Kalau bukan karena permintaan Rachel, kalau bukan karena paksaan Jocelyn, Eliza tidak akan melangkahkan kakinya menuju lapangan basket di sekolah. Untuk apa? Dua sahabat Eliza yang tidak berperikemanusiaan ini selalu memaksanya untuk mendekati sahabat cowoknya, Axel. Padahal Rachel dan Jocelyn tahu, Eliza benci saat-saat dimana harus dekat dengan Axel.
"Gak mau, ih!" elak Eliza.
"Harus!" paksa Rachel.
"Kenapa sih? Emang ada apa?" tanya Eliza.
"Dia temen cowok lu, jadi lu yang harus kasih ulangan IPS nya ke dia." jawab Jocelyn.
"Ih! Kalian kan tahu gue benci ketemu dia. Dia tuh nyebelin. Kadang, dia gak nyebelinnya tuh kalo dia ada maunya." Eliza menghentakkan kakinya kesal dengan raut wajah marah.
"Diem! Gak usah banyak bacot deh. Sebenci-benci nya lo sama Axel, dia juga temen lo dari lo SD." kata Rachel dengan mata melotot.
"Aaah... Plisss... Gue gak mau! Oke? Yah? Plis." rengek Eliza sambil memeluk lengan Rachel.
Jocelyn pun mengambil alih, dengan cara meneriakkan nama Axel dari pinggir lapangan.
Axel pun langsung menengok.
"APA?" teriak Axel.
"ELIZA MAU NGOMONG SAMA LO!" teriak Jocelyn.
Eliza melotot tajam kearah Jocelyn, Jocelyn hanya tertawa geli.
"SURUH ELIZA NYA AJA YANG KESINI! GUE MALES KESANA!" teriak Axel.
Eliza mendecakkan lidahnya kesal. Lalu, kakinya melangkah ke tengah lapangan dengan langkah lunglai.
Eliza bisa mendengar suara cekikikan dari arah belakang, yaitu suara dari Rachel dan Jocelyn.
Begitu Eliza sudah dekat dengan Axel.
Aiiiish... Ini anak jam segini udah keringatan aja. Ew!, batin Eliza.
Axel menengok ke belakang, kearah Eliza. Eliza tidak menyapa, atau mengatakan apa-apa. Ia hanya bisa menutup hidungnya karena Axel bau sekali. Tidakkah Axel bisa paham sedikit kalau ke sekolah apalagi masih jam sepagi ini, harusnya diam dikelas, dingin-dingin, berpakain seragam, dan tidak berkeringatan sama sekali!
"Gue harum ya, Liz?" Axel malah mengibas-ngibaskan baju kaus bagian belakangnya.
Eliza yang tidak mau dan males beragumen, langsung memberikan kertas ulangan IPS milik Axel.
Axel langsung mengambil kertas itu sambil tersenyum cengengesan.
"Pinter banget ya gue. Dapat nilai seratus. Gue gitu, loh." kata Axel dengan sok bangga.
"Palingan nyontek." cibir Eliza pelan. Tapi nyatanya, Axel masih bisa mendengarnya.
"Wih parah lo. Gue kerjain ulangan ini dengan hasil keringat gue sendiri, loh.".
"Bodo amat. Emang bener kok kalo lo suka nyontek.".
Axel pun menjulurkan tangannya kedepan. "Pegang nih hasil keringat gue!".
Astaga! Najis!, batin Eliza.
"Ih! Jorok!". Eliza menjauh.
Axel malah sengaja melangkah kedepan mendekati Eliza. Semua orang tahu bahwa Eliza benar-benar benci dengan yang namanya KERINGAT.
Axel pun mencolek pipi Eliza dengan jari yang berkeringatnya itu.
"IH!". Eliza akhirnya hilang kontrol. "JOROK BANGET, DASAR TAIK! GUE GAK PEDULI ITU KERINGAT LU ATAU ENGGAK TAPI KALAU GUE BILANG LU NYONTEK YAH ARTINYA ELU NYONTEK!".

KAMU SEDANG MEMBACA
He's Axel
Novela JuvenilEliza tidak tahu kenapa cowok berbadan kurus ceking dan jangkung itu selalu mengganggu dan membuatnya kesal. Selalu ada saja ledekan yang membuatnya benci kepada cowok itu. Cowok itu juga selalu berhasil membuatnya menahan seluruh emosi sampai di ti...