Bagian Yang Hilang

771 99 13
                                    

Malam semakin larut. Dinginnya malam mulai menusuk kulit. Yuju menarik selimutnya perlahan, berusaha melindungi tubuhnya agar tetap hangat. Perlahan ia membuka mata, masih terasa berat karena seharian ia terpejam.

Dilihatnya jam weker yang terpajang rapi di meja dekat ranjangnya. Jarum pendek menunjuk angka 8.

"Hmmm aku sudah tidur terlalu lama" gumamnya. Dengan cepat ia menyibak selimutnya dan berusaha turun dari ranjang. Susah payah ia berjalan dengan satu kaki yang terbalut gips.

Jimin dan Yuna masih setia berkutik di meja dapur. Kini mereka tengah siap untuk makan malam.

"Yuna-ya" ucap Yuju dari pintu kamarnya.

Jimin dan Yuna menoleh bersamaan ke arah sumber suara.

"Eonnie, kau sudah bangun?" Tany Yuna.

"Yaa.. bagaimana bisa kau berjalan seperti itu?" Jimin menghentikan aktifitasnya dan berlari cepat ke arah Yuju. Dipegangnya bahu Yuju agar tetap seimbang dan tidak jatuh.

"Kau.. kenapa kau masih disini?" Tanya Yuju heran.

"Ayo makan dulu. Seharian ini aku belum melihatmu makan apapun" ucap Jimin seraya mengangkat tubuh Yuju dalam gendongannya. Sama seperti tadi siang.

"Yaa.. apa kau perlu melakukan hal ini? Aku bisa berjalan sendiri" kata Yuju.

Terlambat. Jimin sudah mendudukkannya di kursi meja makan. Ia menyiapkan piring dan segalanya untuk Yuju. Cukup cekatan juga untuk orang seperti Jimin.

"Kau belum menjawab pertanyaanku?" Kata Yuju.

"Yang mana?" Jawab Jimin. Sekarang Ia duduk di dekat Yuju. "Ohh.. itu. Aku disini membantu Yuna." Pandangan matanya mengikuti langkah Yuna yang kesana kemari. Demikian dengan Yuju. Ia tahu, karna keadaannya yang seperti ini otomatis segala pekerjaan rumah, Yuna yang mengerjakan. Sejenak Yuju terdiam. Ia merasa bersalah karna tidak bisa membantu Yuna.

"Sudahlah. Tidak apa-apa. Tanganku yang kuat ini banyak berjasa membantu Yuna." Ucap Jimin memamerkan otot lengannya.

"Ciihhh... " Yuju tertawa kecil. Diam-diam Jimin memncuri pandang ke arah Yuju.

"Yuna-ya. Sampai kapan kau akan mengerjakan itu? Aku sudah kelaparan menunggumu?" Kata Yuju pada Yuna yang masih dengan pekerjaannya.

"Oh.. iya eonnie. Sebentar lagi" jawab Yuna memamerkan deretan giginya yang putih.

***

Tuuutt .... tuuuttt ... tuutt

Seolhyun mondar-mandir gelisah dengan ponsel di tangannya. Sejak tadi ia berusaha menghubungi seseorang, namun tidak pernah terhubung. Ini sudah kesekian kalinya panggilan itu diabaikan. Seolhyun mulai marah.

"Sebenarnya kau dimana Jimin-ah?" Teriak Seolhyun tak karuan. Ia membanting ponselnya. Di kamarnya yang cukup luas, tak akan ada orang yang mendengar teriakannya yang gak jelas itu.

"Jangan bilang kau sedang bersama wanita itu" ucap Seolhyun dengan marah. Wajahnya menunjukkan ketidaksukaan.

"Kau pikir, kau bisa mengambil apapun yang jadi milikku. Hehhh tidak semudah itu" ucapnya lagi.

***

"Aku bisa menggendongmu, kakimu pasti masih sakit" Jimin menuntun Yuju kembali ke kamarnya.

"Hentikan itu. Jangan pernah mencoba untuk melakukan itu lagi. Aku harus latihan berjalan supaya kakiku cepat sembuh" jawab Yuju.

"Baiklah" Jawab Jimin pendek.

Jimin membantu Yuju untuk naik ke ranjangnya. Memang sedikit susah untuk Yuju jika ia harus naik turun dari ranjangnya. Namun ada seorang Jimin disana yang cukup membantu. Yuju pantas bersyukur untuk itu.

Jimin menarikkan selimut untuk Yuju yang tengah siap untuk isrirahat. Persis seperti seorang ibu yang merawat anaknya yang sedang sakit. Ia berjongkok di samping ranjang dan membelai lembut rambut Yuju.
"Tidurlah"
Ucapnya pelan dengan senyum kecil tersungging jelas di wajahnya.

Baru ia akan beranjak pergi, hingga sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Terima kasih untuk hari ini Jimin-ah"
Ucap Yuju dengan matanya yang masih terpejam. Ia bersyukur karna Jimin banyak membantunya. Terlebih untuk hari ini, dimana Ia sedang sakit. Meski tidak membantu Yuju secara langsung, tapi paling tidak Jimin membantu Yuna mengurus rumah. Yuju tau, pasti berat untuk Yuna seorang diri.

Jimin membalikkan badannya.
"Apa kau punya waktu sebentar?" Tanyanya.

Yuju membuka matanya perlahan dan berusaha duduk. Ia tahu, Jimin ingin bicara dengannya seperti yang ia katakan tadi siang. Jimin mengikutinya dengan duduk di ranjang.

"Ada apa?" Tanya Yuju memulai pembicaraan. "Cepatlah, aku sudah mulai mengantuk"

"Apa kau bisa menjaga dirimu dengan baik-baik?" Tanya Jimin menggenggam tangan Yuju.

Yuju heran dengan pertanyaan Jimin.
"Tentu saja. Selama ini aku bisa menjaga diriku dengan baik-baik saja"

"Aku tau, kau adalah seorang Yuju yang kuat. Tapi akhir-akhir ini aku merasa khawatir padamu, dan beberapa minggu kedepan. Terlebih lagi saat keadaanmu yang seperti ini."

"Tenang saja. Aku adalah seorang Yuju. Aku lebih kuat darimu" jawab Yuju dengan senyuman manisnya.

Jimin tersenyum melihatnya.
"Kurasa aku akan merindukan senyuman itu"

"Kenapa?" Tanya Yuju.

Tanpa menjawab apapun Jimin langsung memeluk Yuju.

Sontak Yuju kaget.
"Yaa apa yang kau lakukan?" Berontak Yuju berusaha melepaskan pelukan Jimin.

"Sebentar. Sebentar saja. Biarkan seperti ini." pinta Jimin, ia makin menenggelamkan kepalanya pada pundak Yuju.

Yuju mulai melemah, ia membiarkan Jimin memeluknya makin erat. Ia merasa pelukan itu begitu tulus.

"Aku tidak tahu mengapa aku begini. Mungkin aku sedang merindukanmu hari ini. Aku tidak peduli dengan yang lainnya. Tapi saat tak bersamamu, Aku merasa ada sesuatu yang hilang dalam diriku." Ucap Jimin melepas pelukannya.
Ia memandang ke arah Yuju
"Dan hari ini aku ingin memastikan itu"

"Memastikan apa?" Ucap Yuju menatap mata Jimin.

"Memastikan apakah kau adalah bagian yang hilang itu" ucap Jimin lirih.

"Apa maksudnya itu?" Yuju tidak mengerti.

Jimin menatap ke wajah Yuju. Jemarinya membelai lembut rambut Yuju yang terurai. Yuju yang mendapat lerlakuan seperti itu hanya diam. Hingga tangan Jimin memegang pada tengkuknya dan mendekatkan wajahnya ke Yuju, ia menutup matanya lalu cuupp.

Seketika, mata Yuju terbelalak setelah benda basah dan kenyal itu menyentuh bibirnya. Sesaat ia hilang kendali dan tidak sadar ada dimana ia sekarang. Ia shock. Ia tidak membalas atau melawan. Pikirannya kosong.

Jimin membuka matanya dan menjauhkan bibirnya.
Ia masih memandang ke wajah Yuju yang masih menunjukkan wajah shocknya.

Ia memegang pundak Yuju dengan senyum menggoda.
"Aku tau aku yang pertama kan? Aku sengaja mencurinya supaya kau selalu mengingatku.
Sekarang itu milikku. Jaga itu selalu untukku. Sekembalinya aku nanti, aku akan mengambilnya."
Jimin berdiri dan melangkahkan kakinya keluar kamar dengan senyum bahagia di wajahnya, meninggalkan Yuju yang masih diam tak berkutik.

***

Jimin berjalan keluar dari rumah Yuju.
Ponselnya berdering.

"Ya kookie. Wae?"

"Hyung. Cepatlah kita berangkat sekarang" ucap Jungkook di seberang telepon.

"Baiklah. Kita bertemu di bandara. Bawakan semua keperluanku" jawab Jimin menutup teleponnya.

Jimin kembali tersenyum. Ia berbalik memandang rumah Yuju
"Aku pasti merindukan segalanya" ucapnya lalu pergi meninggalkan rumah Yuju.

***
E30 End
-------------------------------------------------------------
Hai.. hai.. mian baru bisa update sekarang.
Baru sembuh lalu disibukkan dengan real life.
Jeongmal mianhae 🤗🤗
.
Mohon vote n commentnya
Gomawo 😙😙

In My Life ... YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang