18th

41 2 0
                                    

"Liz, mau makan apa?".

"Terserah. Elu yang milih duluan, gih.".

Gino menatap Eliza sekilas, lalu kembali melihat-lihat menu dihadapannya. Mereka sedang berada di sebuah kafe pada malam hari dalam rangka merayakan hubungan mereka selama sebulan. Sejak Gino menjemput Eliza di rumahnya hingga sampai ke kafe, Eliza melamun terus.

"Mikirin apa, sih? Kok kayaknya asyik sama pikirannya sendiri." tanya Gino setelah memesan makanan kepada pelayan.

"Eh? Eng-enggak apa-pa, kok.".

Wajah Gino yang selalu terlihat mempesona di mata Eliza, sekarang tampak... biasa saja. Pikiran Eliza benar-benar campur aduk. Pikirannya terus melayang ke sosok paling menyebalkan di planet, yah siapa lagi kalau bukan Axel. Walau menyebalkan, Eliza peduli. Peduli sih bukan kata tepatnya, mungkin, sayang? Ah.

Intinya, tubuh Eliza berada di sini, tetapi pikirannya melayang tak tentu arah.

---:-:-:---

"Xel, gue pulang sama lu, ya?" pinta Mikaela.

"Ehm... Ya." jawab Axel.

Mikaela tersenyum lebar lalu pergi.

Rey dan Dilan hampir saja menyemprot Coca-Cola dari mulut mereka.

"Xel, waktu itu lu anterin Mikaela pulang. Sekarang, lu mau anterin dia pulang lagi? Maksud lo apa, man!" tanya Rey.

"Gue juga gak tahu, Rey. Sejak Eliza jadian sama Gino, entah mengapa, hati gue jadi melembut ke Mikaela." jawab Axel dengan tatapan kosong.

"Iri?" tanya Dilan.

"Hah?".

"Lu iri sama Gino?".

"Hm.".

"Berarti lu suka sama Eliza." simpul Dilan.

"Yah, tapi, kan sekarang dia sama Gino. Dari ribuan lelaki di sini, napa harus Gino?!" ucap Axel dengan nada naik seoktaf seraya memukul meja kantin. Untung saja sudah pulang sekolah, tidak ada orang lagi selain mereka dan penjual makanan di kantin.

"Gino tuh bangsat, Xel. Mikaela juga bangsat. Tapi, hati lu melembut sama Mikaela. Kenapa Gino tidak? Karena Gino jadian sama Eliza. Lu suka Eliza, makanya gak sudi kalo Eliza pacaran sama Gino. Mikaela? Mantan lu yang gak tahu diri itu...".

"Eh tapi tunggu, gue kayaknya baru sadar sesuatu." potong Dilan.

"Ih! Gue lagi jelasin." rengek Rey.

"Alah banyak bacot lu, jelasin panjang lebar tapi gak ada maknanya." cibir Dilan.

"What do you have on mind, Lan?" tanya Axel.

"Mikaela dan Gino pernah ada sesuatu, and you must be remember that, Xel." kata Dilan.

"Ya, that old memories full of shit. Yes, of course I remember." jawab Axel.

"Oke oke, stop dulu. Jangan ngomong Inggris, deh. Sumpah, gue gak suka." sergah Rey. Mengingat bahwa nilai Inggris Rey paling merah di raport.

"Bolot Inggris, sih." cibir Dilan.

"Udah udah, lanjut.". Axel mulai frustrasi.

He's AxelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang