5th

67 5 2
                                    

"Maafin gue, Xel.".

Axel membenarkan posisi ponselnya.

"Maafin apa, sih?" tanya Axel dengan nada kesal.

"Yang waktu itu....".

"Yang mana? Kok gue lupa?" nada Axel terkesan dingin.

Rasa tak nyaman menggelayuti diri si lawan bicara Axel di telepon. Axel bisa merasakannya meski hanya lewat suara.

"Maaf soal waktu itu. Gak mungkin kamu lupa, aku aja inget terus sampai beberapa kali aku nangis cuman gara-gara waktu itu." ucap seseorang di seberang sana.

"Bacot ah, Mik. Lo kira gue gak lupa? Gue inget! Kejadian itu membekas di hati dan juga dipikiran gue! Gue gak peduli sekalipun lo nangis darah, gue males maafin lo. Gak usah sok pake "aku" dan "kamu" juga. Jijik gue dengernya dari mulut lu." kata Axel dengan nada naik seoktaf.

"Axel. Aku mohon, maaf...".

"Selamat malam, Mikaela." lalu Axel memutuskan hubungan telepon itu secara sepihak.

Ia menghela napasnya kasar, dan membaringkan tubuhnya diatas kasurnya yang berukuran king size. Menatap langit-langit kamarnya. Lalu pikirannya berubah, pandangannya tiba-tiba menuju plastik berisi nasi padang di atas meja belajarnya.

Dari Mikaela, batin Axel.

Lalu Axel bangkit dan hendak membuang plastik itu, begitu kakinya sudah sampai didepan tong sampah dan tangannya sudah siap untuk melepaskan, ia melihat sesuatu yang ia rasa harus dilihat.

Axel pun mengambil sepucuk surat itu, dan membukanya. Lalu membacanya,

Maafin gue, Xel. Tadi gue denger kalo lo mau tanding basket, tapi gue sibuk banget kerjain tugas ini itu jadinya gue gak bisa nonton pertandingannya. Jadi, gue beliin lu nasi padang kesukaan lu, karena gue tau lu pasti udah lelah letih sehabis tanding. Sekali lagi, maafin gue. Enjoy :)

Axel meremas kertas itu menjadi bentuk bola dan membuang kertas itu tepat sekali masuk ke dalam tong sampah.

---:-:-:---

Rachel dan Jocelyn melambaikan tangannya kepada Eliza dari meja yang biasanya ditongkrongi mereka.

"Kantinnya penuh, cuy. Buktinya, gue gak bisa beli baso kesukaan gue, jadinya gue beli batagor deh." kata Eliza begitu ia sudah menaruh nampan makanannya diatas meja kantin.

"Iya, ih. Tumben hari ini kantinnya penuh banget. Udah kayak pasar malam aja. Gue juga, gak bisa beli siomay, jadi gue beli mi rebus aja." kata Rachel.

"Kalian harusnya ikutin cara gue, gue selalu bawa bekal." sahut Jocelyn.

"Nyokap gue gak bisa masak." jawab Rachel.

"Masak sendiri lah! Udah dewasa juga." cibir Jocelyn.

"Ajarin laaah." kata Rachel sambil memanyunkan bibirnya.

Tiba-tiba, saat mereka bertiga sedang asyik dengan makanannya.

"Tiga cewek tak boleh...".

"Awas, Axel!" usir Eliza.

"Galak amat, mbak.".

"Ngapain sih lo ada disin...".

"Kalo seneng ada Axel disini mah bilang aja, Liz." timpal Jocelyn.

Eliza melotot tajam kearah Jocelyn lalu menendang kaki Jocelyn dari bawah meja, membuat Jocelyn meringis kesakitan.

He's AxelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang