Chapter 14

1.9K 62 1
                                    

Shania kabur begitu saja ketika Andhika mengucapkan 2 kata itu.

'Be Mine'

Ya, dua kata itu yang membuat Shania pergi meninggalkan mereka semua.

Andhika hanya diam ketika Shania bangkit dari tempat duduk. Entah apa yang membuatnya mengatakan kedua kata itu secara tiba-tiba.

Semua yang menjadi saksi mata akan kejadian itu ikut diam. Namun keheningan itu hilang setelah Angga buka mulut.

"Man, tell me that it was just a kidding..." ujar Angga menghentikan keheningan yg terjadi.

Andhika tiba-tiba tertawa. Tawa Andhika agak aneh. Susah untuk ditebak. Setelah tertawa Andhika bangkit dari tempat duduk dan meninggalkan mereka yang menunggu kata-kata penjelasan.

"Hei, where are you going dude?? Tell me that it wasn't true... Hei...hei..." Perkataan Angga tak digubris Andhika dan terus menjauh meninggalkan meja makan.

"Oh, no... This is so ridiculous... I don't believe it... What's wrong with him???" ujar Angga kesal dan heran dengan tingkah sahabatnya yang menurutnya sangat menggelikkan.

***

Andhika PoV

Be mine ???

Oh no... Entah apa yang aku pikirkan... 2 kata itu meluncur begitu saja dari mulutku. Meski kata-kata itu keluar tanpa disengaja tapi anehnya tak ada rasa sesal di dalam hatiku. Mungkinkah aku... menyukainya???

Sifat cueknya dan kata-kata pedasnya bisa membuat orang yang belum mengenalnya sakit hati dan marah, namun aku bisa melihat dari matanya kalau dia itu sebenarnya baik dan care sama orang hanya saja cara penyampaiannya berbeda.

Dia berbeda dengan wanita-wanita selama ini aku kenal yang selalu memakai topeng kemana saja. Topeng yang kumaksud yaitu cara dandan mereka yang terlalu berlebihan dan munafik. Shania selalu menjadi dirinya sendiri. Jika suka maka dia akan bilang suka dan jika tidak maka dia akan tidak juga. Mandiri dan keras.

Sejak SMA hubungan kami tidak baik. Dia dan ketiga temannya anti dengan ku dan sahabat-sahabatku. Boro-boro mau kenalan, lewat di depan mereka aja harus tahan dengan tatapan tajam mereka. Mereka memang berbeda dengan kebanyakan siswa perempuan pada saat itu. Mereka semua berasal dari keluarga berada namun tidak pernah menggunakan nama besar mereka seperti kebanyakan orang.

Saat Angga bertanya apa ini hanya bercanda, yang aku lakukan hanya tertawa. Jujur aku tak tau apa yang aku pikirkan saat itu. Aku bingung dan masih tidak percaya yang telah terjadi. Aku tertawa mungkin untuk menutupi semua. Yah semua.. Kebingunganku, rasa malu, tidak percaya dengan 2 kata yang meluncur begitu saja dari mulut ini atau yang lainnya yang tak bisa aku ungkapkan.

Aku meninggalkan mereka seperti yang Shania lakukan. Aku memilih untuk masuk ke dalam kamarku yang tak jauh dari kolam dan bisa terlihat jelas seperti yang Shania lakukan tadi ketika aku bersama kakakku.

Mungkim aku butuh waktu privasi dan berpikir lagi. Ku rebahkan tubuh ini di kasur besarku. Ukurannya bisa menampung empat orang ataupun lima jika dirapatkan. Sangat luas sehingga ketika tidur kita bisa berputar tanpa batasan.

Kedua tanganku, kurentangkan dan menyandarkan kepalaku ke bantal yang berisikan buluh angsa sehingga begitu nyaman apalagi disaat kepala ini butuh untuk direfresh lagi. Tak lama kemudian kutarik tangan kananku dan kuletakkan di belakang kepala sambil menutup mata.

Aku butuh untuk berpikir. Apa sebenarnya yang terjadi padaku? Apa aku terlihat konyol? Aaaahhhh... pusing...

***

Kania bangun terlalu pagi dan semua belum ada yang bangun. Saat itu matahari masih malu mengeluarkan cahayanya sehingga langit belum menampakkan kecerahan.

Four SeasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang