Pagi ini, Taehyung terbangun secara paksa. Mendengar keributan diluar kamarnya, Taehyung menghela nafasnya dengan kasar dan mengusak rambutnya frustasi. Paginya selalu seperti ini, menyedihkan. Taehyung berhenti menggeram kala pintu kamarnya terbuka secara perlahan. Sang adik, Kim Taeguk menyembulkan kepalanya untuk melihat sedang apa sang kakak didalam. Tampak raut lelah dan takut dari adiknya yang masih belia itu.
Taehyung mencoba tersenyum dan menyuruh adiknya masuk kedalam kamarnya. Taeguk pun menuruti hyungnya, ia masuk dan langsung melompat kedalam pelukan hangat hyungnya.
Taeguk menenggelamkan wajahnya pada dada bidang kakaknya itu. Taehyung hanya bisa membelai kepala Taeguk dan menciumi puncak kepalanya. Berharap sang adik bisa tenang. Sungguh Taehyung merasa sangat kasihan dengan adiknya. Taeguk baru saja masuk sekolah menengah pertama, seharusnya Taeguk masih mendapat kasih sayang dan juga perhatian serta suasana rumah yang nyaman. Bukanya malah suasana yang mencekam seperti ini setiap harinya.
Jika boleh jujur, Taehyung lelah sangat lelah dengan kehidupanya. Alasanya bertahan karena sang ibu dan juga adiknya. Jika bukan karena mereka berdua, mungkin Taehyung sudah mengakhiri hidupnya.
"Hyung.. Aku lelah" lirih Taeguk. Sifat Taeguk dan Taehyung hampir sama, hanya saja Taeguk tidak bisa mengontrol amarahnya. Taeguk bersikap tidak dingin hanya pada hyung dan juga ibunya.
"Hyung mohon Taegukie, kau harus kuat. Hyung akan mencoba membebaskan kalian berdua dari si brengsek itu" lirih Taehyung. Taeguk memandang Taehyung.
"Aku ingin keluar dari rumah ini hyung, aku ingin kita tinggal berdua saja" Taehyung menatap tak percaya paa adiknya. Bagaimana bisa Taeguk meminta untuk hanya tinggal berdua sedangkan ibunya disini?
"Bagaimana dengan ibu? Kau tega meninggalkanya?" rahang Taeguk mengeras hanya karena jawaban Taehyung. Taeguk beranjak dari duduknya dan menatap tajam Taehyung.
"Aku tak peduli lagi. Kau selalu seperti ini hyung. Kau tak bisa mengerti diriku" kata Taeguk dengan dingin dan tentu membuat Taehyung terkejud. Taehyung kini sadar bahwa Taeguknya telah berubah. Taeguknya tak seperti dulu lagi, kini ia berubah. Bagaimana bisa Taehyung baru menyadarinya?
"Taegukie-" Taeguk langsung memotong perkataan Taehyung.
"Aku muak denganmu hyung" kata Taeguk masih dengan nada yang sama. Taehyung membeku, bagaimana bisa perubahan emosi Taeguk secepat itu? Hanya karena Taehyung menanyakan ibunya bisa membuat Taeguk marah? Sebenci itukah Taeguk pada ibunya? Taehyung beranjak dari duduknya, ia pergi menyusul Taeguk.
Saat sampai diruang tengah, betapa terkejudnya Taehyung yang melihat Taeguk mendorong kasar ibunya hingga terantuk meja. Rahang Taehyung mengeras melihat perlakuan adiknya.
"Kim Taeguk!" teriak Taehyung marah. Taeguk menghiraukan teriakan Taehyung dan berjalan pergi begitu saja, hal itu tentu membuat Taehyung murka.
Taehyung berlari dan mencekal tangan adiknya, kemudian Taehyung menampar adiknya begitu keras hingga sudut bibirnya sobek dan mengeluarkan darah. Taeguk menatap Taehyung dengan tatapan terluka. Hyung yang selama ini selalu menyayanginya, sekarang sudah melukainya baik fisik maupun jiwanya.
Taehyung terkejud dengan apa yang telah ia lakukan, begitu juga sang ibu."Tae maafkan-" Taeguk memotong ucapan Taehyung.
"Kau bukan hyungku lagi" kata Taeguk dingin kemudian berlalu begitu saja membiarkan Taehyung membeku ditempat karena kata kata Taeguk. Sang ibu hanya bisa menangis melihat kedua putranya itu.
"Kenapa kau tampar adikmu Tae? Dia terluka.. Hikss." Taehyung menatap nanar tanganya. Taehyung mengepalkan tanganya kemudian berlari kedalam kamar untuk mengambil ponsel dan hodienya. Kemudian tanpa kata Taehyung pergi dari rumah begitu saja.
Taehyung berjalan dengan tatapan kosong menuju markasnya, sebuah Box Countainer bekas yang sudah tak terpakai yang disulap menjadi markas oleh Bangtan. Taehyung meraih ponselnya dan menghubungi salah satu sahabatnya.
