Bagian 30 || Dandelion

10.8K 972 116
                                    

   

Mengapa harus mawar dan dandelion?

●¤●

    Restaurant Devgracia. Restauran bintang lima milik Devon yang sebelumnya Anna datangi bersama Nick untuk makan malam dan merasa puas dengan makanan serta minumannya. Di sinilah Gisel mengajaknya untuk bicara. Ia sendiri tidak tahu apa yang akan Gisel bicarakan. Ini bisa menjadi satu kemungkinan; bicara tentang Nick.

Anna setuju karena memang sepertinya mereka harus bicara agar tidak ada kesalahpahaman yang terjadi karena Anna tahu bagaimana perasaan seorang perempuan.

"Canggung, ya?" Gisel mulai bersuara dan Anna hanya mengangguk. "Kamu tahu aku?"

Anna mengangguk. Ia sudah tahu Gisel siapa dan ia tidak perlu menanyakan hal yang sudah ia ketahui ataupun berbohong. "Kamu tunangan Nick, dan  ... saudaraku." Anna mendongak melihat senyuman Gisel. Wanita di hadapannya ini tersenyum dengan manis dan ia hanya bisa menampilkan wajah yang datar.

"Akhirnya kita bicara juga, aku udah nggak tau lagi harus gimana supaya bisa bicara dengan kamu dan Siska. Mama selalu melarang karena takut terjadi sesuatu, dan sekarang aku bisa melakukannya ketika ketemu kamu," jelasnya seolah ini adalah penjelasan yang Anna ingin utarakan.

"Kamu ingin bicara apa?"

"Sebenarnya ada banyak hal yang mau aku bicarakan, tapi aku nggak tahu apa bis---"

"Bilang saja," potong Anna.

"Baiklah, aku akan mulai dengan kamu."

"Aku?"

Gisel menganggukkan kepalanya. "Kamu apa kabar?"

"Aku baik. Hidup miskin tanpa keluarga, tapi bahagia karena masih ada Kak Siska." oke katakan perkataan Anna sebagai sindiran dan terlihat kejam, tapi ia tidak peduli karena itulah kebenarannya.

"Maaf..." suara Gisel otomatis berubah.

"Untuk apa? Kamu nggak salah." Anna menatap Gisel dengan lekat. Perubahan raut wajah wanita itu berubah seketika.

"Kamu sudah tahu kebenarannya?"

"Kebenaran apa? Kebenaran kalau Mama yang dulu hancurin keluarga kalian?" Anna merespon dengan cepat tanpa berpikir apapun. Mungkin nadanya sedikit menyebalkan, tapi bukankah itu sifatnya sendiri.

"Kamu tahu." Gisel tersenyum.

Anna sedikit bingung dengan senyuman itu. Apa sekarang dirinya sedang diejek? "Kenapa kamu senyum?" Akhirnya Anna mulai bertanya.

"Karena itu artinya nggak ada rahasia lagi di antara keluarga kita."

Keluarga kita? Apa sekarang Gisel sedang bercanda? Anna tidak mengerti arah pembicaraan keduanya saat ini. Anna merasa bosan dengan pembicaraan kehidupannya. Dilihat dari gelagat Gisel, entah mengapa ia sedikit percaya bahwa ada tujuan lain mengapa wanita itu mengajaknya bicara.

"Aku tahu ada hal lain yang mau kamu bicarakan." Akhirnya Anna mengatakan apa yang ada di benaknya.

Gisel terlihat mengembuskan napasnya dan menyeruput tehnya sebelum memulai. "Kamu benar. Aku di sini juga ingin membahas mengenai---"

"Nick?" potong Anna.

Gisel mengangkat kepalanya lagi dan tersenyum. "Kamu juga tahu dengan baik."

Anna mengangguk. "Nggak ada yang harus dipikirkan untuk mengetahuinya, tapi kenapa kita harus membicarakan dia?" Ah, Anna berlagak polos dengan menanyakan hal ini.

Annasya KyleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang