Bagian 26 || Gelisah

12K 917 107
                                    

Kegelisahan yang tak terjawab

●¤●

Bajingan!

Dengan segala kekuatannya, Gabriel menghempaskan dokumen yang dibawa Nick ke lantai setelah merobeknya menjadi beberapa bagian dan menginjaknya dengan keras seraya memaki dengan kata-kata yang sebelumnya sangat ia hindari.

Demi apapun, rencana yang sudah ia buat kini gagal total hanya karena sebuah dokumen sialan yang dibawa oleh Nick. Disaat ia awalnya mengharapkan Nick akan selalu mendukung apapun tentang Gisel, pria itu malah melakukan hal yang membuat ia kesal sendiri.

Ceklek

Gabriel menoleh ke arah pintu dan melihat Nick yang kembali.

"Aku melupakan kunci mobilku," ujarnya seraya berjalan mengambil kunci di meja dan melirik dokumen kusam yang sudah hancur karena Gabriel.

"Seharusnya kamu menghancurkan softcopy-nya."

Gabriel sangat yakin bahwasanya ia tidak salah lihat ketika menangkap Nick yang tersenyum sinis.

Setelah Nick keluar, Gabriel semakin naik darah. Saking kesalnya, ia menendang sofa dan menarik rambutnya dengan frustrasi. Sekarang ada hal yang harus ia lakukan selain menuangkan amarahnya di sini.

Ia mengambil ponsel dan kunci mobilnya lalu berlari keluar dari ruangan dan tergesa-gesa menaiki lift. Setibanya di aula parkiran, ia berjalan ke mobilnya dan segera mengendarai mobil mewahnya dengan kecepatan yang tinggi menuju sebuah rumah besar yang di depannya terdapat dua patung burung phoenix.

Ia membuka gerbang rumah dan berlari dengan cepat menuju kamar utama yang terletak di lantai kedua. Ia membuka pintu dan tidak terkejut dengan sosok pria yang sedang duduk di meja kerjanya dengan beberapa dokumen berserakan di sana.

"Ada apa, El?" tanya pria paruh baya itu.

"Apa Papa selicik ini?"

Pria itu menoleh dan mengerutkan kening. "Apa maksudmu? Datang dengan tiba-tiba dan mengatakan hal itu."

Gabriel mencoba untuk menenangkan diri. Ia tidak ingin menjadi Nick yang emosi kepada ayahnya sendiri.

"Pembangunan tanpa izin, penghindaran pajak, dan pemalsuan pembukuan. Apa itu yang selama ini Papa lakukan?!" nada Gabriel sedikit tinggi agar ayahnya mengerti bahwa saat ini perasaannya benar-benar tak menentu dan jauh dari kata tenang meskipun ia sudah berusaha.

"Darimana kamu dapat info itu?"

Gabriel melihat mata ayahnya. Ia tahu pasti ketika ayahnya sedang berbohong atau tidak. Tidak ada yang bisa mengenali ayahnya sebaik ia dan Gisel. Namun, setelah melihat kedua mata itu saat ini, Gabriel merasa bahwa ia tak mengenal ayahnya dengan keseluruhan.

"Jadi dokumen itu benar?" Gabriel terlihat lemah. Ini semua membuat ia tak percaya. Sebelumnya ia pikir dokumen itu palsu, tapi setelah ia melihatnya kembali sebelum ia robek, ada beberapa bukti dan di sana ada tandatangan Alden, ayahnya.

Alden terlihat melepaskan kacamatanya dan berjalan ke arah Gabriel. "Apa yang terjadi?"

Gabriel memejamkan mata dan mengembuskannya. "Papa boleh mengecewakanku, tapi jangan Gisel, Pa." setelahnya Gabriel pergi meninggalkan Alden tanpa kata-kata. Ia tidak ingin lagi mendengar seluruh perkataan Alden yang hanya akan membuat ia kecewa.

"Gabriel," teriak Alden.

Namun Gabriel terus berlari dan masuk ke dalam mobilnya. Ia pikir selama ini ayahnya tidak akan pernah mengecewakannya meskipun dengan masalah yang kecil, tapi apa yang saat ini terjadi? Ayahnya melakukan hal yang licik dalam perusahaan ketika ayahnya sendiri memintanya untuk selalu jujur. Jadi apa gunanya semua perkataan yang Alden ucapkan?

Annasya KyleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang