Bagian 40 || Mencari

15.6K 929 183
                                    

Aku udah ngedit, tapi mungkin masih ada typo dan kesalahan. Mohon maklumi yaa.
Selamat membaca.

•••

"Mama habis darimana?"

Begitu Ghina memasuki kamar tidur Gisel, putrinya itu langsung menyambutnya dengan satu pertanyaan yang sebenarnya bisa Ghina hindari atau tidak. Namun, Ghina sendiri memilih untuk tersenyum merespon pertanyaan Gisel dan segera duduk di samping ranjang gadisnya itu serta menjawabnya kemudian, "ada hal yang harus Mama urus tadi," ucapnya.

"Apa penting sampai Mama meninggalkanku?" tanya Gisel dengan lembut.

Mendengar ucapan Gisel membuat Ghina seidkit sedih dan ia kembali tersenyum kepada Gisel. "Tidak ada yang lebih penting di dunia kecuali kamu dan El, sayang," jelasnya.

Gisel tersenyum merespon ucapan Ghina. "Aku cukup tahu itu, ma. Tetapi, apa yang Mama urus sebenarnya? Aku sangat penasaran."

Ghina tampak diam dan ia tahu bahwa diamnya dapat menyebabkan kecurigaan terhadap Gisel, oleh karenya ia menjawab, "Mama pergi mengurus hal untuk kepulangan kita ke Barcelona."

"Ma,"seru Gisel. ketika menyadari makna dari perkataan Ghina.

"Profesor Erthanos akan menjemput kita di bandara, dan saat itu juga kamu harus kembali mendapatkan perawatan yang intensif. Mama sudah menyerah, Gisel, Mama nggak bisa membiarkanmu terus berharap pada Nick. Mama sudah melakukan segala cara, bahkan sampai memohon pada Anna, Mama nggak bis---"

"Ma, aku nggak mau ke Barcelona," potong Gisel. "Mama juga nggak perlu lagi meminta kepada Nick ataupun Anna, Mama nggak perlu melakukan itu. Intinya, aku nggak akan kembali ke Barcelona."

"Gisel, Mama melakukan ini demi kamu dan Mama sudah cukup sabar menerima permintaan kamu untuk nggak ke rumah sakit," balas Ghina. "Sekarang Mama minta supaya kamu turutin keinginan Mama."

"Ma, nggak ada harapan lagi," ujar Gisel. "Kenapa harus ke Barcelona? Aku hanya ingin di sini."

Ghina meletakkan tangan kanannya pada pipi Gisel. "Kamu pasti sembuh, sayang. Semua akan kembali normal. Yang perlu kamu lakukan hanya mengikuti apa yang dikatakan Profesor Erthanos. Profesor akan merawatmu sampai sembuh dan---"

"Saat hasil tesku keluar pertama kali, aku tahu apa yang terjadi. Profesor mengatakan kalau aku nggak---"

"Lupakan perkataan Profesor Erthanos saat itu," potong Ghina. "Dia akan menghapus tidak ada harapan yang sebelumnya dia katakan untuk kesembuhan totalmu."

Gisel tidak mengerti lagi harus bagaimana. Ia memalingkan wajahnya dan tidak ingin melihat wajah sang ibu yang bertekad ingin membawanya.

"Gisel...," Ghina menyentuh tangan Gisel dengan lembut. "Mama mohon, kita kembali ke Barcelona, ya?"

Gisel tetap tidak merespon. Ia terus memalingkan wajahnya dan saat itu pula air mata yang sedari tadi ditahannya turun membasahi wajahnya. Cengeng? Ia tidak peduli dengan itu.

"Gisel..." panggil Ghina.

"Aku menyerah, Ma..."

"Sayang..."

Gisel kembali menatap Ghina. "Aku menyerah. Bukan hanya terhadap Nick, tapi juga kondisiku. Aku lelah, Ma."

Ghina mendadak diam mendengarkan kalimat pesimis yang Gisel utarakan. Ia tidak percaya bahwa putrinya yang dulu sangat optimis dan ambisius tiba-tiba saja mengatakan hal yang sangat langka. Seharusnya buka kalimat itu yang Gisel utarakan. Ghina tidak habis pikir. Ke mana putrinya yang dulu selalu menuruti keinginannya dan selalu melakukan apapun demi membahagiakan sang ibu?

Annasya KyleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang