21. Ratu Elphrim

279 40 3
                                    

"Prim." ucap Kai berjalan turun dari tangga yang mengelilingi pohon untuk naik keatas.

Prim terkejut melihat Kai segera berlari kearahnya dan memeluknya dengan erat.

"Dimana Shirena?" tanya Prim melepaskan pelukannya menatap Kai yang hanya seorang diri.

"Dia di sana tertidur." tunjuk Kai kepada sebuah tempat di sebelah pohon besar yang tak jauh dari ruangan tempat ia beristirahat tadi.

Prim hendak melangkah menuju tempat itu namun Kai memegangi tangan Prim.

"Ratu ingin bertemu denganmu." ucap Kai sambil berlahan melepaskan pegangannya.

"Aku ingin melihat Shirena dahulu" ucap Prim hendak turun lagi.

"Ia terkena racun sehingga ia butuh istirahat yang sangat panjang untuk sembuh. Dan.. luka itu takkan sembuh sepenuhnya." ucap Kai.

Prim menatap Kai dalam diam dan akhirnya menganggukkan kepalanya sebagai persetujuan.

"Akan ku tunjukkan ruangannya" ucap Kai turun dari tangga mendekati Prim.

"Maafkan aku, Kai." ucap Prim memegang tangan Kai.

"Kenapa kau harus meminta maaf?" tanya Kai menatap Prim.

"Aku yang memaksamu untuk menyelamatkan warga desa. Kurasa kau tahu Shirena sedang tak fokus. Karena itulah kau merasa tak yakin untuk mengalahkan pasukan orc itu." ucap Prim mengangkat bahunya dan melepaskan tangan Kai.

"Ia takut tentang diriku. Tapi di satu sisi, ia harus melindungiku. raut wajahnya telah terbaca sejak kita melewati hutan merah. Aku tahu ini sulit di terima atau kalian mempunyai cerita yang mengerikan tentang hal itu. Seharusnya kau biarkan saja aku bertarung sendiri." ucap Prim menendang lumut-lumut kering yang lembut itu.

"Jangan menyalahkan diri sendiri. Shirena memang selalu gegabah dalam mengambil tindakan. Dan ia terkadang terlalu fokus hingga tidak memperdulikan hal lainnya. Shirena selalu begitu tapi ia tetap saja keras kepala." ucap Kai melangkah berlahan.

"Maafkanlah dirimu sendiri dahulu. Tapi yang ingin ku ketahui kau bisa memainkan pedang dengan baik melebihi yang kupikirkan." ucap Kai tersenyum tipis dan Primpun melangkah berlahan berdampingan dengan Kai.

"Ayahku seorang ninja dari Jepang dan ia mengajariku banyak hal. Aku menghabiskan hidupku untuk menjadi seorang pembunuh bayaran selama ini." jelas Prim tersenyum kecut.

"Nin-ja?" tanya Kai berbalik menatap Prim dengan kening berkerut karena kebingungan.

"Ah.. ya mereka berpakaian hitam dan memainkan pedang dengan apik. Ibuku seorang petinggi di kerajaan Inggris dan ia juga bisa bermain pedang. Ia  mengajariku dengan baik dan seperti inilah aku sekarang selama lima belas tahun di didik untuk menjadi seorang petarung sungguhan untuk menorehkan luka dan melayangkan nyawa." ucap Prim tersenyum hambar dan menundukkan kepalanya.

"Itu sangat bagus." ucap Kai masih terus berjalan.

"Kau gila?! Diduniaku itu merupakan perebutan hak kemanusiaan yang seharusnya kumiliki." protes Prim.

"Aku di didik menjadi seorang pembunuh bayaran sampai aku bertemu Will dan ia mengajakku pergi sangat jauh. Jauh dari apa yang bisa ayahku harapkan. Aku ingin bebas memilih dan kini aku kembali mengasah kemampuanku menjadi seorang pembunuh disini." sambung Prim menghela nafasnya masih mengikuti Kai.

"Kau disini pembunuh Orc. Dan kau menyelamatkan hidup banyak orang dengan melakukannya." ucap Kai membenarkan.

"Tentu. Begitulah yang dikatakan ibu dan ayahku. 'Kita membunuh orang yang pantas kita bunuh.' Apa mereka tidak memikirkan bagaimana dengan yang terikat dengan mereka, keluarga mereka?" Ucap Prim menekankan.

Missing to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang