2. Keluarga Rudolf

631 66 2
                                    

"Tursin membawakan pakaian ini untukmu." ucap wanita itu tersenyum kaku.

"Mereka berpikir bahwa mungkin sesama wanita dapat saling mengerti satu sama lain. Para warga sedikit terkejut dengan kedatangan mu dan sekarang semuanya heboh membicarakan gadis berpakaian aneh yang tiba-tiba muncul di desa Hobbit." Jelasnya yang membuat Prim hanya dapat tersenyum tipis memikirkan pakaian-pakaian dan tempatnya sekarang yang aneh untuknya.

"Tursin tidak ingin hal-hal buruk sampai terdengar. Ia hanya ingin kau tampak seperti yang lainnya dan tidak membuat keributan lagi. Kami terkadang menyambut tamu dengan berbagai hal tapi kami tidak akan melakukannya karena Tursin melarang kami. Kau harus terlihat normal di sini. Tapi Tursin menegaskan kalau kau tidak boleh terlihat." Jelas wanita kerdil itu seolah mempraktekkan bagaimana orang yang disebut Tursin ini mengatakan hal yang sama untuk si wanita mungil.

"Ehm.. namaku Prim. Aku terlalu kasar untuk menjadi tamu kalian. Maafkan aku, aku memang sedikit shock. Aku rasa aku perlu masuk adegan dengan karakter  yang 'tidak terlihat' di sini." jelas Prim menekankan.

"Namaku Martha. Suamiku Rudolf. Kai.. peri yang tadi dikamar mu. Ia yang meminta Tursin membawakan pakaian ini untuk mu." jelas Martha memberikan pakaian itu kepada Prim.

Prim dapat merasakan jari-jari kecil Martha yang sedikit kasar seperti jari-jari para tukang kebunnya yang sangat rajin.

Prim menatap Martha yang terlihat lebih baik. Dan senyumnya tak lagi dipaksakan seperti sebelumnya.

"Ya.. ini masa yang sulit bagi kami karena itulah kami tidak membuat pesta. Jarang ada pengunjung yang datang ke desa kami di saat Masa kegelapan yang tengah berlangsung dan entah kapan akan berakhirnya. Aku berharap kau dapat mengerti." Ucap Martha terkekeh hambar dan menunjuk keluar pintu kamar.

"Aku menyiapkan bak mandi air hangat untuk mu. Aku harap itu dapat menghilangkan shok mu. Aku juga akan sedikit shock bila dikelilingi oleh banyak orang seperti mu tadi." ucap Martha tersenyum geli dan mengangkat bahunya sesekali.

"Jadi aku harap kau dapat menikmati mandi mu." ucap Martha menarik tangan Prim berlahan menuntunnya menuju sebuah pintu yang mengeluarkan uap.

Saat melihat isi kamar mandi yang semua peralatannya terbuat dari kayu dan seukuran dengannya. Membuat kening Prim berkerut keheranan. Karena barang lainnya terlihat sesuai ukuran dengan Martha dan keluarganya yang kecil.

Terkecuali untuk ranjang di kamar yang tadi sempat ia tempati.

"Nikmatilah. Kami sengaja membuat beberapa hal sesuai dengan ukuran peri karena Kai juga sudah cukup lama tinggal di sini." ucap Martha mempersilahkan dan ia berlahan keluar dari kamar mandi itu dan menutup pintu.

Prim mencoba memahami satu persatu yang tadi dijelaskan oleh Martha. Sambil melepaskan pakaiannya dan berendam di dalam air hangat ia terus berpikir tanpa henti.

Sambil menggosok tubuhnya yang terasa lengket di dalam air. Prim mencoba untuk mencermati semua perkataan Martha. Ada sebuah kemungkinan saat ini bahwa dia sedang di culik seperti di film-film, atau mungkin tak sengaja memasuki studio film yang cukup menghabiskan banyak uang untuk membuat studio seindah dan sebesar ini. Tapi semakin lama Prim berfikir sebuah kesimpulan muncul dikepalanya. Tak ada kamera ataupun mereka yang berniat mencuri barang yang tak seberapa harganya. Bahkan untuk menyuruh berbicara di depan kamera untuk memeras saja tidak ada. Tak ada tipuan dan semua wajah yang ada ditempatnya tinggal sekarang terlihat begitu tulus memperlakukannya. Kesimpulan saat ini sudah di buat oleh pikiran Prim, ia berada di dunia lain saat ini.

***

Prim keluar dari kamar mandi dengan mengenakan pakaian yang diberikan oleh Martha tadi dan ia lupa akan rumah hobbit yang pendek hingga lampu gantung mengenai kepalanya. Prim meringis dan mengusap keningnya.

Missing to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang