30. Kehilangan

317 34 1
                                    

“Will.” ucap Prim bangun dari duduknya bersamaan dengan Ratu Elphrim dan memandangi air mancur yang berada di tengah taman membayangkan saat ia melihat jurang.

Prim tiba-tiba saja berlari melepaskan tangan  Ratu Elphrim yang menggenggam bahunya.

“Will dimana kau?” ucap Prim berbisik dan ia dapat melihat bayangan yang mengejarnya di balik pepohonan.

Prim berlari sekuat tenaga menghindari bayangan.

Edward,  Kai, Ratu Ashily dan Ratu Elphrim memandang Prim yang berlari dengan kuat menuju air mancur.

“Ia akan menabraknya.” ucap Edward hendak berlari namun langkahnya dihentikan oleh Kai.

“Lihatlah.” ucap Kai menunjuk sebuah bayangan aneh di dekat air mancur itu seperti genangan air yang berada di udara dan Prim tengah berlari kearahnya.

Prim terus berlari dengan kuat agar ia dapat melewati jurang itu. Ia melompat dengan tinggi dan memasuki genangan air yang seperti cermin itu dan ia menghilang begitu saja bersamaan dengan genangan air yg melayang di udara.

Prim menutup matanya karena cahaya yang menyeruak masuk ke dalam matanya. Ia membuka matanya berlahan dan menemukan wajah seekor macan kumbang berada dihadapannya sangat dekat.

Macan kumbang itu berdiri tepat di atas tubuhnya. Ia menatap Prim yang terbaring di atas tanah bertumpu pada ranselnya.

Prim terbaring di dekat jurang dengan macan kumbang. Ia tak merasa takut pada macan kumbang itu hanya diam menatap kembali dengan nafas yang terengah-engah.

Macan kumbang itu mendesis mengalihkan pandangannya menatap jalan dimana Prim berlari. Macan kumbang itu turun dari tubuh Prim dan menggeram pada bayangan hitam yang berdiri tegak di dekat situ. Macan kumbang itu menampakkan semua giginya dan mengajak bertarung dengan mengeluarkan cakarnya dan mencabik-cabik udara.

Prim duduk menatap ngeri dengan bayangan yang ada dihadapannya. Ia yakin bahwa bayangan hitam itu menatapnya juga saat ini tapi macan kumbang itu menghalangi bayangan itu dan melindungi Prim. Ia menggeram dan mendesis pada bayangan itu mencakar-cakar udara dan semakin lama semakin mendekat dengan bayangan itu. Ekornya yang panjang berada diatas kaki-kaki Prim yang lelah berlari menghindari bayangan itu.

Prim memandang bayangan itu sesaat kemudian berdiri dengan kaki-kakinya yang lelah. Setelah Prim berdiri Macan kumbang itu melihat Prim sejenak lalu berlari kearah bayangan itu hingga bayangan itu menghilang seperti asap, saat Macan Kumbang itu menyerangnya.

Macan kumbang itu berbalik menatap Prim yang masih berdiri dengan kaku dihadapannya kemudian ia pun berjalan santai menyusuri jalan dengan ekor yang melambai-lambai kesana kemari hilang di antara pepohonan yang lebat.

“Prim.” teriak seorang pria entah dari mana, Prim terbangun dan melihat kesana kemari mencari asal suara dan hampir melangkah ke jurang.

Ia menghentikan langkahnya dan memandangi jurang yang diperkirakannya sangat dalam karena gelapnya dasar jurang itu.

“Prim.” suara itu kembali terdengar dan segera Prim berbalik dan berlari kembali kearah ia datang tadi sama seperti arah macan kumbang tadi pergi. Ia berlari sangat kencang sampai ia tak melihat ada pohon tumbang dan ia tak sempat lagi untuk menghindar hingga ia terjatuh.

Prim memegangi kakinya yang berdarah dibagian lutut sambil meniup-niup lukanya yang terasa sedikit perih. Seorang pria berlari kearah Prim dan segera berjongkok didekatnya.

“Kau tak apa?” tanya Will kepada Prim yang terluka, ia melepaskan tasnya dan mengeluarkan P3K dari tasnya dan mengobati luka Prim.

“kau tak apa-apa?” tanya Prim melihat wajah Will yang penuh dengan butiran keringat.

“Ya. Kau takkan percaya apa yang kuhadapi tadi.” ucap Will tersenyum senang tapi terus mencoba mengobati luka Prim.

“Apa?” tanya Prim menatap Will dengan tatapan aneh.

“Aku melihat bayangan yang sangat mengerikan yang mengambil Susan dan yang lain karena itulah aku menyuruhmu berlari bersamaku sampai salah satu bayangan itu berhasil menangkap ku dan kau terus berlari. Seekor macan kumbang datang dan menyelamatkanku tak jelas apa yang dibalik bayangan itu tapi macan kumbang itu menghilang setelah menyelamatkanku.” ucap Will senang menatap Prim dengan bahagia.

“Aku bahagia sekali saat menemukanmu selamat.” ucap Will memeluk Prim dengan erat dan menciumi kening, pipi dan bibirnya beberapa kali.

"Kita harus menemukan yang lain. Kau bisa berjalan?” tanya Will kepada Prim sambil melihat lukanya yang telah diperban dengan baik.

“Aku tak tahu.” ucap Prim mencoba bangun dibantu oleh Will namun ia kembali terjatuh.

Will memasukkan kembali kotak P3Knya kedalam tas dan memakai tasnya didepan dadanya dan berjongkok membelakangi Prim.

“Naiklah kita harus cepat menemukan mereka dan pergi dari hutan ini. Sejak pertama kita datang aku tahu ada yang aneh dengan hutan ini.” ucap Will dan segera Prim merangkak naik ke punggung Will.

“Benarkah? aku seperti sangat merindukanmu. Aku merasa seperti lama sekali aku tidak bertemu denganmu." ucap Prim memeluk Will dengan erat.

“Ini hari yang berat untuk perjalanan kita. Kau takut karena itulah kau membutuhkanku.” ucap Will sambil terus berjalan membopong Prim.

“Will aku ingin pulang ke London.. aku lelah dengan pelarian ini.” ucap Prim memandangi pepohonan dengan tatapan kosong dimatanya memikirkan rumahnya yang sepi tanpa penghuni pikirnya.

“Aku senang kau berubah pikiran. Kita harus menemukan yang lain dahulu, aku yakin kau sangat lelah.” ucap Will tersenyum.

Prim mencium kepala Will dan memeluk Will dengan erat.

“Aku menyayangimu Will.” ucap Prim menutup matanya dan setetes air mata pun mengalir di pipinya.

Will terus berjalan menyusuri hutan mencari teman-temannya dan tak lama mereka menemukannya dengan selamat.

Semua teman yang ikut dalam ekspedisi itu memiliki cerita yang sama bahwa mereka telah diselamatkan oleh seekor macan kumbang. Walau semua cerita itu sama, tetap saja setiap mereka bercerita dengan orang yang awam, mereka tampak seperti berkhayal karena tak dapat membuktikan pelarian mereka dari bayangan hitam.

Prim kembali ke apartemen dimana ia tinggal bersama ibu dan ayahnya yang tak pernah kembali dan selalu berpergian. Prim merasa kosong dan tak pernah banyak bercerita seperti biasanya bersama Will yang tinggal bersama di apartemen.

Karena merasa Prim terlalu banyak berubah setelah perjalanan terakhir mereka di hutan sakral itu Will pun memaksa Prim mengatakan apa yang membuat Prim berubah akhir-akhir ini.

Prim menceritakan semua yang selama ini ia rahasiakan mengenai pekerjaannya sebagai pembunuh bayaran. Namun Will tampak biasa saja mendengar pengakuan itu.

Will sudah mengetahui pekerjaan Prim sejak pertama mereka bertemu namun Will tetap merasakan kebahagiaan setiap bersama Prim. Karena itulah ia sangat menyayangi Prim sampai rela meninggalkan sekolahnya hanya untuk bersama Prim.

Prim pergi menemui setiap dokter yang ada di kotanya untuk menyembuhkan rasa hampa yang ada pada dadanya. Ia bercerita seluruh kegiatan yang pernah ia lakukan sepanjang hidupnya tak terkecuali dengan pekerjaan yang ia lakukan. Namun tak ada satupun kenangannya saat berada di dunia lain. Prim merasa sesak pada dadanya seperti merindukan seseorang yang ia tak ketahui siapa orangnya.

Prim berpikiran bahwa Willlah orang yang ia rindukan. Tapi, Will tak pernah absen disetiap hari dalam hidupnya di dunia ini, ia selalu menemani Prim kemanapun ia pergi.

Prim yang terbiasa berbuat centil dengan mengganggu Will, kini berubah menjadi Prim yang sering kali berkhayal didepan jendela menatap kosong langit cerah maupun gelap.

“Will aku merasa rindu."----

***

To be continue...

Hayoo kita mau pisah sama Missing to Another World..

Love You Reader..❤❤❤









Let's go to the last chapt.. Chaw 😮👉

Missing to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang