6. Iridesa

346 59 0
                                    

Saat Prim berdiri, anak serigala berjalan menuju semak-semak.

Prim terus mengikuti langkah serigala kecil yang berjalan melewati pepohonan yang lebat.

"Kemana kau akan membawa ku?" tanya Prim pada serigala kecil.

"Iridesa." jawab serigala kecil yang membuat Prim menghentikan langkahnya karena terkejut.

"Kau bisa bicara?" tanya Prim menunjuk serigala kecil dengan ragu.

Serigala kecil itu berbalik dan menatap Prim dengan mata kuningnya yang berkilauan dalam gelapnya malam.

"Iridesa mengatakan kau dapat mengerti bahasa hewan dan kami mengerti bahasa mu. Begitu banyak manusia yang ku temui dan kau yang pertama kalinya mengerti apa yang sedang aku bicarakan." ucap serigala terkekeh namun mulutnya tidak bergerak sedikitpun hanya saja ekspresinya mengikuti setiap kata yang ia ucapkan.

"A-aku mengerti bahasa hewan? Apa aku setengah peri?" tanya Prim terkejut dan kembali mengikuti langkah serigala kecil yang melanjutkan perjalanannya.

"Tidak. Bahkan para Peri tidak mengerti bahasa kami. Mereka hanya membantu hutan. Mereka tahu banyak bahasa namun tidak ada yang bisa bahasa hewan bahkan peri terkuat sekalipun." jelas serigala kecil.

"Kau hendak membawa ku kemana?" tanya Prim kembali melihat jalan yang mereka lalui sudah terlalu jauh dan membuat Prim merasa asing.

"Aku akan membawa mu pada Iridesa. Iridesa mengatakan kalau dia adalah penjaga mu. Jadi, kami mengintai mu sejak kau tiba.. dan dia ingin bertemu dengan mu sekarang." ucap serigala kecil.

"Dimana tepatnya? Jangan katakan kita akan pergi ke tengah hutan." ucap Prim takut, ia berhenti untuk melihat serigala kecil dengan jelas di tengah sinar rembulan yang terang di antara pepohonan dan terlihat warna abu-abu dari bulunya yang tampak begitu halus.

Serigala kecil berhenti dan menatap ke arah kegelapan yang tak terlihat apapun karena sinar rembulan tak tembus di tempat yang penuh dengan beberapa pohon yang rimbun.

"Disini." ucap serigala kecil berbalik menatap Prim.

Prim memperhatikan keadaan gelap itu. Ia merasakan sesuatu yang tengah bergerak berjalan kearahnya. Perasaan yang terlalu kuat untuk dielakkan begitu saja hingga Prim mendekati serigala kecil dan menatap lurus ke arah kegelapan itu.

"Prim.." terdengar suara pria dari dalam kegelapan.

Selang beberapa saat kemudian mata berwarna hijau terang terbuka dan langsung menatapnya.

Prim melihat mata itu semakin jelas. Tapi perasaan takut tak tampak sedikitpun dimatanya, ia terus saja menatap gelapnya bayangan di tempat itu dengan berani.

Moncong hidung dan mulutnya keluar dari kegelapan dan terlihatlah kepala seekor macam kumbang. Ekor macam kumbang itu melambai kearah cahaya rembulan dan berlahan melangkah keluar dari kegelapan mendekati Prim.

"Perjalanan yang panjang Prim." ucapnya.

"Kau Iridesa?" tanya Prim menunjuk macan kumbang itu.

"Kau Iridesa?" tanya Prim menunjuk macan kumbang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kami juga lelah mengikutimu seharian ini. Sulit menemuimu di saat peri itu berada didekatmu." ucap Iridesa menatap Prim dengan bahagia atau mungkin ada rasa ingin melahapnya bulat-bulat saat ini juga.

Tidak. Dia hanya menatap Prim dengan beribu pertanyaan yang ada dikepalanya sama seperti Prim yang ingin menanyakan banyak hal padanya.

"Kenapa kau mengikuti ku? Apa kau akan menjadikan ku mangsa?" tanya Prim menunjuk dirinya tanpa menunjukkan sedikitpun rasa takut pada macan kumbang yang ukurannya lebih besar dari pada umumnya.

Macam kumbang itu tampak terkekeh dan menatap Prim kembali.

"Kalau aku memangsa mu tentu aku akan memangsa mu sedari tadi. Tapi tampaknya keberuntungan berpihak pada mu hingga aku tak dapat memangsa mu." ucap Iridesa seolah menyeringai dengan wajah macan kumbangnya itu walau kenyataannya wajahnya tak bergerak sama sekali saat ia berbicara.

"Aku akan menjaga mu. Panggil aku saat kau membutuhkan ku. Aku hanya ingin melihat mu dari dekat.. karena nanti aku dapat mengenali mu dengan bertemu seperti ini. Pastikan untuk selalu berhati-hati pada teman-teman kegelapan." jelas Iridesa.

"Kau hanya ingin melihat ku dari dekat? Aku tentu akan hati-hati pada teman-teman kegelapan namun kau sendiri berada dipihak kegelapan atau cahaya?" tanya Prim menyilangkan tangannya di hadapan Iridesa.

"Aku berada di pihak cahaya. karena tidak ada hewan yang mau dijadikan teman oleh kegelapan. Jikalaupun ada mereka bukanlah hewan, melainkah Orc." ungkap Iridesa berdiri diikuti oleh serigala kecil.

"Aku tidak ingin terlalu lama dengan mu sebelum peri itu terbangun. Antarlah ia Heera, kembali pada kawanannya tapi jangan terlalu dekat, Peri itu sudah mengetahuinya." ucap Iridesa berbalik berjalan menuju bayangan yang gelap dan hilang begitu saja.

***

Saat pagi tiba Prim tertidur dengan lelapnya dan segera bangun oleh suara Tursin yang memanggilnya dengan semangat.

"Bangunlah Prim! Sebelum aku menghabiskan makanan ini." ucap Tursin yang sedang memanggang seekor kelinci di atas api unggun.

Prim mengusap matanya berlahan dan duduk menatap kelinci gendut yang sudah dikuliti dan dipanggang di atas bara api.

"Aku sengaja memburu yang paling gendut. Jadi kita berdua bisa kenyang." ucap Tursin tersenyum sambil memutar-mutar gagang kelinci panggang yang ditancapkan melewati tubuh kelinci itu.

"Berdua? Kai tidak makan kelinci?" tanya Prim menatap Kai yang tengah membereskan barang-barang kemah mereka.

"Tidak. Peri tidak makan hewan. Ia hanya makan tumbuh-tumbuhan." ucap Tursin memandangi Kai yang masih sibuk.

"Cepatlah. Aku tak ingin kita sampai saat gelap dikerajaan Putih." ucap Kai mengikat barang yang terakhir di kuda Tursin dan mengambil kantung buah-buahan dan duduk bersama yang lainnya.

"Aku akan buang air." ucap Prim segera bangkit dan berlari menuju hutan.

"Jangan fokus kepadaku. Jangan coba-coba!!!" teriak Prim berlari terbirit-birit dan menghilang diantara semak-semak.

Tursin terkekeh pada Kai dan kembali memutar-mutar kelinci panggang.

***

Prim menghela nafas panjang dan duduk di belakang Kai, setelah cukup lama mereka masih berkendara melewati danau putri duyung, dan Tursin sedang berpatroli meninggalkan mereka berdua di jalur seorang diri.

"Ceritakan sesuatu yang membuat ku tidak mati kebosanan disini." ucap Prim menatap Kai dari belakang yang hanya terlihat rambut pirangnya dan telinganya yang kerucut.

"Ayolah ceritakan sedikit tentang diri mu. Sudah beberapa jam kita berkendara dan punggung ku sakit. Setidaknya mendengar seseorang bercerita akan membuat ku lebih baik." sambung Prim  yang mencoba memaksa Kami untuk membuka mulutnya.

Kai yang tak kunjung membalas perkataannya dan hanya diam mengendalikan kuda.

"Kau mengendalikan kuda sangat baik. Bukankah akan lebih baik jikalau kita mengendarainya dengan cepat. Aku sangat lelah." sambung Prim melepaskan pelukannya dan memijit punggungnya yang sakit.

Sesekali ia memukul-mukulnya dan memijit pinggangnya yang juga ikut sakit karena terlalu lama dalam posisi duduk dipunggung kuda tanpa henti. Dia terhenti dan merasa tubuhnya yang tidak kunjung enakan setelah ia memijitnya.

Prim memilih untuk menyandarkan dahinya dipunggung Kai yang ditutupi oleh rambut pirangnya dan memeluk dirinya sendiri.

"Kau baik-baik saja?" tanya Kai-----

***

To be continue...


Jangan pelit la sama jempolnya 👍 ayo klik bintang ⭐🌟⭐🌟⭐



Let's go to the next chapt.. Chaw👉

Missing to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang