Bagian 8 || Tawaran

18.9K 1.3K 82
                                    

Seharusnya aku tahu bahwa tawaranmu adalah awal dari segala kebodohanku

◇◇◇

"Tidak apa-apa, aku di sini."

Nick tahu bahwa kalimat itu tidak akan membuat Anna tenang. Namun, hanya ini yang bisa ia katakan disaat masalah mulai menghampiri Anna. Ia ingin Anna paham bahwa semuanya akan baik-baik saja, dan dirinya akan berada di sini untuk menemaninya melewati semuanya.

Beberapa menit yang lalu, Nick masih berada di laut bebas seraya menikmati hembusan angin yang menyegarkan otaknya. Disaat rasa segar dan nyaman mulai menghampirinya, ia menerima telepon dari sekertarisnya tentang apa yang terjadi pada Anna.

Ia langsung berlari masuk ke dalam mobilnya dan meminta supir dengan cepat menuju rumah Anna. Nick memang meminta sekertarisnya berhenti mengirim orang untuk mengikuti Anna, tapi ternyata sekertarisnya itu tetap mengikuti Anna sampai gadis itu kembali ke rumahnya. Dan dari yang ia tahu, pria itulah yang berada di sisi Anna saat Siska ditemukan, dan pria suruhan itu pula yang menghubungi ambulan.

Nick sangat berterima kasih kepada pria itu.

"Kak Siska ... baik-baik saja, kan?"

Selama Siska mendapatkan perawatan yang baik, Nick yakin bahwa wanita itu akan baik-baik saja. Nick yakin bahwa wanita itu akan bertahan demi Anna. Namun, benarkah itu? Nick tahu bagaimana kondisi luka Siska, karena pria itu memberitahunya. Jika itu luka di tangan, maka bisa dipastikan bahwa Siska mencoba untuk bunuh diri. Tapi kenapa?

"Dia akan baik-baik saja, Anna." Nick melepaskan pelukannya dan menatap wajah Anna yang sangat sedih. "Kamu harus istirahat, kejadian tadi pasti buat kamu panik." Nick menarik tangan Anna ke arah mobilnya.

Nick merasa beruntung Anna tidak menolaknya sama sekali. Kali ini, ia akan membiarkan Anna beristirahat di apartemennya. Mungkin itu lebih baik.

Sepanjang perjalanan, tidak ada suara di mobil itu, sampai tibalah mereka berdua di apartemen Nick. Nick yakin bahwa Anna masih ingat dengan apartemen ini.

"Kamu tidur di sini dulu. Aku akan minta pelayan bersihkan kamar sebelah untuk kamu gunakan malam ini. Aku ingin kamu di sini sampai besok. Sampai semuanya membaik."

Setelah menyelimutkan Anna, Nick berbalik, mencoba untuk meninggalkan Anna. Namun, tangannya disentuh Anna secara tiba-tiba. Ia pun langsung berbalik.

"Aku tidak bisa kehilangan Kak Siska." Nick melihat air mata Anna yang kembali mengalir. "Kalau Kak Siska pergi, aku sama siapa? Mama udah nggak ada, dan Papa udah pergi. Aku nggak akan punya siapa-siapa lagi."

Nick tidak bisa melihatnya sedih. Ia duduk di ranjang itu dan membuat Anna bangkit untuk memeluknya.

"Aku nggak mau kehilangan Kak Siska. Dia adalah segalanya untukku. Kak Siska yang buat aku kuat, dan Kak Siska yang buat aku bertahan hidup."

Nick tahu itu. Nick sangat paham. Ia terus mengusap punggung Anna yang tampak kedinginan karena rintik hujan. Nick baru sadar akan hal itu. "Jangan takut, Siska tidak akan pergi kalau kamu kuat."

"Be-benarkah?"

Nick mengerutkan kening karena suara Anna yang melemah. Ia pun melepaskan pelukannya dan menatap wajah Anna yang tampak pucat. "Anna, kamu sakit?"

Anna tidak menjawab karena matanya tiba-tiba tertutup dan jatuh ke pelukan Nick. Nick langsung mengembuskan napasnya. Ia lupa cuaca di luar bagaimana dan tidak seharusnya ia memeluk Anna terlalu lama di bawah rintisan hujan. Ia pun membaringkan kembali tubuh Anna dan berjalan ke lemarinya.

Annasya KyleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang