Hidup itu ibarat ujian, kamu harus melaluinya dengan tenang dan temukan jawaban yang tepat yang menjadi akhir dari segalanya
●●●
Anna mengepalkan tangannya. Ia mengambil napas dalam dan keluar dari tempat persembunyiannya, membuat dirinya terlihat oleh Gabriel dan Alden. Ia memejamkan matanya sekejap dan berkata, "Itu semua tidak benar."
Gabriel dan Alden otomatis menoleh ke arahnya dengan dahi yang berkerut. Memandang Anna yang tiba-tiba muncul dan mereka pun memberikan ekspresi seolah ingin diberikan penjelasan.
"Nick tidak mencintaiku."
"Anna..."
Anna berjalan lebih dekat ke arah Gabriel dan Alden. "Maaf aku menguping, tapi ini benar-benar tidak disengaja. Sekali lagi aku ingin mengatakan bahwa Nick tidak mencintaiku seperti apa yang kamu katakan." Anna memandang Gabriel, memberikan sorot mata tajam. "Jadi jangan mengatakan itu seolah-olah aku yang salah."
"Aku sama sekali tidak menyalahkanmu," ucap Gabriel.
"Tidak," bantah Anna. "Kamu mengatakan itu karena menyalahkanku. Nada dan ucapan yang kamu keluarkan sangat berbeda. Intinya, aku menekankan satu hal kepada kalian bahwa Nick tidak mencintaiku."
"Apa kamu yakin dengan perkataanmu?" tanya Gabriel.
"Aku sangat yakin," jawab Anna mantap.
"Kamu salah, Anna." Gabriel perlahan mendekat ke arah Anna. "Tatapan mata Nick yang dia tujukan ke kamu adalah bukti kuat yang mengatakan bahwa dia menyuakaimu. Dia melupakan Gisel dan Gisel tahu itu."
"Sudah kukatakan itu tidak benar," ralat Anna lelah. Ia benar-benar tidak mengerti harus mengatakan bagaimana pada Gabriel agar pria itu paham. "Aku ingin bertemu Gisel."
"Untuk apa? Untuk membuat dia semakin tersiksa?"
Anna mengerutkan keningnya. "Apa aku terlihat ingin menyiksanya. Aku bahkan tidak mengenalnya dan jika kamu bertanya siapa orang yang pantas mendapatkan siksaanku, jawabanku hanya satu." Anna seketika melirik Alden dan lirikannya adalah jawaban dari ucapannya. "Pertemukan aku dengan Gisel, akan kukatakan yang sebenarnya."
"Maaf, Anna ta---"
"Biarkan dia bertemu Gisel," potong Alden.
"Pa," seru Gabriel.
"Ayo," ujar Alden.
Anna yang menyadari hal ini mulai menghela napasnya dan mengikuti Alden dari belakang bersamaan dengan Gabriel yang terlihat kesal.
Setelah mengikuti Alden dari belakang, tatapan Anna tidak pernah terlepas sekalipun dari punggung pria yang dulu pernah menyayanginya itu. Bahkan setelah dirinya masuk ke dalam mobil, kedua matanya masih dian-diam memandangi Alden yang terlihat sangat gugup.
Seketika emosional Anna tidak terkendali. Ia tersenyum miring dan mencoba menahan diri untuk tidak mengingat kenangan indah yang hanya mampu membuat dirinya menangis. Ia memalingkan wajahnya, mencoba untuk bersikap biasa saja.
"Bagaimana kabarmu?"
Suara itu, nada itu ...
Anna menoleh, seolah tidak percaya dengan nada yang sesungguhnya sangat dirindukannya. "Aku selalu baik, bahkan setelah orangtuaku meninggal."
Anna tahu bahwa jawabannya amatlah sangat mematikan. Namun, siapa yang peduli jika ia ingin sekali mengatakan kalimat itu saat ini juga.
"Bagaimana Siska?" tanya Alden lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annasya Kyle
RomanceKlise. Pertemuan gadis miskin dengan pria kaya. Namun, ini bukan bagaimana takdir menguji cinta mereka, tapi bagaimana Takdir mengatur beberapa orang untuk terlibat dalam masalah. Bagaimana takdir membuat Annasya Kyle berada di tengah masalah itu.