5. Mermaid Lake

380 57 1
                                    

Saat berada ditempat yang cocok Kai menunjuk sebuah tempat pada Prim.

Prim melirik Kai dengan tajam.

"Melihatlah ke arah sebaliknya dan tutup telingamu." perintah Prim mengibaskan tangannya dengan santai ke arah Kai.

"Kenapa aku harus melakukannya? Bukankah kau yang akan buang air?" tanya Kai atas perintah Prim yang aneh.

"Ayolah Kai. Bagaimana kalau kau melihatku dengan kelebihan mu itu dan mendengar ku dengan telinga kerucut mu. Aku tahu.."

Kai membalikkan tubuhnya dengan segera dan menutup telinganya sebelum Prim menambah omelannya.

Prim tersenyum penuh kemenangan dan berjalan mundur berlahan ke dalam kegelapan.

"Kaum kami hanya akan melakukannya jika fokus." jelas Kai memandangi langit yang bertabur bintang dengan indahnya dan bulan sabit yang bersinar terang.

Kai mematikan obornya ia hendak menikmati langit malam yang indah itu dengan mengayunkannya seperti kincir angin dengan cepat hingga obor segera mati.

.
.
.
.
.

"Seandainya ada toilet di tengah hutan seperti ini. Akan sangat menyenangkan untukku" ucap Prim kepada dirinya sendiri selesai buang air dan mencoba berjalan kembali pada Kai yang tengah menunggunya.

Ia terus melangkah lurus tepat seperti saat ia berjalan mundur saat pergi tadi. Tapi ia tak sengaja menginjak rerumputan yang telah terendam air. Dan membuatnya terkejut bukan main.

"Air apa ini? Jangan-jangan..." Prim terkejut dan hendak menjauh dari genangan air itu namun langkahnya membuatnya semakin masuk ke dalam air yang menenggelamkan lututnya dan membasahi roknya yang sedari tadi ia angkat dengan susah payah.

"K-Ka-" ia baru saja hendak memanggil Kai, tetapi tangan seseorang yang di duga oleh Prim adalah Kai sudah meraihnya lebih dulu dan menuntunnya keluar kembali kedaratan.

"Kemana obornya?" tanya Prim yang melihat sekelilingnya dalam keadaan gelap gulita.

Kai hanya mengangkat bahunya tanpa diketahui oleh Prim yang berada di balik kegelapan.

Prim mendengus sebal dan berbalik hendak melihat ke tempat apa yang ia pijaki tadi.

Berlahan mata Prim mulai menyesuaikan diri dengan kegelapan yang ada disekitarnya. Ia dapat melihat dengan jelas sinar bulan yang kebiruan, yang membuat rambut Kai berkilauan dan wajahnya bersinar.

Prim jelas mendengarkan riak air yang mengalir dengan lembut di balik punggungnya.

Ia berbalik melihat danau yang cukup luas membentang dihadapannya. Dipinggiran danau terdapat rerumputan liar yang terendam air danau yang ujungnya mencuat keatas seolah terdapat lapangan kecil untuk dipijaki. Danau yang luas itu memantulkan cahaya bulan yang kebiruan dan terlihat keindahan alami layaknya negeri dongeng yang sering dibayangkannya saat masih kecil dahulu. Danau itu dikelilingi pepohonan rindang yang menyempurnakan keindahannya.

"Aku hampir saja tenggelam didalam danau yang sangat indah ini." ucap Prim melepaskan pegangan tangan Kai dan menatap danau itu lekat-lekat.

"Danau apa ini?" tanya Prim menunjuk danau dengan senyum berbinar menatap Kai.

"Danau putri duyung." jawab Kai mendudukkan dirinya di atas rerumputan tak jauh dari Prim.

"Mereka nyata?" tanya Prim tersenyum takjub mendekatkan dirinya ke arah danau.

"Mereka pembunuh yang kejam." Jawab Kai yang membuat langkah Prim terhenti sambikl berbalik menatap Kai dengan membulatkan matanya.

"Setelah perang di mulai mereka menjadi sangat berbahaya. Awalnya tidak. Tapi pernah ada pasukan Orc yang melewati danau ini membantai mereka untuk dijadikan santapan. Beberapa duyung yang selamat bersembunyi jauh di dalam danau dan tak pernah muncul kembali." Jelas Kai mengambil jeda selama beberapa saat.

Missing to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang