Chapter 2

3.4K 378 7
                                    

Yoona berusaha membuka matanya. Ia meringis kesakitan sambil berusaha duduk. Pandangannya masih buram untuk melihat keadaan di sekelilingnya. Ia terus memegangi kepalanya yang sakit.

Ia terkejut begitu matanya sudah bisa melihat dengan normal. Dilihatnya kedatangan sehun yang membawa segelas air putih justru membuatnya semakin kesal. dia lagi

"YA! apa yang terjadi hah!" Yoona membentak sambil masih memegangi kepalanya yang terus merasa sakit terutama sakitnya malah bertambah setelah ia membentak sehun barusan.

"Baru kali ini aku melihat seseorang berseru lantang setelah ia pingsan" ucap sehun sambil menyodorkan gelas yang ia bawa ke yoona.

" minum"
Yoona meminum gelas itu setelah sebelumnya ia hanya menatap gelas yang sudah ada di genggamannya.

Saat hendak berdiri dari sofa, tubuh yoona kembali terjatuh karena masih sangat lemas. Namun sehun menahan kedua bahu yoona agar tidak jatuh.

"Maksain banget sih buat jalan, baru juga bangun dari pingsan. Nggak mungkin bisa langsung jalan" sambil mendudukkan tubuh yoona kembali di sofa.

Okey
Perkataan sehun memang benar. Dan bodohnya yoona juga tau itu, klo seseorang yang baru bangun dari pingsan tidak akan mungkin berjalan dengan normal. Itu terlihat di matanya kini, seperti bumi seolah olah bergoyang dan berputar. Ia pikir itu mungkin karena kepalanya sudah benjol saat ini.

"Ini jam berapa?"

Sehun mengulurkan pergelangan tangannya, tepatnya ia ingin menunjukkan jam yg melingkar di pergelangan tangannya. Untuk yoona melihat pukul berapa sekarang.

"ENAM! aku harus ke seko-  akh~.."
Yoona kembali meringis setiap kali ia meninggikan suaranya.

"Mereka sudah kuberitau kalo kau cidera, jadi kau bisa pulang dan istirahat saja"

"Segampang itu meninggalkan tanggungjawab? "

"Lalu apa? Kau masih mau kembali kesekolah dan bersorak dengan lantang tapi justru berakhir dirumah sakit karena hilang keseimbangan, begitu? "

Yoona memukul lengan sehun keras sambil kembali mengoceh, tentu saja menyalahkan sehun atas perbuatannya yang membanting bola basket sangat keras. Sehun mengaku salah kok, ia tidak membalas pukulan yoona atau bentakannya. Ia tidak bisa berbuat banyak menanggapi yoona yang masih terus merasa kesakitan karena kepalanya.

"Biar ku antar"

"Harus! ,itu bukti tanggung jawab atas perbuatanmu"

Sehun hanya mengangguk dan menuntun yoona keluar tanpa berpamitan dengan siapapun yang ada di rumah.
Itu karena ia tidak melihat siapapun dirumah, jadi menurutnya tidak perlu izin juga tidak apa. Karena rumah sangat sepi, begitu juga ketika di dalam mobil selama perjalanan.

Hening.....

Yoona sebenarnya tidak benci dengan suasana seperti ini. Ia sering dihadapi hal hening begini setiap ia bersama sehun atau yang lainnya. Entahlah
Mereka lebih menyukai kedamaian sepertinya, lalu bagaimana dengan tertawa?
Tertawa pasti dan tentu saja mereka tertawa. Mereka juga manusia bukan batu yang tidak bisa bicara atau melakukan apapun selain diam. Mereka tertawa bersama pada waktunya dan serius pada waktunya juga. Tergantung situasi. Itulah yang disebut dengan profesionalisme.

"Apa yang mengganggumu sampai harus membanting bola? " yoona akhirnya buka suara setelah sedikit penasaran dengan itu.

Sedangkan yang ditanya tampak diam. Ia tengah berfikir sebelum menjawab.

"Aku tidak membanting bola" tanpa mengubah pandangannya dari jalur lalulintas.

Yoona berdecik kecil "aku tidak buta, suaranya bahkan mengalahkan bunyi gong yang ada di ruang musik sekolah"

Sehun tersenyum kecil mendengar ocehan yoona. Ia mengatakannya tanpa menoleh ke sehun, ia sibuk memandang ke luar jendela kaca mobil. karena menurutnya itu lebih menarik dibanding sehun.

"Hanya pertandingan biasa"

"Oh ya? Bukan tentang changwook?

Sehun mengeryit heran menatap yoona di sampingnya. Bagaimana yoona tau tentang itu. Ingatkan sehun untuk tidak lupa kalo yoona juga populer disekolahnya, temannya bahkan tidak sedikit untuk menambah status sosialnya sebagai siswa yang berprestasi hingga ke luar sekolah.

"Itu semua ada di mading sekolah"

sehun sedikit ber -oh tanpa suara sedikitpun. Hanya bibirnya yng membulat kecil.

"Jika kau menutupinya aku pun bakal tau sehun, sudah 3 tahun tim cheers mendampingi setiap cabang olahraga di sekolah kita. Tidak mungkin aku terus bersorak tanpa tau pertandingan yang sedang aku hadapi" kini yoona melihat ke arah sehun ketika berbicara.

"6 kali aku gagal melawannya, bahkan aku ingat terakhir kali dia dengan sombongnya mendorongku dengan piala yang ia pegang"

"Oh ayolah sejak kapan kau menjadi lemah"

"Dan sejak kapan kau peduli? "

Yoona benar-benar ingin menyumpal mulut sang pria angkuh yang tengah mengemudi duduk di sampingnya itu. Tentu saja sehun, siapa lagi.

"Sejak kepalaku di cium oleh bola basket" yoona memutar matanya malas melihat sehun.

Sedangkan sehun hanya mendengus pelan menanggapinya. Ia tersenyum kecil melirik yoona

.

.

.

.

"Thanks" ucap yoona setelah ia keluar dari mobil sehun hendak membuka gerbang rumahnya.

Sehun melajukan mobilnya setelah melihat yoona masuk ke dalam gerbang rumahnya.

Seulas senyum terbentuk di bibirnya. ketika terlintas kembali ,memori dimana bola basketnya mengenai kepala yoona yang mungil menurutnya. Untung saja saat ini dia tengah berkendara sendiri. Kalau tidak, mungkin seseorang akan menganggapnya tidak waras.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Yeay... makasih udh baca gaissss

Jangan lupa like yahh dan maaf kalo typo yah...

ANNYEONG 😘😘..

YOU [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang