27th

52 2 0
                                    

Eliza sudah menunggu tigapuluh menit di ruang tamu. Menunggu Axel. Tadi saat di sekolah, Axel mengirimnya pesan mengatakan bahwa cowok itu akan datang ke rumahnya begitu pulang sekolah. Namun, sudah setengah jam, Axel belum juga terlihat. Eliza beberapa kali berjalan keluar rumah dan mengecek, ia juga melirik ke sebelah rumahnya, rumah Axel, motor Axel juga belum terlihat.

Eliza yakin, Axel akan datang. Pasti Axel datang. Tak lama, Axel datang. Ah, akhirnya. Eliza tidak mau dibodohi oleh Axel, ia akan marah besar jika Axel mengirim pesan tersebut namun tak datang-datang ke rumah, dan jika hal itu terjadi, untung sekali rumah mereka bersebelahan, dan maka itu Eliza akan mendatangi Axel dan menerornya.

"Kok lama?" tanya Eliza begitu ia melihat Axel baru menginjak lantai rumahnya.

"Macet." jawab Axel sewot. Jelas-jelas tadi jalanan sepi. Axel tadi curhat sedikit dengan Dilan. Maka itu ia datang ke rumah Eliza lumayan lama.

"Eh? Axeeel! Apa kabar? Tante kangen sama Axel." sahut Elizabeth lebay.

Kangen sama Axel?, batin Eliza sambil mengernyit.

"Baik, tante. Tante juga baik-baik aja, kan?" sapa Axel ramah.

"Iya, tante baik-baik aja, kok. Ngapain kesini?" tanya Elizabeth.

Eliza dengan cepat menjawab, "Kerjain PR.".

Axel dan Elizabeth sama-sama menautkan kedua alisnya.

"Maksudnya, Axel kesini mau kerjain PR bareng, ma." ucap Eliza lebih jelas.

"Oooh... Oke, ya sudah. Tante ke kamar, ya.".

Ketika Elizabeth meninggalkan Eliza dan Axel berduaan di ruang tamu, Eliza pun memulai percakapan dengan mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Axel mengangguk dan mengatakan bahwa ia juga ingin mengatakan sesuatu.

Lalu Eliza memberikan Axel sebuah bingkisan yang dibungkus dengan kertas kado, tapi plester yang menutupinya terlihat berantakan. Axel pun menerima bingkisan itu dan langsung membukanya. Ternyata, isi bingkisan itu adalah sebuah kalung liontin hati berwarna biru. Axel menatap kalung itu, tertegun. Kalung yang diberikan oleh Eliza itu adalah kalung yang sama persis dengan yang dipakai Eliza. Bedanya, milik Eliza adalah liontin hati yang berwarna pink.

"Sebenarnya gue mau kasih ini ke elu dari minggu yang lalu. Tapi ini kalungnya baru datang kemarin via pos." kata Eliza dengan wajah memerah.

Axel terkejut dan merasa malu menyadari bahwa dirinya tidak menyiapkan apa-apa untuk Eliza karena masih kesal dan marah. Apalagi ketika mendengar bahwa kalungnya dipesan khusus oleh Eliza untuk mereka berdua.

"Ehm... Gue cuman mau bilang...". Eliza terlihat kikuk, padahal dulunya Eliza dan Axel selalu adu mulut dan berkelahi seperti Tom dan Jerry. Lalu Eliza menatap manik mata Axel lekat-lekat. "Thanks, karena lu masih mau bersahabatan dengan gue. Walau mungkin ada banyak kekurangan yang lu gak suka dari gue. Dan sekali lagi, maafin gue, ya.".

Axel bisa mendengar ketulusan dari nada bicara Eliza yang membuatnya akan sangat gampang untuk memaafkan Eliza. Tapi jujur saja, itu bukan alasan kenapa Axel bisa memaafkannya, karena nyatanya, Axel selalu bisa memaafkan Eliza.

"Gue senang lo masih mau beri kesempatan buat gue untuk belajar banyak tentang lo." ucap Axel lembut.

Semburat merah semakin jelas terlihat dipipi Eliza.

"Itu aja yang mau lu bilang ke gue?" tanya Eliza.

"Iya, gitu doang.".

"Elu ada lagi yang mau diomongin sama gue, gak?" tanya Eliza lagi untuk memastikan.

Mau bilang apa ya?, batin Axel sambil menggaruk-garuk tengkuknya.

Terlalu banyak yang ingin dikatakan Axel, tapi sebenarnya hanya ada satu hal yang harus Axel sampaikan dan katakan kepada Eliza. Yaitu Axel sayang kepada Eliza. Axel hampir saja melepaskan Eliza karena satu hal yang tidak disukainya dari Eliza. Tapi, bukannya Axel juga harus bisa belajar menyukai hal itu agar mereka bisa melakukannya bersama?

"Liz, bahasa aliennya 'I love you' itu apa, ya?".

Eliza terkejut mendengar pertanyaan Axel yang sangat bodoh itu.

Tapi akhirnya, Axel melihat senyum yang berbeda diwajah Eliza ketika cowok itu mengatakan, "I love you, Eliza Ketlinza.".

He's AxelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang