"Makasih, ya, kak Gino, udah mau nganterin." ucap Eliza sewaktu mobil Gino berhenti tepat didepan rumahnya.
"Sama-sama. Eh, makasih juga, Eliza, udah mau tolongin gue bawa berkas-berkas yang berat tadi dari ruang guru ke Ruang OSIS. Sampai lu keringatan." kekeh Gino.
Eliza hanya menyengir kuda.
Saat Eliza baru saja ingin membuka pintu mobil, motor Axel bersama pengendaranya bertepatan sekali melaju didepan mata Eliza dan Gino, dan motor itu berhenti didepan rumah yang letaknya disamping rumah Eliza.
"Liz, itu Axel?" tanya Gino seraya menunjuk kearah Axel yang baru saja turun dari motornya.
"Eh? Kak Gino kenal sama dia?" Eliza malah bertanya balik.
"Kenal lah. Gue kenal semua murid SMA Jaya Merah. Terus, itu rumah dia?" tanya Gino lagi.
"Iya.".
"Lu tetanggan sama dia?".
"Iya.".
"Oh.".
Eliza heran sekali dengan pertanyaan-pertanyaan Gino.
"Udah ya, kak. Saya pulang. Sekali lagi, makasih.". Lalu Eliza keluar dari mobil.
---:-:-:---
"Lama amat si Dilan. Gue udah laper, perut gue keroncongan. Gue kawinin dia sama kuda juga nih lama kelamaan." gerutu Axel. Kesal, karena sudah menunggu Dilan yang memesan makanan mereka bertiga; ditambah Rey.
"Sabar lah, Xel. Gue juga laper nih, bro. But you don't see me complain like you, right?" sahut Rey dengan tatapan masih tertuju dengan ponselnya.
"Sok bahasa Inggris lo. Jijik gue dengernya." cibir Axel.
Lalu, mata Axel memandang lurus ke depan, ia melihat Eliza dan Gino sedang berjalan berdampingan dengan tumpukkan kertas yang jumlahnya sangat banyak ditangan mereka. Axel juga menangkap sesuatu yang mengganggu pandangannya, Gino membisikkan sesuatu ditelinga Eliza yang membuat cewek itu tertawa kegelian.
"Woy! Ngeliatin apaan lu?" tanya Rey sambil menoyor kepala Axel.
Axel tersentak. "Eh? Ya? Apaan, Rey?".
Rey terdiam lalu menoleh ke arah pandangan Axel tadi.
"Lo ngeliatin Eliza? Atau Gino? Atau, Eliza dan Gino?" tanya Rey.
Axel menggeleng-geleng kepalanya.
"Hmmm... Kawan." Rey menggenggam tangan Axel, membuat Axel terlonjak kaget dengan perlakuannya.
"Kalau lu gak punya perasaan apa-apa sama Eliza, jangan ngeganggu dia, dan jangan buat dia marah terus. Jangan terlalu jahat sama dia juga. Cewek gak suka kalo dibikin ngambek sama cowok terus.".
Axel melongo. "Perasaan apa? Gue sama dia cuman sahabatan dari kecil kok. Dan, terlalu jahat gimana maksud lo? Gue ngerasa nggak pernah ngelakuin apa-apa ke dia. Malahan dia yang jahat ke gue. Dan justru dia yang bikin gue kesel terus, kadang.".
Rey melihat sekelilingnya. "Oke. Tapi, jangan kasih dia harapan palsu, ataupun harapan kosong. Pokoknya jangan kecewain dia. Karena, lu sendiri yang bakal nyesel. Walaupun dia nyebelin gitu, dia tetap sahabat lu.".

KAMU SEDANG MEMBACA
He's Axel
Fiksi RemajaEliza tidak tahu kenapa cowok berbadan kurus ceking dan jangkung itu selalu mengganggu dan membuatnya kesal. Selalu ada saja ledekan yang membuatnya benci kepada cowok itu. Cowok itu juga selalu berhasil membuatnya menahan seluruh emosi sampai di ti...