emang Eliza anak nakal? Helooow?".

Selagi senyum terpulas, Axel menyahut. "Eliza sering datengin dosen karena sering ketinggalan materi.".

Eliza memutarkan bola matanya malas. "Kan gue juga sibuk modeling kali. Lah elu? Sibuk bolak-balik kesana sini untuk latihan basket, dan itupun gak ada niat untuk nemuin dosen." cibirnya.

"Eh, udah ah. Ntar ujung-ujungnya suka ribut kalian mah." Elizabeth melerai.

Axel menyikut lengan Eliza. "Jangan buat gue kelihatan buruk di depan calon mertua gue, dong.".

Eliza terkekeh pelan. "Iye iye.".

Lalu Elizabeth menjentikkan jarinya begitu wanita bertubuh langsing yang masih cantik di usia akhir '50-an itu baru menyadari sesuatu.

"Kenapa, ma?" tanya Eliza yang melihat mama nya bersikap aneh.

"Mama baru nyadar sesuatu. Liz, ambilin oleh-oleh yang mama bawain untuk Axel di kamar belakang, gih. Mumpung Axel-nya ada disini.".

Axel menggaruk-garuk kepala karena merasa tak enak hati. "Duh, jadi ngerepotin tante, deh.".

"Gak apa-apa. Itu oleh-olehnya sekalian untuk mami papi kamu juga." kata Elizabeth sambil terkekeh geli.

"Ya udah. Makasih, tante.".

"Sama-sama, Xel. Oh, ya. Nitip salam ke mami papi kamu, ya.".

Axel mengacungkan kedua ibu jarinya dan mengangguk mantap. "Siap, tan.".

Lalu Elizabeth pergi masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Eliza berjalan meninggalkan Axel sendirian di ruang tamu untuk mengambil barang yang disebutkan mama nya tadi.

Tak lama setelahnya, Eliza datang membawa kantung plastik besar.

"Waaah... Isinya apa, nih?" tanya Axel penasaran sambil menilik sedikit isi kantung plastik yang Eliza taruh di atas meja ruang tamu.

"Mending bukanya pas lo pulang aja, deh." kata Eliza.

Axel mengangguk-anggukkan kepalanya. "Thanks, ya.".

"Bilang 'thanks' ke nyokap gue dong.".

"Nanti gue bilangnya lewat mami gue.".

Eliza hanya mencibir.

---:-:-:---

Suara decitan sepatu dan pantulan bola basket melebur menjadi satu di telinga Eliza yang tengah duduk di pinggir lapangan.

Eliza bertepuk tangan dengan semangat kala Axel berhasil memasukkan bolanya ke dalam ring. Sampai akhrinya coach mereka melihat stopwatch dan meniup peluit tanda berakhirnya waktu bermain para pemain.

Axel berlari menuju pinggir lapangan. Cowok itu duduk disamping Eliza. Napas Axel terengah, keringat bercucuran di dahinya yang langsung dikeringkan dengan handuk yang tersampir di bahunya.

He's AxelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang