19. Lebih Baik

263 41 0
                                    

“aku tidak akan terbaring dan aku tidak menjadi seperti dirimu! Kau mahluk kotor yang nantinya hanya akan menjadi makanan sasaran kemarahan tuanmu sendiri.. dan ketika kau terbaring kau hanya akan menjadi makanan cacing! Bahkan cacingpun tak sudi memakanmu.” balas Kai dan membuat orc itu semakin marah dan dentingan pedang semakin keras hingga menimbulkan percikan api yang kuat.

“orc kotor.” Shirena setengah berteriak menyerang orc besar itu dari belakang namun orc itu dapat menahan serangan Shirena dan kembali menyerang Kai.

Shirena dihujani serangan bertubi-tubi dari orc yang datang berkelompok dan menyerangnya tanpa ampun.

Prim masuk ke dalam rumah warga desa sambil terus menebas dan menusuk orc yang berdatangan menyerangnya.

“Ada orang dirumah?” tanya Prim saat masuk ke dalam rumah itu dan melihat anak kecil bersama ibunya tengah berlindung di dekat tungku perapian sambil memegang sebuah garpu rumput dan besi perapian.

“Pertahanan yang bagus. Tapi kalian harus berlari kehutan.” ucap Prim menyuruh mereka pergi, kemudian orc datang dan hendak menusuk Prim dengan tombak.

Prim bergeser dan menendang tombak dengan keras yang membuat Orc itu jatuh tersungkur dan segera Prim menusukkan pedangnya di tubuh Orc itu hingga tak bergerak.

“Kemarilah cepat. Aku akan mengamankan jalannya.” ucap Prim membunuh orc yang datang lagi.

Ibu anak itu berlari menuju pintu menarik anaknya dan kemudian mereka berlindung di belakang Prim yang masih sibuk membunuh para orc.

“Kau sendirian? Itu akan sangat disayangkan.” ucap Kai mengejek halus orc besar itu.

“Apa itu masalah buatmu. Karena aku tidak sendirian.” ucap orc itu dengan sombongnya dan kemudian masih bertarung dengan orc itu dengan sengitnya.

"Aku muak bermain denganmu.” ucap Kai dan akhirnya mengakhiri pertarungan itu dengan menusukkan belati kecil yang pernah ia pinjamkan pada Prim untuk menusuk orc itu tepat dimatanya dengan cepat.

Shirena asik menahan kedatangan orc yang semakin banyak, wajahnya penuh dengan darah orc yang berwarna hitam.

Shirena tak sempat lagi menghapus darah orc itu dari wajahnya sampai Kai datang membantu menahan orc itu dan gerakan Shirena dapat sedikit melambat untuk beristirahat.

“Prim?” tanya Kai pada Shirena yang masih sibuk menahan serangan orc.

"Ia terlihat cukup baik. Dan ia cukup mahir memainkan pedang.” ucap Shirena yang bertahan di belakang Kai sambil memamdangi Prim menyerang orc melindungi beberapa warga yang berada dibelakang punggungnya.

“Hei.” ucap Prim memberikan ciuman kepada Shirena dari kejauhan.

“Sudah lama aku tidak beraksi. Dan ini.. serasa hidup.” teriak Prim setelah berhasil menyusupkan warga desa masuk kedalam hutan sambil berlari-lari kecil menuju Shirena diikuti serangan kepada orc.

“Kau dengar?” tanya Shirena masih terus membunuh para orc yang semakin menumpuk dihadapan mereka, sambil melirik Kai dengan seringaian yang tercetak jelas pada wajahnya.

“Mereka 3 pasukan dan masing-masing dari mereka memiliki pemimpin yang cukup hebat.. dan aku tak merasakannya dari tadi.” ucap Kai tampak tak peduli dan terus melanjutkan aksinya.

“Disana.” ucap Shirena melihat Prim yang bertarung dengan orc besar.

“Dan disana.” ucap Kai menghunuskan pedangnya mengamankan jalan menuju orc besar yang sudah menunggunya di belakang pasukan orc yang terus menyerang.

“Bantulah Prim.” ucap Kai, namun tak disangka saat posisi Shirena kosong salah satu orc menembakkan panahnya dan mengenai punggung Shirena.

Shirena jatuh berlutut dan masih menyerang orc yang terus berdatangan menyerangnya.

Missing to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang