Pengakuan

1K 106 27
                                    

Dengan hati-hati Yuju berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit menuju pintu keluar. Namun tiba-tiba saat ia melewati sebuah pintu tangga darurat, tangannya ditarik seseorang dan dengan paksa ia diseret melewati pintu itu. Mulutnya dibekap dengan sebuah tangan yang cukup menutup mulutnya. Yuju mencoba berontak dan berteriak, namun ia tak kuasa.

Blakk

Pintu itu tertutup.

***

Yuju di dorong paksa ke tembok tangga darurat oleh seseorang yang tertutup wajahnya dengan masker. Yuju terus saja memberontak. Airmatanya telah lama membasahi tangan seseorang itu.

Orang itu meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya, meminta supaya Yuju diam dan tenang sejenak.

Pelan-pelan ia membuka maskernya.

Mata Yuju terbelalak.
"Jimin-ah"
Seketika lututnya lemas lantas jatuh terduduk. Ia sudah takut setengh mati. Isakan tangisnya masih terdengar pelan.

Jimin berjongkok di depan Yuju.
"Mianhae Yuju-ya. Aku pasti membuatmu takut" Jimin memegang kedua tangan Yuju, mencoba menenangkannya.

"Apa kau perlu melakukan itu? Ha?" Ucap Yuju agak marah.

"Mian. Ini untuk menghindari orang-orang dan media. Dan juga aku tak berani menemuimu langsung" jawab Jimin. Ia merasa bersalah.

"Apa? Takut? Apa selama ini kau pernah takut padaku? Kurasa tidak. Kau selalu saja memaksaku untuk selalu menurutimu. Dimana letak takutmu itu" Yuju mengusap air matanya.

Sontak Jimin menarik tubuh Yuju ke dalam pelukannya. Ia memeluknya erat dan mengusap punggung Yuju lembut.

"Seharusnya ini yang kita lakukan di awal pertemuan kita" ujar Jimin. "Maaf membuatmu takut dan menangis. Aku janji tak akan melakukannya lagi" Jimin melepas pelukannya lalu memandang ke arah Yuju. Diusapnya sisa-sisa airmata yang masih menempel di pipinya.

***

Junhoe telah selesai dengan mengambil obat di apotik. Ia berjalan menuju pintu keluar rumah sakit. Diluar, ia tak menemukan sosok Yuju dimanapun.

Ia mengambil ponselnya untuk menghubungi Yuju, sambil sesekali melihat ke sekeliling rumah sakit.

***

Jimin membantu Yuju berdiri. Yuju memang masih kesusahan untuk membiasakan kakinya bergerak bebas.

"I need you girl..
Wae..."
Ponsel Yuju berdering.

Jimin tertawa kecil mendengarnya. Ternyata Yuju memakai ringtone itu di ponselnya. Ia senang.

Ko Junhoe
Memanggil

"Yaa, Junhoe-ssi" jawab Yuju.

"......."

Yuju memandang ke arah Jimin.

"Ooh. Aku ada urusan sebentar Junhoe-ssi. Tolong antar saja obatku kerumah"

"...."

"Ohh. Trimakasih" Yuju mengakhiri pembicaraannya.

"Siapa dia? Kenapa dia membawa obatmu? Apa lelaki tadi?" Jimin melontarkan banyak pertanyaan.

"Dia temanku. Tadi dia yang mengantarku kesini" jawab Yuju tenang.

"Apa? Mengantar? Apa tidak ada orang lain? Kenapa harus dia?"

"Jimin-ah kau tau. Aku tidak ada teman dekat untuk bisa mengantarku. Adikku, kau tau sendiri keadaanya. Dan kau-.." Yuju menghentikan perkataannya. "Kau, kekasihku sedang tidak ada disampingku- batin Yuju melanjutkan kata-katanya.

In My Life ... YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang