Bagian 3 || Segelas Minuman

22.6K 1.6K 25
                                    

Malam ini merupakan awal dari keikutcampuranmu

♡♡♡

Vodka dan wine. Kedua minuman itu berjejer rapi di meja bundar yang terbuat dari kaca. Kedua minuman itu sama-sama mengandung alkohol. Namun semua orang tahu minuman mana yang sangat keras dan sangat disukai para pria. Khususnya tiga pria yang ada di ruangan VVIP klub dengan dua wanita panggilannya.

"Kenapa? Masih takut dengan vodka?" Pria bermata hijau itu tertawa meledek pria bermata cokelat.

"Sudahlah, apa kau tidak bosan terus-menerus menenggak air putih setiap ke klub. Ini hari besar, jangan dikacaukan dengan segelas air putih." Pria bermata biru mulai mengambil gelas yang berisikan vodka dan memberikannya pada pria bermata cokelat.

Nick namanya. Pria bermata cokelat yang memiliki masa lalu kelam terhadap vodka. Ia biasanya akan mabuk setelah empat teguk, tapi tidak untuk beberapa bulan terakhir ini. Ia pasti akan mabuk hanya dengan satu gelas.

"Kau pikir tanganku ini tongkat yang tahan sakitnya jika seperti ini? Cepat ambil," protes temannya yang memiliki warna mata secerah langit.

Nick menghela napasnya. Akhirnya ia mengambil gelas dan memerhatikannya sekali lagi.

"Kau akan meminumnya atau tidak?"

Nick melihat teman bermata hijaunya setelah itu teman bermata biru. Nick mengembus napasnya. Inilah salah satu kesialannya jika berteman dengan pria blasteran yang suka sekali minum. "Tidak untuk sekarang." Nick meletakkan kembali gelas berisi vodka itu ke tempatnya.

Aaron dan Devon kecewa.

"Masih trauma atau kau memang tidak bisa meminumnya lagi?" Aaron, pria bermata hijau yang memiliki darah Italia itu bertanya dengan alis yang terangkat.

"Dua-duanya," timpal Devon. Pria bermata biru yang selalu membuat Nick kesal setiap saat. "Kau ingin keluar atau aku panggilkan wanita panggilan?" tawarnya dengan senang hati.

Nick sebenarnya tidak membutuhkan keduanya. Namun, daripada ia berada di luar sana dan menikmati pesta, ia lebih baik bersama wanita panggilan yang sudah pasti akan ia abaikan nanti. Lagipula alasan ia merayakan pesta di klub ini karena Aaron dan Devon yang tiba-tiba sudah memesannya atas nama Nick. Meskipun yang membayar mereka berdua. Teman yang bodoh.

"Wanita." Nick memejamkan mata dan menyandarkan tubuh ke sandaran sofa. Saat matanya tertutup, ia mendengar Devon meminta asistennya memanggil wanita bernama Siska. Ia tidak peduli.

Setelah teman-temannya dan wanita-wanitanya pergi, Nick membuka mata lalu melihat arlojinya. Sudah pukul sembilan dan gadis kecil yang dimintanya mengantar bunga, yang akan dijadikannya bahan mainan klub, belum datang juga. Ia pun menghubungi pemilik toko bunga dan disampaikan bahwa gadis itu sudah pergi mengantarkannya. Ia tersenyum. Masih teringat jelas bagaimana pertemuan mereka tadi di gereja. Sebenarnya ia ingin menggoda gadis itu lagi, tapi Avi keburu memanggilnya dan meminta diantar pulang. Akhirnya ia mengurungkan niatnya dan berniat untuk menggoda gadis itu di sini.

Satu jam lamanya sudah lewat. Baik gadis itu dan wanita panggilannya, sama sekali belum datang. Nick mulai kesal.

Ia memilih untuk keluar.

♡♡♡

Riasan wajah yang tipis semakin meningkatkan kecantikannya. Tak perlu riasan tebal untuk melakukan apa yang seharusnya tidak ia lakukan. Anna melihat sekali lagi dirinya di depan cermin. Pakaian minimnya yang sederhana membuat penampilannya semakin memukau.

Annasya KyleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang