Chapter 11

2.1K 89 8
                                    

Tania PoV

Aku tak bisa tidur hingga pagi menjelang... Semalaman air mata ini jatuh membasahi pipiku...

Jujur aku memang terpukul dengan apa yang terjadi. Sedih dan marah bercampur. Aku sedih karena cinta yang selama ini aku jaga dan pertahankan dalam hati tak mendapatkan balasan darinya. Pengorbananku untuk mempertahankan hubungan yang  telah kami jalani tanpa ada campur tangan dari orang tuaku semuanya sia-sia. Aku meyakinkan orang tuaku agar tidak menjodohkan aku dengan pria pilihan mereka. Karena aku sudah memiliki pria pilihan sendiri. Mereka menyetujuinya namun ada syaratnya yaitu sampai waktu yang mereka tentukan aku harus membawa pria yang menjadi pilihanku.

Memang aku bodoh. Memilih untuk percaya padanya. Tapi ini juga kesalahanku yang tidak ingin mengenalkan dia pada keluargaku. Aku tidak ingin dicintai karena kekayaan keluargaku. Aku ingin dicintai apa adanya diriku tanpa status keluargaku. Aku berbohong padanya kalau aku hanyalah seorang gadis biasa yang mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri. Dia menerimanya dan mencintaiku apa adanya -mungkin-.

Semalaman aku terus berpikir alasan kenapa dia meninggalkanku dan memilih untuk menikah dengan wanita lain tepat disaat aku ingin mengenalkan jati diriku yang sebenarnya. Tepat disaat tenggat waktu yang diberikan kedua orang tuaku. Otakku terus berpikir sehingga menguras tenaga.

Perlahan-lahan air mataku mulai mengering. Raga ini butuh untuk istirahat namun otakku tidak memerintahkan mata ini untuk terpejam tapi tetap terjaga.

Aku melirik hp yang berada di nakas dekat tempat tidurku. Ternyata sudah jam 5.30. Aku beranjak dari tempat tidurku, membuka tirai jendela dan melihat suasana kuta di pagi hari.

'Aku butuh udara segar. Aku butuh untuk menenangkan pikiran ini. Siapa tahu dengan berjalan-jalan di pantai  saat pagi hati dapat menenangkan jiwa dan perasaanku.' kata hatiku.

Aku berjalan keluar dari kamarku. Suasana kamar masih sangat sunyi. Ketiga sahabatku masih terlelap. Mereka sangat mengerti jika aku butuh waktu untuk menyendiri. They know me so well. Tanpa membangunkan mereka aku terus melangkah keluar kamar hotel dan menuju pantai kuta yang berada di dekat hotel.

Aku berjalan sepanjang pantai kuta. Menghirup udara sejuk pantai di pagi hari. Cukup menenangkan hati dan pikiranku.

Aku terus berjalan dan berjalan hingga tidak menyadari keberadaanku sekarang sudah jauh dari hotel. Meski masih pagi tapi banyak orang yang memilih untuk jogging di sekitaran pantai dan ada juga yang melakukannya seperti aku sekarang hanya berjalan santai menikmati suasana pantai kuta di pagi hari.

Perasaanku mulai tenang dan sedikit melupakan apa yang terjadi kemarin. Yang aku butuhkan sekarang adalah kembali ke hotel untuk merebahkan tubuh ini kedalam ranjang yang super nyaman. I need to sleep.

***

Author PoV

Shania, Fania dan Kania masih tidur di dalam kamar mereka. Mereka tak menyadari kepergian sahabat mereka Tania. Sudah sejam lebih Tania meninggalkan mereka namun satupun tak ada yang bangun hingga panggilan masuk dari hp fania berbunyi.

Panggilan pertama terabaikan karena tak ada respon dari Fania yang masih tidur. Panggilan keduapun sama namun Shania yang menyadari Hp Fania berdering dan merasa terganggu dengan nada dering yang mengganggu tidurnya. Shania menyembunyikan kepalanya dibalik bantal untuk mengurangi bunyi hp Fania yang terus berdering. Panggilan ketiga Kania mencoba mencari sumber bunyi sedari tadi yang kemudian dia temukan di dekat bantal Fania dan Shania.

Shania's calling...

Kania belum sadar total dan sedikit bingung karena panggilan itu berasal dari Hp Shania. Dia bingung kenapa Shania menelepon Fania yang sedang tidur disampingnya. Butuh beberapa detik untuk menyadari kalau yang menelepon bukanlah Shania meski dari hp shania. Ya, benar hp shania ada sama andhika. Di detik terakhir panggilan kania mengangkatnya.

Four SeasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang