24th

42 2 0
                                    

Tiga minggu berlalu begitu saja. Dan, hari ini Eliza dan Gino bersama pengurus OSIS lainnya akan berangkat ke Yogyakarta untuk liburan singkat. Axel yang mendengar kabar mendadak tersebut langsung terlonjak kaget.

"Bawa baju gak usah banyak-banyak, deh. Kesana cuman tiga hari, kan?." komentar Axel.

Eliza mencibir. "Ngoceh mulu lo dari tadi.".

"Itu, kok, ada kotak arloji cowok? Selera lo jelek banget, dah." kata Axel.

Eliza tersenyum, tapi tidak menjawab.

Axel memicingkan matanya, berusaha mencari jawaban dari ekspresi di wajah Eliza. "Ada hubungannya sama Gino, ya?" tebak Axel.

"Yah, begitu, deh.". Eliza menunduk malu. "Besok dia ulang tahun.".

Alis Axel terangkat. "So?".

"Gue beli arloji ini, deh.".

Axel memutarkan bola matanya, entah mengapa ia menjadi muak dengan apa pun yang bersangkutan dengan Gino. Ia juga sedikit kesal dengan Eliza, cewek itu masih pacaran dengan musuhnya, Gino. Bukannya Axel tidak mendukung atau apa, tapi ia khawatir jika Eliza akan terkesan sangat untuk berusaha mengambil hati Gino tanpa cowok itu sadari sendiri.

"Inget, you are still my bestfriend, kalo Gino macam-macam sama lo, kalo Gino nyakitin lo, kalo Gino buat lo nangis, gue akan kucel muka dan badan dia sampai habis." ucap Axel geram.

Lagi-lagi, Eliza hanya bisa tertawa setiap mendengar kalimat seperti itu dari mulut Axel. "Iyaaa, Xel. Lagian, gue udah brown belt di karate. Gue juga bisa bikin dia terkucel-kucel.".

"Yah, tapi kan, lo cewek, Liz. Hati lu lebih berdominan dari pada otak. Lo bisa mewek seharian kalo di putusin Gino, kan?".

Eliza tertawa geli. "Iya, deh. Udah, Xel. Anterin gue ke bandara, ya? Naik mobilnya Ezra aja. Ezra hari ini gak kuliah, dia ada di kamarnya. Yok!".

Sesudah Eliza dan Axel berpamitan dengan Ezra, mereka pergi menuju bandara.

---:-:-:---

Eliza berpelukan dengan Axel sesaat. Lalu melepaskannya, dan menampilkan senyuman manisnya. "Dadah, Xel! Jangan kangen, ya!".

Axel hanya bisa mendengus kesal. "Gue gak bakalan kangen sama lo, gak usah ge-er.".

"Jih. Cemberut terus, ih.".

"Yah, lo bakal keluar kota tanpa orang tua, gimana gue gak khawatir?".

Eliza tertawa. "Kan ada kakak-kakak kelas, tuh." katanya sambil menunjuk ke segerombolan pengurus OSIS sekolah SMA Jaya Merah.

"Ya udah, hati-hati, ya. Doa dulu di pesawat nanti.".

"Iya iya." kekeh Eliza, lalu ia berjalan menuju gerombolan tadi yang ia tunjuk.

Axel memandang Eliza tak rela. Namun tersenyum kala melihat Eliza dengan rambut pendek. Rambut Eliza dirapikan di salon, karena ada beberapa potongan tidak rata. Sehingga kini rambut cewek mungil itu hanya sepanjang leher. Namun, tetap terlihat lucu di mata Axel. Cewek itu masih terlihat mempesona di mata Axel.

---:-:-:---

"AYO, GUYS! Semua nyanyi barengan, yok, bersama diriku!". Seruan Rey disusul dengan teriakan heboh teman-teman di kelas XI-IPA-2. Mereka semua mengangkat tangannya ke atas, dan menari heboh layaknya di sebuah club.

He's AxelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang