Shania PoV
Sejak kedatangan kami dua jam yang lalu, tak kunjung ku lihat wajahnya. Dia adalah pemilik Resort dimana aku berada sekarang dan tak ada sopan santunnya dia untuk menyambut kami. Dia memang terlihat cuek dan tidak peduli apa yang akan dikatakan orang. Aku penasaran kenapa dia tidak datang bersama kami. ‘Belum Sadar?’ Apa maksud mereka tadi di kapal? Pandangan dan tawa mereka membuatku penasaran. Apa mungkin dia mabuk? Pesta minuman? Atau pesta gila-gilaan bersama wanita-wanita yang sudah terhipnotis dengan wajah tampan dan kekayaannya? Mungkin saja karena sifat playboy tak pernah hilang malah semakin menjadi semenjak dia menjadi salah satu pengusaha muda tampan yang paling diminati banyak wanita menurut salah satu majalah terkenal. Semakin besar kepala pastinya.
Wait...
Kenapa aku terus berpikir tentangnya? Apa otakku sudah error? Apa peduli ku tentangnya. Bukannya lebih bagus jika liburan kali ini tanpa dia. Bodoh.
Aku memutuskan untuk keluar mencari udara segar dengan maksud menghilangkan semua pikiran tentangnya yang gak berguna itu. Ku putuskan untuk menuju kolam renang karena pemandangannya sangat indah. Kolam renangnya sangat besar dan kita juga bisa melihat hamparan pasir pantai yang bertaburan serta deburan ombak di laut. Sungguh memanjakan mata. Ku rebahkan tubuh ini di kursi malas yang memperindah suasana sekitar kolam. Ku hirup udara pantai berhembus dan mendengarkan alunan deru ombak yang memanjakan telinga. Sejauh mata ini memandang tak satupun ku lihat orang berlalu lalang di pantai. Ya, inikan Private Resort mana ada tamu lain selain kami dan para pegawai disini. Kesunyian ini sangat mendukungku untuk merilekskan diri. Namun kenyamanan, kenikmatan dan kesunyian yang kurasakan tak berlangsung lama saat pandanganku tertuju pada dua sosok yang sedang berada di suatu ruangan yang agak jauh dari posisiku sekarang. Aku bisa melihat siapa mereka karena kamar itu hanya berdindingkan kaca dan jendela sekaligus pintu di buka lebar sehingga udara segar bisa masuk leluasa.
Itu Andhika. Tapi siapa yang bersamanya? Wanita itu terlihat sangat care dengan Andhika. Dia memijat dan mengelus-ngelus kepala Andhika. Penuh kasih sayang. Andhika bergerak dan...dan...apa aku gak salah lihat? Wanita itu membiarkan kepala Andhika tidur di atas pahanya? Andhika sangat menikmatinya dan terlihat sangat manja. Aku terpaku dengan pemandangan yang kulihat sekarang. Mataku tak berkedip sekalipun tak mau kehilangan moment sepersekian detikpun hingga aku menyadari mataku berhadapan langsung dengan wanita yang sedang kulihat sekarang. Mata kami saling memandang beberapa detik hingga kuputuskan untuk segera menghindar dan beranjak menuju ke kamarku.
“Bodoh...bodoh...bodoh...” aku merutuki kebodohanku yang tak menyadarinya cepat. Kupercepat langkahku menuju kamar dan terhenti karena seseorang memanggilku. Dan itu membuatku kaget. “Aaaahhhh...!!!” seru ku kaget.
“Kamu kenapa, sha? Kayak lihat hantu aja.” Tanya arya bingung dengan sikapku yang berlebihan. Bagaimana tidak, aku pikir wanita yang memandangku tadi datang menyergapku. Wajarlah kalau aku agak berlebihan.
“Bisa gak sih gak ngagetin aku, huh?” balasku ketus.
“Apaan sih? Apa salah aku manggil kamu. Gitu doang kok.” Ujar arya dengan tatapan aneh karena sikapku.
Aku menarik nafas dalam-dalam. “Sorry, aku hanya lagi gak konsen dan gak sadar dengan sekelilingku. Ada apa kamu manggil aku?” kataku yang mulai bisa mengontrol emosi.
“Aku tadi ke kamar kamu tapi kamunya gak ada. Cuma ingetin kalau Jam 7 kita ngumpul di kolam buat makan malam.” Jelas Arya padaku.
“Ok.” Jawabku singkat dan kembali melaju ke kamarku. Aku gak peduli dengan tatapan Arya atas jawaban singkatku dan seenaknya pergi tanpa pamit. Yang aku perlukan sekarang adalah menjauh dari kolam dan menghilang dari hadapan wanita itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Four Seasons
Chick-LitKehidupan 4 orang wanita yang telah bersahabat sejak masih kecil dan memiliki kisah cinta yang pedih. Mereka mendirikan sebuah EO yang berasal dari modal mereka sendiri tanpa adanya campur tangan dari para orang tua mereka yang terbilang sangat suks...