"Kook, aku membutuhkanmu.. Hikss" disisi lain, Jungkook yang menerima telfon dari Taehyung dan mendengar isakan Taehyung langsung panik. Jungkook segera berlari mengambil beberapa barangnya kemudian segera pergi menuju tampat Taehyung, yang ia yakin pasti dimarkas.
Tak butuh waktu lama, Jungkook sampai ke markas. Ia dengan tergesa membuka kasar pintu markasnya. Ia mendapati Taehyung yang sedang meninju kaca yang sudah pecah. Tanganya juga sudah berlumuran darah. Jungkook shock, hatinya terasa tersayat melihat keadaan Taehyung yang kacau.
Jungkook segera berlari menahan Taehyung dengan cara memeluknya. Taehyung memberontak dalam pelukan Jungkook. Taehyung benar benar kalap saat ini, ia tak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Hingga pada akhirnya karena kekuatan Taehyung yang besar membuat Jungkook tak kuasa menahan pergerakan Taehyung lagi.
Taehyung mendorong Jungkook hingga Jungkook terhimpit oleh dieinya dan dinding countener. Mata Taehyung penuh dengan amarah dan terluka, Taehyung benar benar tak bisa mengendalikan dirinya untuk saat ini. Ia benar benar telah frustasi sehingga membuat pikiranya tak bisa berfikir jernih.
Taehyung menatap Jungkook tajam, kemudian tanpa aba aba Taehyung menubrukan bibirnya pada bibir Jungkook. Taehyung melumat bibir Jungkook dengan kasar. Jungkook memberontak, namun kekuatanya tak sebanding dengan Taehyung. Akhirnya Jungkook hanya pasrah menerima perlakuan Taehyung. Bukan cuma mencium, namun tangan Taehyung juga menggerayangi tubuh Jungkook.
Namun tak beberapa lama, Namjoon dan Jimin datang kemarkas. Mereka terkejud melihat Taehyung yang lepas kendali. Karena tak ingin Taehyung semakin menggila, Jimin langsung menghantam leher Taehyung dan membuat Taehyung pingsan seketika.
Penampilan Jungkook sudah sangat berantakan, bibirnya yang bengkak dan sedikit sobek karena ciuman kasar dari Taehyung, juga bajunya yang tersingkap karena ulah Taehyung. Jimin menatap nanar sahabatnya.
"Jungkook! Apa kau tak apa?" tanya Namjoon. Jungkooj menggeleng kemudian berjongkok dan memeluk tubuh Taehyung yang pingsan.
"Bantu aku mengangkatnya hyung" tanpa banyak bicara, Jimin dan Namjoon membantu Jungkook mengangkat Taehyung.
"Sebenarnya apa yang terjadi padanya Kook? Kenapa ia bisa sampai kalap seperti ini?" tanya Jimin dengan nada kawatir. Jungkook membelai puncak kepala Taehyung penuh kasih sayang.
"Entahlah hyung, tapi kupikir ini masalah keluarganya" lirih Jungkook. Jimin menghela nafasnya dan beranjak mengambil kotak P3K. Jimin dan Namjoon mengobati luka ditangan Taehyung.
"Andai aku bisa menolong Taehyung" lirih Jimin. Jungkook membelai wajah Taehyung kemudian mencium keningnya. Namjoon dan Jimin terdiam, sebenarnya mereka berdua tau jika Jungkook mempunyai perasaan khusus pada Taehyung. Namun Jungkook menyuruh mereka diam dan tak boleh mengatakanya pasa siapapun terutama Taehyung.
"Andai aku bisa memberinya kebahagiaan hyung" lirih Jungkook.
"Kook, aku harap kau memaafkan kelakuan Taehyung barusaja" lirih Namjoon. Jungkook mengangguk, bagaimana bisa ia membenci orang yang ia cintai? Lagipula ia tau, jika Taehyung sedang depresi. Jungkook rela melakukan apapun demi Taehyung, orang yang ia cintai.
"Mianhae.. Taegukie" lirih Taehyung, raut wajah Taehyung tampak sangat terluka. Jungkook, Jimin dan Namjoon saling berpandangan.
Jungkook nemeluk Taehyung dan mencium bibirnya sekilas."Aku harap bukan sesuatu yang fatal yang kau lakukan hyung"
------
TBC
Kecepetan kah ini alurnya? 😂
Sengaja rezer bikin seperti ini karena biar cepet masuk ke inti dari FF ini..
Semoga Readernim suka deh 😂
Gumawo yang udah baca dan VoMentnya 🙏
Thankyou Very Much
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream of Omelas || VKOOK [END]
Fanfiction"Jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hidupmu lagi hyung, kau tak sendiri. Kami selalu bersamamu, kau mempunyai kami, kau tak pernah sendiri. Kau tau? Aku sangat mencintaimu, takkan kubiarkan kau menanggung semua beban hidupmu sendiri" - Jeon Ju...