26. Medan Perang

220 36 0
                                    

“Makluk lemah! kalian lebih baik mati.” ucap salah satu penunggang naga dengan bahasa peri. Dan naga yang ditungganginya pun menjerit dengan keras hingga telinga mendenging dengan keras.

“Serang!!!” ucap Raja Edmund dan semuanyapun berlari menuju medan perang yang mematikan.

Ratu Ashily menutup matanya dan mengarahkan wajahnya kelangit tiba-tiba saja obor api yang digunakan untuk menerangi istana menyala dengan sendirinya beberapa prajurit yang melihat kejadian itu sedikit terkejut namun tidak dengan pasukan peri dan Kai.

Kai membakar mata anak panahnya dengan api dan mengarahkannya pada penunggang naga hitam diikuti oleh pemanah yang lain yang mengarahkan anak panah berapinya kepada penunggang naga hitam. Saat anak panah Kai dilepaskan serentak semua pemanah melepaskan anak panahnya mengenai beberapa penunggang naga hitam.

Penunggang naga hitam tersulut api namun tak menghentikan mereka untuk terus menyerang prajurit kerajaan putih. Naga Hitam menjerit-jerit terbakar oleh api dan merekapun membalasnya dengan terus meniupkan api yang sangat panas ke istana dimana Ratu Ashily dan pasukannya berjaga namun sebelum api itu mencapai istana api itu sudah terhalang oleh sihir Ratu Ashily yang seperti kaca melindungi istana itu.

Beberapa dari Penunggang Naga yang tidak terkena api yang di mantrai Ratu Ashily menghancurkan barisan prajurit Kerajaan Putih. Mereka mengambil dan menebas prajurit dari atas naga hitam yang melayang-layang di udara. Pedang prajurit tak ada yang mampu menembus sisik hitam sang naga yang mereka tunggangi.

Ratu Ashily terus melanjutkan menembakkan anak panah dengan para pemanah lainnya. Begitu pula para Orc yang menembakkan anak panahnya yang sepertinya tidak mempan oleh sihir perlindungan yang di pasang oleh Ratu Ashily hingga banyak pemanah yang terkena panah termasuk para pasukan peri yang lengah.

Prim belum membuka jubahnya yang menutupi wajahnya. Pedangnya kevsana kemari menebas orc tanpa ampun dari atas Cheeta. Dari kejauhan Prim melihat Kai turun dari gerbang dengan tergesa-gesa ikut memanah para orc dari jarak dekat.

Prim menusukkan pedangnya ke dada salah satu orc yang menyerangnya dengan kapak. Melihat Raja Edmund yang di serang oleh orc besar yang pintar dari jauh Prim pun memasang anak panahnya namun datang orc dari arah yang berbeda hendak menyerangnya dan Primpun melukai mata orc yang dikanannya dengan anak panahnya yang ia lempar. Ia menusukkan pedangnya dengan melekukkan tubuhnya hingga sembilan puluh derajat kebelakang mengenai dada orc dengan tepat dan dikirinya ia pukul dengan keras menggunakan busurnya.

Prim menelengkan kepalanya melihat orc besar yang mendesak Raja Edmund dengan serangan dua pedang dan orc besar satu lagi ikut menyerangnya dengan kasar juga. Prim menembakkkan tiga anak panahnya kepada salah satunya dengan tepat dan kini Raja di desak oleh orc yang satunya lagi namun ia tidak terlalu kesulitan seperti sebelumnya. Prim hendak memanah orc satu itu lagi namun datang orc besar hendak menebasnya, Edward menusukkan pedangnya ke kepala orc besar itu.

Padahal Prim sudah menyiapkan pedangnya hendak menancapkannya pada tenggorokan orc besar itu.

“Hati-hati.” ucap Pangeran Edward mencabut pedangnya dan menyerang orc disebelahnya yang hendak menyerang.

Tanpa basa-basi Prim melepaskan pedangnya dan menyerang banyak orc yang mengelilinginya dan dengan cepat memasang anak panahnya dan membidik orc besar yang masih menyerang Raja namun Prim menembakkannya pada orc yang hendak menyerang Raja Edmund dari belakang.

Raja Edmund menebas leher orc besar yang menyerangnya sedari tadi dan menahan serangan orc kecil dengan tamengnya dan menendang orc lainnya yang berdatangan dan Raja Edmund menusuk dan memukulnya dengan tamengnya yang terbuat dari besi dicat putih kini berlumuran darah orc yang hitam seperti lumpur.

Missing to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang