“tidak mungkin aku memintanya kepada Pangeran Edward atau Ratu Ashily bukan? Aku sudah membuatnya repot dengan mengantar makanan setiap hari. Dan karena kaulah teman dekatku yang setia. Dan hanya kau lah yang kupanggil pria menjengkelkan dibelakangmu maupun dihadapanmu tapi.... tidak marah sama sekali! Dan aku selalu saja mengoceh tanpa henti dan kau..” ucap Prim menunjuk Kai dengan tangannya yang satu lagi tidak dipijit sambil memicingkan matanya menatap Kai yang terus memijit telapak tangan Prim tanpa peduli.
“hanya diam saja! Aku lihat dibuku sebelumnya yang ku baca tempramen para peri tidak jauh dengan manusia. Bahkan nafsu mereka untuk memiliki segalanya dan kurasa kau juga bisa marah. Setidaknya marahlah agar pertengkaran ini seimbang dan menghasilkan banyak percakapan.” ucap Prim dan Kai menganggukkan kepalanya sekali sambil terus memijit-mijit telapak tangan Prim.
“jadi.. aku tidak bertanya soal Tursin beberapa hari ini ia tidak terlihat. Tapi aku dengar dari Pangeran Edward bahwa ia sudah sampai di hutan.. hutan..” Ucap Prim menggaruk-garuk kepalanya bingung, mencoba mengingat kembali.
“Moorim.” sambung Kai dan Prim menjentikkan jarinya.
“Ah, benar. Moorim dan ia bercerita mengenaiku di sana dan mengirim Shirena.. lalu..” ucap Prim menunggu Kai menyambung namun Kai hanya memijit telapak tangan Prim.
“sudah.. kau sudah sehat. Kau akan ikut sarapan dengan kami agar tidak merepotkan lagi.” ucap Kai memandang Prim dan segera bangun dari meja pergi menuju pintu.
“apa kita akan melewati perang itu juga.. aku tidak suka melihat gambar Orc dibuku-buku ini." Tunjuk Prim pada buku yang terbuka lebar dihadapannya dengan mendorongnya sedikit ke tengah meja.
"Kurasa aku tidak akan suka bertemu dengan mereka secara langsung” ucap Prim memelas.
“bukan kita.. tapi kau dan Shirena” ucap Kai berjalan meninggalkan Prim yang masih duduk di taman perpustakaan.
***
Seorang peri dengan panah dan busur dipunggungnya, berambut merah panjang dan wajah bersinar berdiri di samping Pangeran Edward yang berada di sebelah singgasana Raja dan Ratu Kerajaan Putih. Tinggi tubuhnya setinggi tubuh Prim dan terlihat gadis itu berdisiplin tinggi .
Mata Prim melihat Raja dan Ratu yang duduk disinggasananya yang megah sedangkan Pangeran Edward dan Shirena berdiri di sebelah singgasana. Kai telah mengantarkan Prim tepat di tengah-tengah ukiran mawar putih di tengah ruangan dan segera duduk pada tempat yang sudah disediakan di samping yang lainnya.
Prim memberikan salam dengan membungkuk ala bangsawan kemudian semua tampak diam hanya menatapnya.
“kami telah memutuskan untuk mengijinkanmu pergi bersama Shirena ke hutan Moorim. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Ratu Elphrim. Mungkin ia akan mengirimmu pulang dengan kekuatannya. Aku akan memberikan beberapa pasukan kerajaan untuk mengantarkanmu kesana dengan selamat.” ucap sang Raja memberikan titah.
“maafkan Hamba Yang Mulia Raja Edmund dan Ratu Ashily. Semakin banyak tentara yang kami bawa maka akan membuat kami semakin di ancam bahaya karena terlalu mencolok. Sesungguhnya cukup saya saja yang menjaganya.” jelas Shirena dan Prim hanya dapat memandang dengan diam tak mampu berkata maupun menyanggah.
“aku percaya padamu Shirena. Kau adalah prajurit yang tangguh namun aku tak akan mengizinkanmu pergi sendiri. Bagaimana bila kau lengah dan.. apapun bisa terjadi.” ucap Raja Edmund.
Shirena memandang Raja Edmund hendak menjawab namun tiba-tiba saja Prim mengangkat tangannya.
“aku bisa menjaga diriku sendiri.” ucap Prim dan semua menatapnya dengan pandangan aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing to Another World
AdventureTamaT ------------------ Prim, gadis yang tak sengaja masuk ke dalam portal dan tiba di dunia lain yang penuh dengan makhluk fiksi seperti di dalam cerita dongeng. Dunia itu dilanda perang yang berkecamuk antara pihak cahaya dan pihak kegelapan yang...