Udara malam begitu dingin menusuk. Suasana yang tenang menambah pekatnya malam ini.
Dari kejauhan nampak sebuah cahaya yang mendekat dibarengi deru suara motor.
Yuju mengantar Jimin ke rumah ayahnya. Lingkungan rumah Jimin begitu tenang. Sama seperti tempat tinggal Yuju yang masih jarang penduduk.
Yuju menghentikan motornya di depan sebuah rumah yang cukup mewah, berpagar besi hitam.
"Bangunlah kita sudah sampai" kata Yuju melepas helmnya.
Tidak ada jawaban dari Jimin. Terlihat Jimin tertidur (read : pura-pura tidur) dengan memeluk pinggang Yuju dari belakang. Menenggelamkan wajahnya di punggung Yuju.
Masih diatas motor, Yuju melihat ke belakang.
"Aku tau kau pura-pura tidur, kau masih membuka matamu 10 detik yang lalu" kata Yuju, mencoba melepaskan tangan Jimin yang melingkar di pinggangnya."Sebentar lagi, biarkan seperti ini. Lima menit saja" ucap Jimin lirih, mencoba mempertahankan lingkaran tangannya.
"Apa??"
Yuju diam, membiarkan tangan Jimin tetap memeluknya."Aku hanya merindukan sosok seorang ibu, yang selalu ada, memelukku disaat aku lemah" lanjut Jimin menjelaskan. Matanya masih tertutup.
"Hei... aku bukan ibumu. Lagian aku belum pantas menjadi ibu di usiaku ini" kata Yuju setengah membentak.
Jimin masih dengan diamnya. Posisi mereka tidak berubah. Malah Jimin semakin erat memeluk Yuju.
"Aku tau. Hanya saja sikapmu selama ini sudah lebih pantas untuk menjadi seorang ibu. Aku suka itu" jelas Jimin.
Yuju tersenyum mendengarnya.
"Kenapa kau bisa berkata seperti itu?""Dari caramu merawat Yuna. Aku tau semua itu" jawab Jimin.
Jimin mengangkat kepala dan melepas pelukan tangannya. Ia segera turun dari motor, melepas helm dan memberikannya pada Yuju. Yuju menerimanya.
"Terima kasih untuk hari ini" ucap Jimin.
Yuju mengangguk.
"Bicaralah baik-baik dengan ayahmu. Tepis semua ego dan amarahmu. Malam ini kau harus selesaikan semuanya dan minta maaf padanya. Itu akan lebih baik bagimu" kata Yuju."Aku tau.. baiklah. Sampai jumpa" jawab Jimin tersenyum melambaikan tangan pada Yuju.
Ia segera melangkahkan kaki meninggalkan Yuju. Tiba-tiba ia memutar langkahnya dan kembali ke arah Yuju.
"Panggil aku JIJI. dan aku akan memanggilmu JUJU" Kata Jimin.
Yuju heran "kenapa begitu?"
"Karna kita sudah berteman dan itu adalah panggilan untuk sesama teman (read : panggilan sayang ^^)" jelas Jimin. Entah kenapa wajahnya terlihat begitu berseri-seri.
Tak ingin terlihat mukanya yang merah karena malu, Ia segera berlari meninggalkan Yuju.
Yuju masih tidak mengerti dengan ucapan Jimin. "Apa maksudnya itu?? JIJI ?? JUJU?? Heol..
Ahh terserahlah"
Ia segera memakai helm dan menancap gas meninggalkan rumah Jimin.***
Jimin berjalan perlahan menuju pintu rumahnya. Ia ragu untuk mengetuk pintu. Lama ia berfikir untuk mengetuk pintu atau tidak.
Akhirnya, tanpa ragu-ragu ia mengetuk pintu itu.
Tak lama kemudian muncul seorang wanita setengah baya dari balik pintu.
Jimin terdiam, memandang wanita itu dengan penuh tanda tanya. Ia tidak mengenal wanita itu.
"Apa kau Jimin?" Tanya wanita itu.
Jimin heran, kenapa wanita itu bisa mengenalinya. Ia semakin penasaran.
"Masuklah.." kata wanita itu mempersilahkan Jimin masuk.
Jimin yang masih diliputi kebingungan, mengikuti langkah wanita itu masuk ke rumah.
***
-E16 End-------------------------------------------------
Thanks buat yang uda baca, vote and comment. ^^ ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Life ... You
FanfictionBerawal dari sebuah kesalahan Tapi saya tidak menyesal dengan kesalahan itu Karna dalam hidupku, kamulah sejatinya untukku. - Jimin & Yuju-