Chapter 20 Bad Day

1.7K 71 1
                                    

Shania masuk ke hotel Tania dengan wajah kesal. Bukan. Tapi Super Kesal. Belum juga habis kesalnya sama ketiga sahabatnya karena ditinggal sewaktu di bali lalu, eh, sih Fania malah nambahin kekesalannya karena gak dijemput tadi. Ban kempes, hujan lebat terus ditambah lagi sama supir taksi jadi-jadian bikin hari Shania tambah buruk.

Saat tiba di restoran, Shania langsung menuju tempat favorit mereka dimana ketiga sahabatnya kini sudah berkumpul dan duduk manis. Rasa kesal memang masih ada tapi rasa kangen sama mereka sepertinya mengalahkan hal itu. Tak bisa dipungkiri Shania memang kangen dengan kehadiran mereka bertiga.

Shania langsung menghempaskan dirinya ke sofa tempat makan mereka, tanpa menyapa ketiga sahabatnya.

"Sha, maafin Fani ya... Fani lupa. Jangan marah ya??? ya...???" bujuk Fania manis.

"Hhhmmm..." Shania hanya berdeham pelan.

"Tuh kan... Shania pasti marah..."

Fania cemberut dan tampak sedih. Puppy eyesnya Fania akhirnya meluluhkan hati Shania.

"Enggak marah. Tapi kesel..." ucap Shania sambil memencet hidung Fania.

"Aaauuuwww... Sakiittt..." seru Fania kesakitan sambil memegang hidungnya. "Tapi gak marah lagi kan...???" lanjut Fania.

Shania hanya mengangkat bahunya namun tersenyum melihat tingkah manja Fania.

"Kalian berdua... Jangan pikir lolos ya..." kata Shania kepada kedua sahabatnya yang lain Tania dan Kania sambil memicingkan matanya. "Hari ini kalian harus mentraktir aku habis-habisan karena hari ini sungguh buruk jadi aku lapar setengah mati."

"Siap bos..." jawab Tania dan Kania kompak sambil nyengir.

"Hahahahaha..." keempatnya tertawa bersama.

Mereka memesan makanan spesial yang termahal dan sebotol wine terbaik di restoran itu. Mereka menikmati makan malam bersama. Canda dan tawa menghiasi pertemuan mereka, melampiaskan kerinduan mereka selama seminggu tak berjumpa.

"Payung kamu ketinggalan di mobilku tadi..." kata pria yang kini sudah berdiri di samping Shania sambil menyodorkan sebuah payung hijau bermotif bunga putih.

Hal tersebut seperti menginterupsi perbincangan mereka.

"Eh, kamu dhika... Yuk gabung..." ucap Tania dan menawarkan untuk gabung bersama.

Shania masih kaget dengan kedatangan Andhika. Shania mengambil payung tersebut tetapi dengan tatapan tajam dan mengintimidasi karena ketidaksukaanya atas kehadiran Andhika.

"Ta, jangan bikin suasananya rusak deh. Sudah cukup semua yang terjadi hari ini. Please jangan tambah hari ku lebih buruk lagi." Shania keberatan dengan ajakan Kania barusan.

"Iya, Ta... Ngapain diajak... Nanti gak seru lagi makan-makannya kalo ada dia... huuuu..." tambah Fania gak setuju.

Seakan tak peduli dengan penolakan Shania dan Fania, Andhika langsung duduk bersebelahan dengan Shania dan itu membuat Shania bertambah kesal.

Shania menatap heran namun sangat mengitimidasi. Matanya terbuka lebar melotot ke arah Andhika. Yang dipelototi Shania biasa-biasa aja dan itu buat Shania tambah dongkol.

"Kamu BUDEK ya...??? Apa URAT MALU kamu udah putus ya...??? Gak ngerti apa yang barusan aku bilang???" ucap Shania penuh penekanan.

Merasa terus diserang dengan kata-kata yang memekakkan telinga Andhika sehingga membuat Andhika akhirnya membuka suara.

"Harusnya orang yang sudah ditolong membayar ganti sama orang yang menolong. Bukan begitu?" kata Andhika menatap Shania dan setelah itu beralih kepada Tania dan Kania yang menurutnya bisa mengerti maksud perkataannya.

Four SeasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang