Tania PoV
2 jam sudah berlalu sejak makan malam terakhir kami disini. Cukup lama kami bercengkramah di sekitaran api unggun. Dan sekarang sudah pukul 12 tengah malam namun aku masih belum bisa menutup mata ini untuk beristirahat.
Aku memutuskan untuk keluar menikmati udara malam hingga rasa kantuk pun datang. Tak ada salahnya juga menikmati suasana malam di sekitar pantai karena suasana seperti ini akan jarang bisa kita nikmati ketika telah kembali ke rutinitas sehari-hari.
Aku keluar dari kamar. Suasana di luar sunyi dan hanya terdengar suara deru ombak. Mungkin mereka semua sudah tidur. Aku menelusuri setiap ruangan menuju ke kolam renang. Aku memutuskan untuk bersantai disitu. Ingin rasanya berjalan disekitar pantai namun ada perasaan takut jika hanya berjalan sendiri pada jam sekarang.
Aku duduk di sebuah gasebo dekat kolam. Ada banyak bantal duduk dan sandaran disini. Kuraih salah satu bantal untuk sandaran nanti. Saat aku merasa sudah nyaman dengan posisi dudukku sekarang, aku mengambil smartphone dan membuka e-mail yang masuk. Tak ada e-mail penting yang masuk hanya beberapa pemberitahuan rutin dari beberapa staf di EO nya.
Sebenarnya berat rasanya membuka kotak e-mail ku. Aku tau bahwa undangan nikah dari pria yang aku cintai belum sempat aku hapus. Aku memberanikan diri dan mencoba untuk membaca sekali lagi email tersebut dan jujur hati kecil ini masih mengharapkan bahwa apa yang ku baca kemaren adalah salah meskipun itu mungkin. Itu memang benar adanya.
Untuk kedua kalinya aku membaca email tersebut dan akhirnya aku putuskan untuk menghapusnya. Mungkin hal ini juga yang harus aku lakukan dengan perasaanku yaitu menghapus semua yang terjadi antara aku dan dia, membuang serta melupakannya untuk selamanya. Memang berat rasanya dan ini butuh waktu yang lama agar semuanya kembali seperti semula.
Kutarik kedua kakiku sehingga bisa kusandarkan kepala ini dan mencoba untuk menenangkan hati dan pikiranku. Tatapanku tak terarah dan fokus pada satu titik. Pandanganku mengambang. Tanpa kusadari mataku terasa panas dan berair. Airmata keluar dan jatuh membasahi pipiku. Lama airmata ini berhenti.
Mataku mulai terasa berat dan kantuk mulai kurasakan. Bukan hanya mata yang merasa lelah namun hati dan pikiranku pun merasakan hal yang sama. Dinginnya malam mulai terasa di kulitku dan menembus hingga ke dalam tubuh. Dan aku lupa membawa sesuatu yang bisa menghangatkan ataupun menghalangi dinginnya malam merasuki tubuh ini.
Aku mengusap-ngusap kedua tanganku dengan cepat untuk menghangatkan beberapa bagian tubuh yang terasa dingin seperti kedua pipiku ataupun kedua lenganku. Setidaknya usahaku ini mampu mereda rasa dingin meskipun tak berlangsung lama.
Karena dingin yang kurasakan tak tertahankan lagi maka akupun beranjak untuk kembali ke kamarku. Aku tak mau mati kedinginan disini. Saat aku melangkahkan kaki melewati kolam, aku di kagetkan dengan sebuah sosok yang sedang menatapku dan jarak antara aku dan dia sekarang sangat dekat. Ku hentikan langkahku dan menatapnya. Dia adalah Arya.
Dia hanya diam, begitupun denganku. Jujur aku kaget dengan kehadiran Arya yang tak aku sadari. Mungkin ini salah satu yang membuat aku hanya diam membisu. Arya juga tak mengeluarkan sepatah katapun dan hanya menatapku intens. Aku risih dengan tatapan Arya dan itu membuatku agak salah tingkah. Merasa tak nyaman dengan yang terjadi sekarang serta ditambah lagi dengan semakin dinging yang kurasakan maka kuputuskan untuk melewatinya dan melangkahkan kaki kembali ke kamar.
Sebelum melangkah, aku senyum kepada Arya sebagai tanda pamit. Saat melangkah kepala sedikit ku tundukan dan kedua tanganku dilipat di dada untuk menepis angin yang membuatku merasa dingin. Arya tak bergeming saat aku semakin dekat dengannya bahkan ketika posisi kami sejajar.
"Kenapa kamu menangis???" langkahku terhenti saat Arya tiba-tiba bertanya. Aku tak menjawabnya. Aku masih terdiam kaku. Tanpa kusangka tubuhku mulai merasakan kehangatan. Arya memakaikan jaketnya. Setelah itu dia memutar tubuhku sehingga kami sekarang saling berhadapan. Arya mengatur jaketnya dengan benar dan memastikan tubuhku ini terasa hangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Four Seasons
ChickLitKehidupan 4 orang wanita yang telah bersahabat sejak masih kecil dan memiliki kisah cinta yang pedih. Mereka mendirikan sebuah EO yang berasal dari modal mereka sendiri tanpa adanya campur tangan dari para orang tua mereka yang terbilang sangat suks...