9. Cinta Pertama Kai

276 45 0
                                    

"sepertinya aku masuk dalam lubang hitam dan bertransporter kedunia ini.. aku penasaran apa nama dari planet ini?" sambung Prim melihat Edward yang juga tengah menatapnya dengan serius.

"Bumi." jawab Edward singkat.

"tapi bagaimana bisa lubang hitam itu memindahkanmu?" tanya Edward keheranan.

Prim pun menjawabnya dengan mengangkat bahunya hingga membuat Pangeran Edward mengernyitkan keningnya. Tapi Prim tak mau ambil pusing ia hanya diam kembali menyuguhkan matanya akan ilmu yang ada di dalam buku yang berada dihadapannya.

.
.
.

Prim membaca cukup banyak hingga sinar mentari menyinari perpustakaan dan lilin-lilinpun dimatikan oleh Edward. Sarapanpun diantarkan oleh Ratu Ashily sendiri kedalam perpustakaan untuk Edward dan Prim. Hingga tengah hari Prim masih sibuk membaca dan akhirnya ketiduran dimeja papan yang sangat nyaman itu, diselimuti oleh Edward dengan berlahan.

***

Prim terbangun karena suara nyanyian burung yang terdengar merdu hingga membuat tidurnya tak nyenyak lagi. Ia melihat dua burung gereja tengah bertengger di pagar besi taman yang dijalari oleh tanaman.

kedua burung itu tampak sibuk bercengkrama sambil bernyanyi dengan merdunya.

"Hei, tunggu! Apa kau ada terbang di sekitar benteng pagi ini?" tanya salah satu burung yang tengah bertengger.

"Aku setiap pagi kesana kecuali Ada naga hitam. Suaranya sangat mengganggu. Dan aku melihat pertempuran pagi ini karena ada peri yang mencoba menyebrangi sungai. Dan ada banyak yang terluka karena hal itu." jawab burung yang satunya lagi.

Kai melangkahkan kakinya menuju perpustakaan dan melihat Prim tengah memperhatikan dua burung yang tengah bertengger dengan serius dan selimut yang masih menyelimuti punggungnya.

"Benarkah? kalau aku tidak akan berani untuk terbang di sana. Apalagi bersarang.. para Orc itu semuanya sangat jahat." ucap burung itu kemudian berbalik untuk melihat pengunungan.

"Apa itu pasukan yang terluka itu?" tanya salah satu burung menunjuk beberapa pergerakan kecil yang menuruni pegunungan dengan cepat menggunakan paruhnya.

"ya itu mereka! Mereka terluka sangat parah. Kurasa mereka meminta bantuan pada Ratu Ashily untuk menyembuhkannya." jawab burung satu lagi mengiyakan kemudian merekapun segera terbang entah kemana.

Prim bangkit dari duduknya dan melangkah menuju pagar yang terbuka.

"mereka benar." ucap Prim memandangi beberapa orang yang menaiki kuda dengan tertatih-tatih di bawah kaki pegunungan.

Kai melangkah ke samping Prim dan melihat pasukan berkuda yang datang.

"Shirena." bisik Kai dengan sangat pelan dan hampir tak terdengar oleh Prim.

Prim melihat ekor mata Kai yang begitu serius menatap pasukan berkuda yang tertatih. Sedetik kemudian Prim dapat mencerna bisikan Kai dengan baik.

"siapa Shirena?" tanya Prim mengerutkan keningnya.

Kai tak mengatakan apapun dan hanya diam saja menatap pasukan berkuda.

Sedangkan Prim masih penasaran dengan apa yang di lihat Kai dengan mata perinya.

"burung-burung itu mengatakan mereka dalam keadaan terluka." jelas Prim berjalan mendekati pagar berharap dapat melihat pasukan itu dengan jelas bergerak ditengah lapangan luas hendak menuju gerbang.

Kai tanpa aba-aba segera pergi meninggalkan Prim sendirian di perpustakaan.

Prim berbalik melihat Kai yang pergi. Ia menghela nafas berat dan mencengkram roknya seolah merasakan sesuatu yang menyesakkan di dalam dadanya. Ia menggeleng pelan dan berjalan menuju pintu perpustakaan.

Missing to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang