Bantuan ini melelahkan, seharusnya kau diam. Membiarkanku tersiksa, bukan semakin menyiksaku
♧♧♧
Obat perangsang itu semakin bereaksi. Sekarang ini Nick tengah memandang Anna yang terbaring lemah di atas kasur seraya menggeliat dan mendesah. Jika saja ia pria berhidung belang yang sangat suka dengan tubuh wanita, maka bisa dipastikan gadis di hadapannya ini akan terobati sekarang juga.
"Nick, kau di dalam."
Nick menoleh dan berjalan keluar dari kamar. Ia berjalan ke arah bar kecil dan melihat Devon serta Aaron yang sedang memakan buah-buahan segar.
"Bagaimana? Kau bisa mengurusnya?" Devon mulai bersuara.
"Kau gila. Apa yang ada di dalam otakmu ketika memasukkan obat perangsang ke minumannya?!" Rahang Nick mengeras. Bagaimana jika gadis itu tidak juga bangun dan membuatnya menderita?
"Sabar, Bray. Kalau kau mengizinkan, aku bisa mengobatinya, atau Aaron," liriknya pada Aaron yang bersikap dingin, tapi Nick tahu bahwa Aaron akan setuju dengan saran Devon, karena Aaron sama seperti Devon. Parahnya, Aaron lebih ke kekerasan. Dan ia tidak mungkin membiarkan gadis itu berada di bawah kekangan seorang Aaron.
"Jangan buat Aaron jadi pedofil," kata Nick sembari mengambil minuman yang akan ditenggak Aaron. "Dia sudah cukup gila bersama seorang wanita di ranjang."
"Dia masih kecil?" Akhirnya Aaron bersuara. "Aku tidak suka anak kecil, bisa-bisa dia melaporkanku ke KPAI. Kau tahu sendiri aku bukan warga kenegaraan Indonesia."
Devon tertawa sampai suaranya membuat telinga kedua sahabatnya sakit. "Kenapa tidak kau coba saja? Aku yakin dia akan tergoda dan meminta lebih."
"Jika menurutmu begitu," sahut Nick.
"Hei, lalu kenapa tidak kau saja?" Devon dan Aaron melihat ke arah Nick. "Lagipula aku sudah menyerahkannya padamu. Dan kalau kutebak, dia masih perawan. Bukannya bagus? Dengan begitu kau bisa melupakan Gisel-mu itu."
Nick terdiam. Bukan masalah ia bisa melupakan orang lain atau tidak, tapi masalahanya bisa saja yang dikatakan Devon mengenai keperawanan gadis itu masih ada. Jika sampai itu terjadi, maka ia akan menjadi pria yang bejat.
"Devon benar. Lagipula kau akan terus membiarkan gadis itu kesakitan menahan gejolak panasnya?" Aaron menambahkan.
Nick melirik ke arah daun pintu. Ia yakin sekali jikà gadis itu masih mengerang menahan semuanya. Ia semakin tidak tega. "Berapa yang kau beri?" tatap Nick pada Devon.
"Hanya dua butir," jawab Devon enteng. Dan itu membuat Nick menatapnya dengan sangat kesak. "Itu semua ada di pilihanmu. Aku, Aaron, atau kau." Devon menenggak minumannya dan berjalan ke arah Nick seraya melihat ke arah daun pintu. "Siapa yang akan menjadi penolong gadis itu?"
Nick tidak tahu. Ia hanya bertemu gadis itu beberapa kali dan biasanya ia akan dengan senang hati memberikan semua urusan wanita pada kedua sahabatanya, tapi untuk sekarang berbeda. Ia seperti tidak rela kedua sahabatnya menyentuh tubuh gadis itu.
"Asal kau tahu Nick, perempuan itu semakin kesakitan dan aku tebak sekarang ia sudah melepaskan pakaiannya untuk mengurangi kesakitannya itu. Jika tidak dibereskan, aku yakin dia akan gila dan mengamuk," tambah Aaron. Temannya itu bicara dengan nada yang terdengar sedikit kejam.
Nick menghela napasnya.
♧♧♧
Sialan, gadis ini masih perawan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Annasya Kyle
RomanceKlise. Pertemuan gadis miskin dengan pria kaya. Namun, ini bukan bagaimana takdir menguji cinta mereka, tapi bagaimana Takdir mengatur beberapa orang untuk terlibat dalam masalah. Bagaimana takdir membuat Annasya Kyle berada di tengah masalah itu.