13. Laba-laba Hutan Merah

279 44 0
                                    

Prim mengepalkan tangannya dan saat laba-laba besar itu mendekatinya. Disaat yang tepat ia pun segera melayangkan tinjunya dengan sekuat tenaga ke arah salah satu mata yang tidak dapat dihitung dengan baik oleh Prim.

Laba-laba itu mengerang kesakitan akibat kepalan tangan Prim.

“mataku.. mataku..” ucapnya  sambil mengusap-ngusap wajahnya dengan dua kaki terdepan dari delapan kaki yang dijadikan tangan.

Dua laba-laba mengejarnya dengan sangat cepat dan membuat Prim berbalik arah, berlari semakin jauh ke dalam hutan.

“Tolong” teriak Prim meminta pertolongan karena tak ada yang mampu ia lakukan melawan laba-laba raksasa yang mengejarnya.

Laba-laba yang tadinya ia pukul marah besar dan mengejar Prim  gila-gilaan sampai salah satu dari mereka cukup dekat dengan Prim dan menancapkan salah satu kuku kakinya yang sangat tajam hingga melewati betis kecil Prim hingga tulangnya patah.

Laba-laba yang tadinya ia pukul marah besar dan mengejar Prim  gila-gilaan sampai salah satu dari mereka cukup dekat dengan Prim dan menancapkan salah satu kuku kakinya yang sangat tajam hingga melewati betis kecil Prim hingga tulangnya patah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prim meringis kesakitan dan berpegangan pada akar yang berada dibelakang punggungnya.

Mata laba-laba yang menancapkan kuku kakinya tentulah memandangi Prim dengan pandangan mengerikan yang tak dapat Prim deskripsikan lagi.

Dua Laba-laba yang lain turun dari pepohonan dan tertawa dengan keras melihat Prim telah tak berdaya, dengan keringat yang terus mengucur dari keningnya menahan sakit yang teramat sangat.

“aku ingin memukulnya hingga seluruh tubuhnya menjadi sangat lembut dan aku akan memakannya hingga tak ada yang tersisa.” ucap salah satu laba-laba yang tadinya Prim pukul dengan antusias.

“dia memiliki sari yang banyak dan enak sekali sepertinya” ucapnya menggerakkan kakinya dan begitu juga dengan kedua taring hitam dan super besarnya dengan kegirangan.

Prim meraba sekitar punggungnya mencari sesuatu yang dapat menyelamatnya dan mendapatkan sebatang ranting tajam.

Prim mengangkat tinggi ranting dari punggungnya mencoba  menyerang laba-laba yang menancapkan kukunya di kaki Prim.

Laba-laba yang menyerangnya panik dan melepaskan kukunya dari kaki Prim. Namun dengan tangkas laba-laba yang pernah Prim serang sangat marah pada Prim itu memukul tangan Prim dengan salah satu kakinya hingga membuat Prim melepaskan ranting dari genggamannya.

“kau akan kumakan! kau tahu manusia tolol!?” ucap laba-laba itu memandangi Prim semakin lemah bersandar di akar pohon.

“aku tidak tolol! Dan kau hanya menyerang ku karena aku sedang tidak berdaya. Tiga lawan satu apa hebatnya?” ucap Prim berlagak sombong.

Prim berdecih dan meludah kearah salah satu laba-laba.

Laba-laba yang berada disisi kiri Prim ikut berdecih jijik menghindari air liur Prim.

“tak pernah kudengar manusia berbicara dengan bahasa kita. Dan juga mengerti kita.” ucap salah satu dari mereka berjalan mundur.

Prim melirik kearah laba-laba yang mundur beberapa langkah kemudian tak sengaja melihat Kai disalah satu akar pohon dibelakang para laba-laba.

Missing to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang