Tepat saat Eliza berhadapan dengan Axel dan Mikaela yang sedang bergandengan. "Axel.".
Axel dan Mikaela berhenti berjalan. Keduanya menatap Eliza dengan tatapan bingung.
"Semua organ tubuh lu gak akan berfungsi kalo lo berani nyakitin Axel." ucap Eliza sadis. "Inget itu.".
Sadar bahwa Eliza jago bela diri dari kecil, membuat wajah Mikaela pucat pasi. Tapi tentu Mikaela tidak ingin terlihat lemah, cewek itu melotot tajam kearah Eliza.
"Eliza, napa, sih?". Axel menjentikkan jarinya di wajah Eliza yang masih adu melotot dengan Mikaela.
"Diem lu, Xel.".
"Liz, Mikaela gak bakal nyakitin gue, lagi. Karena semestinya cowok yang ngejaga cewek, bukan cewek ngejaga cowok." Axel berkata final.
Sesuatu yang aneh kembali mencubit Eliza sehingga ekspresinya berubah beberapa detik. Eliza menoleh kearah Mikaela, tersenyum miring, lalu berjalan pergi meninggalkan mereka.
---:-:-:---
Axel berjalan menuju kelas Eliza. Sudah pulang sekolah, seharusnya Axel mengantar Mikaela pulang, namun ternyata Mikaela dijemput oleh ayahnya sendiri. Alhasil, Axel pun mencari Eliza, bertanya apakah cewek mungil itu ingin pulang dengannya.
Begitu sampai dikelas Eliza, kosong.
"Xel!" panggil seseorang yang sudah Axel kenal suaranya, Rey.
"Apa?".
"Ngapain disini? Gue cariin." cibir Rey.
"Mau pulang bareng Eliza.".
"Heh? Tadi gue lihat Eliza bareng Gino, kayaknya mereka pulang bareng.".
Mendengar hal itu, sungguh aneh, karena jantung Axel nyaris melorot ke bawah.
Wajah Axel langsung mengeras. "Kapan?".
"Tadi, bro.".
"Ya udah. Thanks. Gue cabut duluan, bye.".
Rey menatapnya dengan tatapan aneh.
---:-:-:---
"Lu lagi chatting sama siapa? Kok kayaknya seru amat.". Eliza tak lepas-lepas menatap Gino. Tersenyum kepadanya, sebuah senyuman yang berarti ganda, menyelidiki dan mengamati.
Namun, samar-samar, Eliza dapat melihat siapa yang sedang di chatt oleh Gino. Huruf depannya 'M'.
"Marvin?" tanya Eliza lagi dengan cengiran di wajahnya. Marvin adalah salah salah satu pengurus OSIS.
Gino berdeham, mencoba untuk menyembunyikannya. "Bukan.".
Sementara Eliza mencengkram jemarinya sendiri. "Ehm... Mikaela?".
Mata Gino seketika melebar selebar rembulan.
Eliza mencodongkan tubuhnya ke depan, merendahkan suaranya. "Am I right?".
"Bukan!", elak Gino.
Eliza hanya terkekeh pelan melihat reaksi Gino. "Jadi siapa dong?", tanyanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
He's Axel
Teen FictionEliza tidak tahu kenapa cowok berbadan kurus ceking dan jangkung itu selalu mengganggu dan membuatnya kesal. Selalu ada saja ledekan yang membuatnya benci kepada cowok itu. Cowok itu juga selalu berhasil membuatnya menahan seluruh emosi sampai di ti...