Chapter 4 : Kenangan itu...

2.7K 94 0
                                    

Shania PoV

"Happy Sunday, bi" salam ku sama bi iyem. Pembantu setia di keluarga aku. Gimana gak setia, sejak aku lahir bibi udah ada dan malahan keluarganya pun tinggal dan bekerja di rumah ku semua.

"Happy sunday juga, non..." balas bi iyem dengan senyum khasnya.

Aku berjalan masuk ke dalam rumah dan menaiki tangga dengan setengah berlari menuju kamar tercinta. Sesampai di kamar langsung ku lirik kasur yang begitu menggoda ingin melanjutkan tidurku yang harus dipending dulu karena setiap minggu subuh kami sekeluarga berangkat ke kebaktian gereja. Kenapa subuh? biar gak kena macet. That's simple, right??? hehehe.

Kurebahkan tubuh ku ini dan mencoba untuk tidur kembali.

Tiba-tiba bayangan Andhika singgah dalam pikiranku.

Hush... mencoba mengusirnya dari pikiran.

2x...

3x...

4x...

tetep gak bakal hilang. Kenapa??? rasa penasaran terus menghinggapi pikiranku.

"Dimana dia sekarang??? Apa masih playboy kayak dulu??? Apa dia masih ingat aku??? Apa dia masih ingat..." tanyaku dalam hati yang terhenti karena mengingat peristiwa yang gak bakal aku lupa seumur hidup. Itu karena...

Aaaahhh. Masah bodoh. Ayo sha jangan mikirin dia lagi. He is a player. Imposible if he still remembered that. Come on, forget it.

Karena pikiran ku kacau kayak udah penuh otak ini maka akupun tertidur tanpa aku sadari.

***

Tania PoV

Sama seperti Shania, aku pun baru pulang dari kebaktian gereja subuh bersama ketiga temanku.

Kami selalu bareng ke gereja begitupun dengan keluarga kami.

Setelah berganti pakaian aku langsung turun pergi ke meja makan untuk sarapan. Nasi goreng seafood dan salad sayur terhidang di meja. Aku hanya mengambil beberapa sendok makan nasi goreng dan duduk sendiri di meja makan.

Sambil makan aku teringat kembali kejadian kemaren saat sedang di restaurant hotel milikku. Merasa lucu dengan tingkah laku Shania dan Fania yang kayak Tom and Jerry. Dikit-dikit berantem dan saling menggoda satu sama lain dan gak mau kalah. Ada juga yang aneh tapi lucuh sih saat liat wajah Shania yang kesal saat aku bilang wajah Andhika tambah cakep aja. Spontan shania kesal dan keluarlah kata-kata pedas ala Shania. Saat Fania mulai menggoda Shania, dia terlihat kikuk dan salting. Lucu banget deh. Baru kali itu aku liat Shania salting gitu. Apa masih sekesal itu kah Shania sama Andhika??? Harus ditanya lagi sama Shania.

Aku tertawa jika terus ingat kejadian kemaren. Hahahaha

***

Fania PoV

"Kak Radiiiitttt....!!!" teriakku dari dalam kamar.

Merasa namanya disebut, kak Radit tertawa karena merasa lucu kalau aku baru nyadar cokelat yang dikasih Kak Radit sama aku diambil lagi.

"Kak Raaaddiiittthh....!!!" teriaku lagi lebih kencang.

"Sorry de... Ntar kakak ganti yaaa..." jawab Kak Radith dari ruang keluarga.

Aku berlari turun ke bawah dan mendapati kak Radith lagi nonton tv tanpa ada rasa berasalah sekalipun.

Aku duduk di sofa samping kak Radith sambil menatap kesal dengan mata melotot minta penjelasan.

Seakan tau kalo aku butuh penjelasan kak Radith langsung merangkul pundak ku dan senyum. "Maaf de. Kakak kasih coklatnya buat pacar kakak. Waktu mau ngapel kemaren kakak gak sempat lagi mau beliin sesuatu. Pas kakak buka kulkas ternyata cokelat yang kakak kasih ke kamu masih ada. So..."jelas kak Radith panjang lebar dan terpotong oleh ocehanku.

"Soooo... soimah yah. Di kasih ke pacar soimah kakak ya..???" ujarku kesal memotong penjelasan kak Radith.

Kak Radith hanya tersenyum dan mulai mengacak-ngacak rambutku manja.

Akupun luluh dengan sikap kak Radith. Senyum kak Radith tu kayak senyumnya malaikat hingga membuat kekesalanku mereda.

"Awas ya gak diganti. Fani sumpahin pacar kak Radith berubah jadi kodok." kataku sambil bercanda.

"Bukannya kak Radith yang harus disumpah jadi kodok kayak Dongeng Pangeran Kodok???" balas kak radith

"Ia ya??? Fani salah ya kak??? Ya udah kakak bakal Fani sumpah jadi kodok kalo cokelatnya gak diganti." ralat Fani segera.

Kak radith hanya tertawa geli dengan sikap ku dan malah akunya digodain lagi. "Emang Fani mau punya kakak kodok??? gak malu apa ntar di panggil adik kodok???"

Aku tambah kesel sama kak Radith yang selalu punya bahan buat godain aku.

Melihat raut wajah ku yang mulai kesal lagi kak Radith pun bangkit dari sofa dan menjauh menghindar takut kena semprotanku.

"Kaaaaakkkk Raaaadddiiittthhhh...."

Teriaku sambil mengejarnya berlari ke kamarnya.

Pemandangan itu sudah biasa terjadi di rumahku. Meskipun begitu aku dan kak Radith sangat dekat dan saling menyayangi.

***

Kania PoV

Sehabis pulang gereja aku langsung tidur. Sekarang udah jam 10 pagi dan itu tandanya aku ketiduran selama 1 jam lebih. Singkat namun berkualitas. Segera ku ambil handuk dan mandi biar segar dan kantuk gak bersarang lagi dimata ini.

Seperti biasa aku menghabiskan waktu liburku hanya dengan membaca dan kali ini aku memilih untuk membaca buku yang baru aku beli di RS tempat aku kerja. Di lantai dasar RS terdapat Book Cafe tempat jualan buku sekaligus cafe.

Judul bukunya menarik perhatian. "Tuhan Masih Menulis Cerita Cinta".

Apa benar Tuhan masih menulis cerita cinta??? Apa aku masih disertai dalam cerita cinta yang Tuhan tulis??? Batinku terus bertanya.

Buku yang aku pegang sekarang tiba-tiba terjatuh setitik air mata. Dan aku sadari mataku mulai kabur dengan air mata yang terbendung. Dada mulai terasa sakit seakan-akan tertusuk sesuatu.

"Kenapa rasa sakit ini kembali lagi? kenapa rasa ini blm bisa hilang? padahal semuanya sudah lama berlalu. Tuhan aku mohon angkat rasa sakit ini dan angkat ingatanku tentang dia" batinku.

Aku tertidur di sofa saat rasa sakit yang kurasa tak tertahankan lagi. Bukunya kupeluk erat dan mataku bengkak karena airmata terus keluar.

***

Four SeasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang