22. Perasaan yang Tersembunyi

262 37 1
                                    

"mereka adalah penunggang naga hitam." ucap Ratu Elphrim.

"mereka menembus benteng pertahan kerajaan putih dan peperangan yang cukup besar didepan kerajaan putih dan beberapa penunggang kuda membantu para Orc melawan tentara kerajaan putih." ucap Prim mengepalkan tangannya.

"dan aku berada disitu." sambungnya dengan wajah cemas.

"jika itu yang kau lihat maka kau harus pergi menuju Kerajaan putih untuk membantu mereka." Ucap Ratu Elphrim menggenggam jari-jarinya.

"Tak ada yang mampu membunuh penunggang naga hitam sebelumnya. Dan ku pikir disitulah jawaban atas apa yang paling kau inginkan." ucap Ratu Elphrim membelai rambut Prim.

"katakan padaku tentang lingkaran hitam itu jikalau aku tidak menemukan jawabannya di kolam itu." ucap Prim memandang Ratu Elphrim dengan penuh harap.

"kau sudah mengetahuinya. Sama seperti yang kau jelaskan kepada Iridesa." jawab Ratu Elphrim.

Primpun tersentak kaget mendapat jawaban itu. Ia tak menyangka penjelasan asal yang ia berikan pada Iridesa merupakan titik terang atas
semua keraguan orang-orang tentangnya.

"bagaimana kau tahu Iridesa?" tanya Prim.

"Kai telah menceritakannya padaku. Dan Iridesa adalah pemimpin di hutan hitam. Iridesa diberikan perintah oleh tuannya yang kini tinggal di dalam hutan hitam. Tak ada satupun dari hewan lainnya yang tinggal di hutan hitam yang mengetahui wujudnya. Apalagi manusia. Dan siapapun yang hendak mencelakai hutan hitam maka mereka akan menghilang secara misterius di dalam hutan hitam. Para peri tak pernah pergi ke sana dan orc yang terkuat sekalipun takkan sanggup melawan penjaga hutan hitam yang merupakan tuan Iridesa." jelas Ratu Elphrim membayangkan hutan hitam.

"tapi aku menjelaskan pada Kai dan Shirena bahwa akulah teman Iridesa." ucap Prim menunjuk dirinya sendiri.

"aku mengerti maksudmu. Iridesa di perintah tuannya untuk melindungi mu. Aku tak tahu apa maksudnya tapi itu seolah kau merupakan temannya Iridesa." ucap Ratu Elphrim menghela nafas dan memandangi kolam.

"pergilah menuju kerajaan putih dan akan kukirimkan pasukanku bersamamu." ucap Ratu Elphrim.

"terima kasih yang mulia." ucap Prim.

"Boiern.. air kehidupan. Mintalah apapun yang kau inginkan dan ia hanya akan mengabulkan satu permintaan dan itu adalah permintaan yang paling kau inginkan dari lubuk hatimu." ucap Ratu Elphrim memberikan sebuah batu berwarna biru berbentuk bulat kecil yang didalamnya terdapat air yang bergerak-gerak namun tidak seirama saat Prim menggoyang-goyangkan batu itu seperti ombak yang tertiup angin setiap saat.

"terima kasih yang mulia." ucap Prim naik keatas tangga meninggalkan Ratu Elphrim yang masih duduk di bangku panjang.

Saat berbalik melihat satu persatu tangga yang terbuat dari kayu yang diukir halus ukiran peri. Prim kembali berbalik untuk melihat Ratu Elphrim kembali.

Namun Ratu Elphrim sudah tak terlihat di ruangan itu, Prim melangkah cepat ketakutan menaiki tangga.

***

Prim masuk ke dalam salah satu kamar yang di tunjuk Kai sebagai kamar Shirena. Prim melihat Shirena terbaring lemah di atas tempat tidurnya.

"kau belum pulang?" tanya Shirena kepada Prim dalam keadaan mata tertutup.

"belum.. seperti yang kau lihat." balas Prim duduk di samping Shirena yang tertidur.

"Kai mengataiku ceroboh saat dalam perjalanan kemari." ucap Shirena tersenyum membuka matanya melihat Prim.

"sepertinya benar.. kau sangat ceroboh untuk seorang peri. Padahal yang wajib memiliki sifat itu adalah manusia pikirku." ucap Prim tertawa.

"apa yang dikatakan Ratu padamu?" tanya Shirena pada Prim.

Missing to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang