"kau baik baik saja??" Sena mengusap lembut punggung zee yang sedang mengusap muka dengan kedua tangan yang bertumpu di pahanya, mereka duduk di luar
Antara ingin bertanya dan tidak, sena memilih untuk bungkam ketika zee hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan pelan
Sena menarik tangannya dari punggung zee, mendesah pelan, lalu ia menyandarkan punggungnya ke bangku taman, menatap hamparan langit yang mulai menjingga
Kali ini ia benar benar merasa ada yang disembunyikan zee darinya, terlalu rapat hingga ia tak bisa menemukan celah bahkan untuk sekedar bertanya
Flash Back
Tokk...tok...tok....
Zee bangkit dari duduknya untuk membukakan pintu, ia mempersilahkan dokter dan beberapa orang perawat untuk masuk, tapi ada yang menarik perhatiannya, ada wajah baru yang tak dikenalinya sedang menatap pie lekat yang sedang di periksa oleh perawat tersebut, dan tiba tiba tanpa alasan yang jelas ia sangat sangat tidak suka pada cara pandang dokter tersebut pada pie
"Zee, perkenalkan Dr.Jeab" dokter muda tersebut mengalihkan pandangannya dari pie dan tersenyum tipis mengulurkan tangannya kepada zee
"Jeab" Ujar nya singkat dengan senyum yang menawan, Sena yang berdiri di belakang Zee mengangkat alisnya begitu mendengar suara dokter tersebut, ia terlalu mempesona untuk ukuran seorang dokter jiwa
Zee menyambut uluran tangan dokter tersebut tanpa senyum yang terlukis, ia masih mereka reka untuk apa dokter tersebut disini
"aahhh begini zee" rupanya dokter senior yang biasa menangani pie menangkap aura ketidak sukaan zee pada dokter baru tersebut, ia merangkul pundak zee dan membawanya duduk
"untuk selanjutnya sampai pie menununjukkan kemajuan, Dr,jeab yang akan bertanggung jawab"
Zee mengkerutkan keningnya, rahangnya mengeras ketika dokter tersebut menggengam tangan pie dan mengusap keningnya
"kau tenang saja, dia mempunyai pengalaman yang lebih di bandingkan penampilannya" kekehan dokter senior tersebut hanya di tanggapi anggukan dingin oleh zee, ia tidak bisa berkata, yang jelas sena menangkap ketidak sukaan luar biasa yang dipancarkan mata zee ka arah dokter baru yang kini sedang bergumam menatap pie
..............
Aaaaaaaaaaaaaa.........Zee menegakkan punggungnya dengan cepat, ia terlalu kenal dengan suara itu, secepat kilat ia berlari menuju kamar rawatan pie, sena menyusulnya dibelakang, sementara ia memiliki kekhawatiran lain pada kekasihnya itu
"APA YANG KAU LAKUKAN" teriakanya membahana, dengan cepat ia mencengkram bahu dokter tersebut mendorongnya dengan sekuat tenaga dan memeluk pie yang kini meringkuk ketakutan
"ternyata kau lah yang membuatnya menjalani proses penyembuhan dengan lama" mata zee membesar, tangannya mengepal
"apa kau bilang??" desisnya menatap tajam dokter yang kini berdiri menatapnya dengan sinis
Dokter itu tidak menjawab, ia menuliskan sesuatu di kertas dan menyerahkannya pada sena yang berdiri mematung
"berikan padanya" ucapnya dingin, lalu segera keluar dari ruangan itu
Sementara itu sena merasa hatinya tiba-tiba sakit melihat Zee yang tengah mendekap Pie dengan erat, ia menggeleng pelan, berusaha menyadarkan diri bahwa Pie adalah sepupu Zee, mereka sedarah
Rahang Zee mengeras begitu mengambil kertas yang tadi jeab berikan, ia meremasnya dan membuangnya begitu saja, tak pikir panjang Zee bergegas keluar dengan tangan mengepal, tak lagi menghiraukan sena yang memanggilnya gusar
Sena mengambil kertas yang telah remuk itu, Deg....hatinya mencelos, bibirnya bergetar mengulang kalimat dengan tulisan rapi tersebut
"i will take back what belong to me"
..............................
BRRAKKK......Pintu ruang kerja Jeab terhempas keras, tak sulit bagi Zee untuk menemukannya
Jeab menatap Zee dari kaca wastafel dengan tenang, ia sedang mencuci tangannya, kemudian mengeringkanya dengan santai sambil menatap zee dengan tatapan meremehkan
"apa maksudmu??" desis Zee, emosinya mulai tidak terkontrol, baru beberapa jam mereka bertatap muka tapi aura kebencian sangat terlihat di keduanya
"aku rasa kau sangat mengerti maksudku" ucap jeab sambil melemparkan tissue ke tong sampah yang ada di dekat zee, kemudian ia memasukkan kedua tangannya di saku jass dokter yang di kenakannya
"jangan main main denganku" Zee merenggut krah kemeja jeab, hingga jarak mereka hanya beberapa inci saja
Jeab terkekeh, kemudian tertawa, seolah bahwa yang di dengarnya barusan adalah hal yang sangat lucu, Zee mulai melepaskan cengkramannya dengan kening yang berkerut heran, ia melangkah mundur, seketika berfikir bahwa dokter jiwa bisa saja sakit jiwa, seperti seseorang yang sedang tertawa terbahak di depannya saat ini
Kemudian tawa Jeab tiba tiba berhenti, lalu dengan kebencian yang amat sangat terpancar di matanya ia mendekat
"aku menghabiskan seluruh waktuku untuk mencarinya, kau lihat apa yang kutemukan sekarang??" geramnya, matanya memerah marah
Zee terdiam, bungkam, setengah tidak mengerti dengan apa yang dikatakan dokter muda di depannya, ia berusaha menggali memory terkelamnya, tapi nihil, ia tidak menemukan apapun
Jeab berpaling, memejamkan matanya, mencoba mengatur amarahnya sendiri
"kau bisa keluar jika sudah selesai denganku" ucapnya datar menuju meja kerjanya, tanpa menghiraukan zee yang berdiri mematung disana
............................
Wkwkwkwkwwkw singkat ya??? Sengaja.......Kabuuuurrrrrrr
hahaha...becanda....Ide gw beneran mentok disana, isi di kepala sih banyak, tapi ngga bisa nuangin ke tulisan, kan kalo tuangin ke tulisan ntar kepala gw kosong (dilarang esmosi loh yaaaaa)
eh guys, siapa yang mau aja sih, kasih idenya dong, untuk cerita selanjutnya seperti apa, kasih masukan ke gw maksudnya, pasti gw pertimbangkan, mudah mudahan bisa melancarkan ide ide gw yang ngga seberapa
Have a Nice Day Guys...please send some love for me, believe me i need that hohohohooo
KAMU SEDANG MEMBACA
KIM PIE
FanfictionNama ku KIM, aku seorang pelukis cahaya,..pelukis cahaya???,.ahh,.masa kalian tidak tau, ya fotographer,.aku seorang fotographer,..tapi aku lebih senang disebut dengan pelukis cahaya,..aku menyukai senja, warna yang sempurna menurutku,..jingga...ahh...