29th

53 2 0
                                    

Pukul enam pagi, Eliza sudah berada di sekolah. Hari ini sekolah dibubarkan, tapi pengurus OSIS tetap ke sekolah untuk mempersiapkan kegiatan MOS yang akan dimulai minggu depan. Jabatan Eliza di SMA Jaya Merah sekarang adalah Ketua OSIS. Tidak menyangka, karena tahun lalu, jabatan tersebut masih dipegang oleh Gino. Rasanya berat. Eliza seakan-akan bernostalgia dengan kenangan indahnya semasa menjadi Wakil Ketua OSIS tahun lalu bersama Gino. Gino yang bawel, Gino yang sibuk, Gino yang bakal mengumpat kala tugas tidak terlaksanakan sesuai perintahnya, dan kini Gino sudah tidak ada. Secara harfiah, benar-benar sudah tiada. Namun Eliza sekaligus senang, ingin membanggakan dirinya sebagai Ketua OSIS untuk Gino. Demi Gino. Ia yakin, Gino menyaksikan dari atas.

Cewek itu naik ke lantai dua, memasuki Ruang OSIS. Lalu ia duduk di bangku nya sambil membuka laptop. Tiba-tiba terdengar suara bunyi gedubrak dari kursi belakang yang membuat Eliza menjerit ketakutan.

"Ini gue, Liz.". Suara serak seseorang menyapanya.

Eliza berbalik, dilihatnya Axel muncul dengan wajah yang masih ngantuk dan rambutnya berantakan. "Kok bisa disini, Xel?".

"Yah lo kan tahu sendiri kalo gue suka bangun kesiangan. Apalagi hari ini ada rapat OSIS. Ya udah, gue buru-buru berangkat ke sekolah jam empat pagi, lalu kesini and then tidur." jawab Axel.

Axel menjabat sebagai Ketua OSIS Basket, omong-omong.

"Rajin amat." kekeh Eliza.

"Entar kalo gue datang terlambat, ibu Ketos ngomel-ngomel ke saya lagi." ledek Axel.

Eliza memutarkan bola matanya malas. Lalu ia melotot kearah Axel. "Betewe, lo tuh niat amat ke sekolah jam empat. Gue tahu kalo elu emang susah bangun pagi, makanya belajar! Jadi OSIS, harus sudah bisa bangun pagi. Dan, datang ke sekolah di atas jam lima itu gak baik, bisa aja ada orang jahat yang macam-macam ke elu. Apalagi tadi kondisi lu lagi tidur di belakang Ruang OSIS." celoteh Eliza panjang lebar.

"Gak apa-apa, sehat." jawab Axel asal.

"Gila lu.".

"Iya, aku gila karena kamu." goda Axel.

Sekesal-kesalnya Eliza kepada Axel, entah mengapa Axel selalu bisa terlihat menggemaskan di mata Eliza, membuatnya tidak tahan jika harus marah-marah dengan Axel berlama-lama.

"Selesai ini, kita jalan-jalan, yuk." kata Axel.

"Kemana?".

"Secret, laaah.".

---:-:-:---

Mereka sampai di tempat tujuan. Axel menarik tangan Eliza untuk turun dari motor dan seakan tak sabar untuk menunjukkan sesuatu kepada Eliza.

Eliza terperangah luar biasa. Mereka berada di atap salah satu bangunan tinggi di Jakarta.

"Bagus, gak?".

Eliza menoleh dengan mata berbinar-binar. "It's amazing!".

"Mau foto?".

Eliza mengangguk dengan semangat.

Mereka selfie berdua sambil menunjukkan pemandangan indah ibukota sebagai background.

Setelah itu, keduanya setuju untuk meng-upload foto yang sama di akun instagram mereka. Eliza sempat meledek Axel tentang angka likes mereka padahal Axel meng-upload fotonya lima detik lebih dulu sebelum Eliza.

"Lagian, followers gue emang lebih dikit daripada punya elo." cibir Axel.

Eliza terkekeh pelan.

He's AxelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang