Bagian 2 || Lelaki-lelaki

27.5K 1.7K 58
                                    

Berada di tempat yang sama dengan kesucian yang ada, aku, kamu, dan dia mulai berkomunikasi melalui satu hal yang dinamakan kasih sayang

♤♤♤

Anna tiba-tiba saja mendadak diam. Entah mengapa ia merasa bersalah pada pria itu. Kini, mata pria itu seperti merasakan kesedihan yang mendalam.

"Kalau begitu saya ambil ini." Pria itu mengambil bunga yang Anna sodorkan. Kemudian tersenyum ke arah Anna. "Terima kasih, bocah," serunya sambil mengacak rambut Anna. Jika saja suasana hatinya tidak merasa bersalah, maka Anna pasti sudah menghajar pria itu karena mengacaukan rambutnya.

Anna memutar tubuhnya dan melihat pria itu tengah bercengkerama bahagia dengan Angel. Ia otomatis bingung karena mereka begitu dekat, seolah-olah pria itu adalah pengunjung tetap. Namun, mungkin saja pria itu memang pengunjung tetap. Anna pasti tidak tahu karena pagi hari ia sekolah, dan mungkin saja pria itu datang di pagi hari.

Setelah bunga itu dikemas dengan baik, pria itu pergi meninggalkan toko. Dan semua mendadak sepi.

"Dia siapa, Bun?" tanya Anna pada Angel yang baru saja selesai menyimpan uangnya. "Sepertinya dekat sekali dengan Bunda."

"Dia pengunjung tetap di sini. Bunda pernah cerita kan tentang pria yang bikin rusuh di toko bunga? Nah itu dia. Setelah hari itu dia sering datang beli bunga untuk kantornya, tapi sekarang kayanya dia nggak beli bunga buat kantor."

Dari penjelasan Angel, Anna akhirnya tahu. Ia memang pernah diceritakan mengenai pria yang membuat rusuh di sini. Tebakannya benar. Pantas saja Angel terlihat dekat sekali dengan pria itu.

"Yaudah, Bun. Aku mau lanjut kerja dulu."

♤♤♤

Malam harinya Anna merasakan kesialan lagi. Ia telat dari bus yang biasa ditumpanginya dan alhasil bus tersebut sudah pergi meninggalkannya sendiri, benar-benar bus yang membuatnya kesal seketika. Sepertinya hari ini merupakan hari tersialnya. Ia menghela napasnya kasar dan menendang kaleng minuman kosong yang ia dapat dari Angel tadi.

"Agh..."

Anna berhenti melangkah dan ia menyentuh tasnya kuat ketika ia mendengar rintihan kesakitan seorang pemuda atas tendangannya. Ia menyipitkan mata untuk melihat pemuda itu, dan ... ia berlari.

"Hei, tunggu..." pemuda itu terus--menerus mengejarnya dengan kaleng sampah miliknya yang tadi mengenai kepala pemuda itu. "Hei, anak kecil!"

Sialan sekali. Kenapa ia sering dipanggil anak kecil sekarang. Menyebalkan. Ia jadi teringat pria menyebalkan tadi sore.

Kejeduk...

Anna terjatuh karena pohon yang ia tabrak dan itu membuat bokong kecilnya terbentur dengan jalan setapak yang lumayan keras.

"Hei, tidak apa-apa?"

Anna buru-buru mendongak kepada pemuda itu dan berdiri. Setelahnya, ia kabur lagi. Kali ini ke arah yang benar. Sedangkan pemuda itu, ia hanya mengernyitkan kening bingung.

♤♤

Napas Anna tersengal-sengal. Ia menunduk dan menyentuh kedua lututnya. Sungguh, baginya malam ini adalah malam terseram. Ia melihat jam di tangan kirinya. Pukul delapan malam dan ia tidak tahu bahwa daerah Jakarta sudah rawan pada jam seperti ini, maklum, ia tidak pernah keluar malam kecuali bersama Siska untuk membeli makanan.

Ia terus berjalan dengan napas dan degup jantung yang tak karuan, sampai akhirnya ia tiba di wilayah kecil, tempat di mana ia tinggal. Tepat saat ia berada di gerbang kost kecilnya, ia bergeming karena melihat perdebatan Siska dengan seorang pria yang sudah ia kenali. Pria itu bernama Sam. Dari yang ia ketahui, pria itu sangat mencintai Siska, meski ia sudah menikah. Tidak ada alasan pasti mengapa Siska tidak pernah bisa mencintai pria itu, meski apapun yang Siska inginkan selalu dituruti.

Annasya KyleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang