Sesuatu

573 68 8
                                    

Meja makan itu telah siap dengan hidangan makan malamnya. Hari ini Nyonya Park memasak banyak makanan. Ya, karena satu keluarga itu akan makan bersama. Hal yang jarang terjadi. Maka, Nyonya Park tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu..

Ditambah lagi mereka kedatangan tamu. Lebih tepatnya Yuju. Meski hanya satu orang, tapi ya itu juga bisa dibilang makan malam besar...

Tuan Park dan Hoon juga telah siap disana. Duduk dengan rapi dan tenang. Sedangkan Nyonya Park masih sibuk kesana kemari menyiapkan piring dan sendok.

Jimin datang, disusul Yuju yang berjalan disampingnya. Keduanya tampak begitu ceria, bahkan senyum itu tak pernah luput dari wajah keduanya..

"Apa kalian sudah membuat keputusan?" Tanya Tuan Park.

Jimin menarik kursi disamping kiri ayahnya lalu mendudukinya. Demikian halnya dengan Yuju, ia duduk disamping kiri Jimin.

"Iya, Ayah. Aku sudah membuat keputusan" ucapnya.

"Lalu?"

Tuan Park penasaran dengan keputusan itu. Sepertinya ia bisa mengetahui keputusan macam apa yang mereka ambil hanya dengan melihat raut muka mereka...

"Seperti kataku sebelumnya. Aku tidak akan pernah dan tidak mau berpisah dengan Yuju" jawab Jimin.

Benarkan...

Tuan Park tau, bagaimana perasaan Jimin saat ini. Tentu, ia tak akan mau berpisah dengan orang-orang yang ia sayangi. Tuan Park juga tau bagaimana perasaan Jimin selama ini setelah ia berpisah dengan ibunya. Orang yang sangat Jimin cintai...

Maka baiklah, untuk saat ini Tuan Park tidak ingin memisahkan mereka berdua. Ia tak ingin kejadian dulu terulang lagi. Kejadian saat Jimin meninggalkannya. Ia sudah cukup senang Jimin berada disini...

Kalaupun nanti akan banyak muncul masalah, tak apa-apa. Ia bisa memikirkannya nanti. Yang terpenting saat ini adalah perasaan Jimin...

"Baiklah. Aku hormati keputusanmu, Jimin-ah" ucap Tuan Park.

Jimin tersenyum senang mendengarnya.
"Terimakasih ayah"

***

Jimin memaksa Yuju untuk mengantarkannya pulang. Setelah kejadian hari ini Jimin tambah merasa bertanggung jawab untuk Yuju. Apalagi ini sudah malam. Bahkan sudah terlalu lewat jam malam..

"Aku bisa pulang sendiri Jiji-ya. Kau masuklah kedalam"

Yuju sudah siap dengan kendaraannya, lengkap dengan helm dan jaketnya.

"Tapi aku khawatir, Juju-ya. Ini sudah malam"

Jimin tak mau mengalah. Sungguh, Ia ingin mengantarkannya pulang. Ia tak mungkin membiarkan seorang gadis pulang malam-malam sendirian, dimana letak kemanusiaannya?

"Aku sudah terbiasa Jiji-ya. Sudahlah. Jika kau seperti ini justru akan membuatku semakin pulang malam. Demi dirimu aku membiarkan Yuna makan malam sendirian dirumah. Jadi kumohon, biarkan aku segera pulang, hmm??"

Pinta Yuju dengan wajahnya yang memelas. Sebenarnya ia tak menyalahkan Jimin, Ia hanya mencari alasan supaya Ia segera pulang.

Dan Jimin tau betul itu. Yuju selalu menempatkan adiknya sebagai prioritas utama untuknya. Demi dirinya bahkan Ia rela meninggalkan adiknya sendirian dirumah. Jimin tak boleh egois...

"Baiklah. Hati-hati dijalan"

Senyum Jimin mengantar kepergian Yuju. Tangannya melambai dan dibalas anggukan oleh Yuju...

***

Pagi-pagi sekali Jimin berniat menemui manajernya. Ia ingin mengutarakan keadaannya saat ini, lebih tepatnya perasaan...

In My Life ... YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang