21st

56 3 0
                                    

Axel membuka kaosnya, lalu melompat ke kasur dengan lelah. Akhirnya ia bisa bertemu dengan kasur setelah tiga jam bertanding basket melawan sekolah lain.

Pikirannya memutar kejadian yang terjadi sewaktu pertandingan basket berlangsung. Saat itu mata Axel menangkap sosok Eliza yang sedang bersorak-sorak dengan yang lainnya di bangku penonton. Namun, ia tidak melihat Mikaela.

Axel tahu bahwa Mikaela sekarang sudah menjadi pacarnya, lagi. Namun, walau ini hal sepele, Axel benar-benar kecewa karena tidak melihat Mikaela yang sama sekali ikut bersorak di pertandingan. Tapi, melihat Eliza hadir dan ikut turut bersorak dan menonton pertandingannya, cukup membuatnya tersenyum sendiri.

"Axeeel".

Seketika mata Axel yang baru saja ingin tertidur langsung terbuka, matanya menyipit mendengar suara seseorang yang terdengar familiar.

"Axelius!".

"Masuk aja." ucap Axel pasrah. Ia sudah lelah, namun mengapa harus ada sesuatu yang mengganggunya.

Kenop pintu kamar Axel yang tidak terkunci pun berputar.

"Ax... AXEEEEEL!" Eliza berteriak histeris.

Axel berdecak kesal. "Apaan, sih? Datang-datang malah teriak gak jelas kayak Tarzan.".

"Pakai bajunya cepetan!" perintah Eliza.

"Astagaaa... Are you kidding me? Cuman gara-gara gue telanjang dada? Helaaaw? Lu udah ngelihat gue telanjang dada beberapa kali, harusnya udah biasa kali." protes Axel kesal.

"Cepetan! Apa gunanya baju kalo gak dipakai! Buruan pakai!" paksa Eliza.

"Iya iya, dasar emak bawel." ketus Axel.

Axel mengambil salah satu kaos berbahan nyaman di lemari baju nya dan memakainya.

"Nah, gitu dong. Bagus." ucap Eliza lega.

"Kalo ngelihat gue telanjang dada histeris, gimana entar pas malam pertama pernikahan." ucap Axel sambil menyeringai.

"IIIIIH! AXEL MESUM!" teriak Eliza.

"Gila gila, telinga gue pecah.". Axel mengorek telinganya. Kesakitan. Teriakan Eliza benar-benar mengalahkan suara alarm kebakaran.

"Nih, buku catatan Biologi lu ketinggalan di rumah gue." kata Eliza seraya menyodorkan buku catatan Biologi ke Axel.

"Makasih.".

"Sama-sama.".

"Liz, I want to tell you something.".

Eliza mengernyit. "Tell me what?".

Eliza langsung duduk di samping kasur.

Axel menatap Eliza dengan tatapan iba dan beringsut duduk mendekat Eliza.

Eliza yang merasakan hal aneh, lantas berkata, "Lo gak ngapa-ngapain gue, kan?".

Axel melotot, lalu menjitak jidat Eliza lumayan kencang.

"Sakit!" ringisnya.

He's AxelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang