7. Raja Edmund

398 51 1
                                    

"Kau baik-baik saja?" tanya Kai setelah cukup lama diam tidak memperdulikan Prim.

"Tidak." jawab Prim ketus dan masih tetap menyandarkan dahinya pada pungung Kai.

"Dari pada kau menganggap ku layaknya patung. Aku merasa kau yang lebih cocok menjadi patungnya. Karena kau diam tanpa kata dan tak bergerak sama sekali. Persis layaknya patung. Beruntung sekali kuda mu mengerti akan diri mu. Jikalau tidak, ia akan membicarakan mu sepanjang waktu." ucap Prim menggerutkan dahinya.

"Apa yang kau inginkan untuk ku ceritakan?" tanya Kai akhirnya dan Prim segera mengangkat kepalanya menatap Kai.

"Aku tak tahu tentang dunia ini sama sekali. Sepertinya kau harus menceritakan banyak hal, Kai. Seperti siapa yang paling cantik.. yang paling pintar.. yang paling kuat.. yang.. yang.. seperti itu." ucap Prim menghitung jarinya diikuti senyuman.

"Manusia mengatakan bahwa wanita tercantik adalah Ratu Ashily dan ia salah satu peri penyihir terkuat setelah ayahnya Raja Lucan. Penyihir terkuat adalah Ratu Elphrim dan satu-satunya yang menyamai kekuatannya hanyalah 7 Penyihir cahaya. Yang terpintar aku tidak tahu pasti namun penyusun strategi perang terbaik adalah Raja Romulan." jelas Kai dan hanya membuat Prim terdiam mendengarkan semua penjelasan itu.

Prim mengetuk-ngetuk dagunya dengan telunjuk seolah berpikir keras untuk mencerna semua penjelasan Kai dengan baik. Dan salah satu dari topik yang Kai bicarakan tampaknya mengundang rasa penasaran Prim.

"Seberapa cantik Ratu itu? Dan kira-kira siapa pria tertampan yang ada didunia ini? Dan aku ingin tahu-" tanya Prim dengan semangat hingga ia melupakan rasa sakit yang menimpa seluruh tubuhnya.

"Kami para peri adalah bangsa yang sama dan kami tidak pernah membeda-bedakan satu sama lain." jelas Kai memotong pembicaraan.

"Jelas sekali untuk mu. Tapi jikalau kalian tidak membeda-bedakan satu sama lain seharusnya tidak ada yang namanya Raja di situ.. karena gelar Raja itu menurut ku suka memerintah semaunya." ucap Prim menunjuk Kai dengan dagunya.

"Gelar Raja bukanlah gelar biasa melainkan lambang dari kepemimpinannya yang berarti ia mampu mengayomi seluruh rakyatnya. Lebih rincinya ia bermaksud untuk menyejahterakannya. Perintah yang diberikannya adalah pemikiran panjang dari seorang raja yang pada akhirnya haruslah untuk melindungi rakyatnya juga." jelas Kai lagi-lagi dan Prim hanya melongo mendengar penjelasan Kai yang panjang.

Awalnya Prim berpikir mungkin Kai hanya akan menjawabnya seadanya. Tapi ia salah. Kai bukan hanya menjawab dengan baik pertanyaannya tapi ia juga berbicara dengan wibawanya yang seolah telah membekas dari perjalanan panjang hidupnya.

*****

Prim terbangun dari tidurnya ia melihat lampu gantung berhiaskan lilin-lilin yang cukup besar pada dinding batu bata yang berwarna putih. Ia duduk dan menapakkan kakinya di atas marmer halus berwarna putih pula.

Kamar itu seperti mengingatkannya pada ruang rawat inap yang berwarna serba putih. Tapi ada sebuah perbedaan besar antara rumah sakit dan tempat ini.

Jikalau biasanya rumah sakit akan dipenuhi bau obat-obatan. Berbeda dengan tempat ini yang dipenuhi dengan wangi semerbak mawar yang tampaknya baru saja mekar.

Prim mencoba mencari asal wangi mawar yang memanjakan hidungnya dengan lembut dan ia tertuju pada pintu balkon yang terbuka lebar membawa masuk angin malam yang sejuk. Dengan diameter balkon yang hanya sekitar dua kali satu meter tampaknya membuat Prim hanya dapat menghentikan pencariannya sampai di situ saja.

Prim berbalik dan menemukan sebuah pintu lainnya tepat di depan pintu balkon ruangan itu hingga membuat rasa penasarannya kembali muncul.

Prim berdiri tegap dan melangkahkan kakinya menuju pintu kamar yang tertutup. Prim mencoba untuk menarik gagang pintu kayu yang bercat putih itu namun gagal karena tampaknya pintu itu terkunci dengan baik.

Missing to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang