18. Serangan di Desa

263 41 0
                                    

"Kai?! Tidak mungkin.. saat pertama bertemu aku selalu mengatainya hal yang tidak baik. Dan aku baru tahu ia seorang pangeran saat Raja Edmund memanggilnya pangeran padahal aku sudah sangat kasar padanya tapi ia hanya diam saja." jelas Prim.

"Diamnya itulah yang menjadi pertanda." ucap Shirena memberikan senyuman.

"Kau gila! Diamnya itu karena ia takut berkata-kata dihadapanku. Aku tahu ia takut salah berkata dan membahas tentang lingkaran hitam yang tidak-tidak. Aku seperti monster.. karena itulah Ratu Ashily tidak mengizinkan Pangeran Edward pergi bersama kita dan juga Raja yang mengosongkan satu lantai hanya untuk aku seorang." jelas Prim menunduk memandangi api yang berkobar.

"Tidak." ucap Shirena membelai rambut Prim dan menepuk punggungnya pelan.

"Tapi aku juga tidak tahu apa-apa mengenai lingkaran hitam. Dan aku juga akan melakukan hal yang sama untuk berjaga-jaga. Kurasa saatnya kita belajar lebih banyak lagi mengenai Lingkaran hitam ini kepada ratu Elphrim nanti." ucap Shirena.

"Aku mengerti." ucap Prim memberikan senyuman pada Shirena dan merekapun saling berpelukan.

***

Saat itu seekor burung yang sering mengunjungi Prim untuk memberikan pesan dari Iridesa tampak terburu-buru dan terjatuh di dekat api unggun.

"Apa ini?" ucap Shirena terkejut menarik pedangnya dari sarungnya hendak menebas burung kecil itu.

"Tunggu." ucap Prim menghentikan Shirena.

"Ada banyak Orc yang menyerang desa. Mereka butuh bantuan " ucap Burung kecil.

"Orc didesa? Desa mana?" tanya Prim keheranan.

"Apa maksudmu? Apa Orc menyerang orang-orang desa?" tanya Shirena kepada Prim.

"Kenapa tidak kau katakan pada Iridesa?" tanya Prim kepada burung kecil.

"Iridesa tengah menjaga kerajaan putih dan ia terlalu jauh untuk sampai disini." ucap Burung kecil

"Aku akan menunjukkan jalannya kepadamu." ucap burung kecil segera terbang menuju arah yang di tuju.

"Burung itu akan menunjukkan arahnya." tunjuk Prim kearah burung kecil yang terbang.

Prim berdiri hendak mengikuti burung kecil itu namun Kai datang dan menghentikan langkah Prim dengan mencengkram erat lengannya.

"Kai pasukan Orc menyerang desa. Kita harus membantu mereka." ucap Prim panik sambil melirik burung kecil yang sudah terbang lebih dulu.

"Kita tidak akan sanggup menyerang pasukan Orc yang satu ini." ucap Kai.

"Tapi orang-orang di desa" ucap Prim menunjuk kearah burung kecil pergi dengan wajah memelas.

"Kita tak bisa menyelamatkan mereka." ucap Kai menunduk kecewa, melonggarkan sedikit cengkramannya.

"Setidaknya kita memberikan harapan. Bisa tidaknya kita menyelamatkan mereka hanya takdir yang mengetahuinya." ucap Prim menepis tangan Kai dengan kasar.

Prim menarik pedang Kai dari sarungnya dengan cekatan dan pergi mengejar burung kecil.

"Kai" ucap Shirena memandang Kai yang masih dalam kalut, sambil melirik kepergian Prim.

"Mereka terlalu banyak dan terlalu kuat. Aku tidak yakin apalagi banyak warga yang harus di tolong." ucap Kai menggeleng pelan.

"Kita akan berusaha semampu kita. Kita tidak mungkin hanya membiarkan warga desa habis di bantai begitu saja bukan?" ucap Shirena memegang bahu Kai dengan lembut.

Missing to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang