"Bisakah kau kesini??" ada nada kekhawatiran dari seseorang yang ditelpnya diseberang sana, tapi Jeab tidak menghiraukannya, ia malah mematikan panggilan itu dan perlahan merebahkan tubuhnya disofa, kemudian memejamkan matanya, badannya terasa remuk
20 menit berlalu, dan Jeab nyaris tertidur ketika ia mendengar pintu apartemennya terbuka dan suara langkah kaki yang tergesa menujunya
Perempuan itu perlahan mendekati Jeab yang berusaha duduk, jeab tersenyum yang lebih kepada meringis menahan sakit diujung bibirnya
"Tidak apa, hanya sedikit pemanasan" ucapnya terkekeh letih, menjawab tatapan pertanyaan dari seseorang yang tengah menatapnya khawatir, pemanasan yang keterlaluan batinnya
..................
Flash Back
"kau bisa keluar jika sudah selesai denganku" rahang zee mengeras, tangannya mengepal menghadapi sikap dokter muda yang baru dikenalnya itu
"Bangsat....jangan main main denganku" zee meraih belakang kemeja Jeab, lalu melemparkan Jeab ke dinding, Jeab yang tanpa persiapan terhempas begitu saja ke dinding dengan keras
Jeab mendengus marah, dengan tak kalah keras ia menendang perut zee yang sudah bersiap siap akan mencengkram krah bajunya
Zee terjungkal menghantam meja kerja Jeab, Ruangan sempit itu kini mejadi arena baku hantam yang bisa dikatakan seimbang, tidak ada yang bisa menghentikan perkelahian mereka, meskipun perawat-perawat disana sudah menjerit jerit histeris melihat keduanya babak belur, aroma kebencian menguar semakin jelas dari sorot mata masing masing
"HENTIKAN!!!!" akhirnya ada lengan kasar yang memisahkan mereka berdua, zee terengah kembali ke alam sadarnya, sementara Jeab tidak jauh beda, ia mengusap ujung bibirnya yang mengeluarkan darah
"Kau memalukan" Zee hanya bisa menatap punggung lebar yang berlalu meninggalkannya dengan perasaan marah dan kecewa, dan tatapan zee bertemu dengan mata Sena yang telah basah
Zee hanya sanggup menghela nafas ketika tubuh Sena yang gemetar berlalu meninggalkannya dengan raut muka yang sulit diartikan
Zee menatap sekeliling, semua menatapnya denga tatapan yang sulit diartikan, selama ia menemani Pie, para dokter dan perawat cukup segan padanya, karna pembawaannya yang sopan, tapi melihatnya penuh amarah seperti ini, semua pasti mengira bahwa dia yang mencari gara gara dengan dokter baru tersebut
.......................
"Awww....." Jeab meringis menahan perih di sudut bibirnya ketika Sara membersihkan luka terakhirnya, Jeab merasa seluruh mukanya kebas, membengkak
"kau marah??" Sara tidak menjawab, ia sibuk membereskan peralatan, mengumpulkan kapas kapas yang ia gunakan untuk membersikan sisa darah yang mengering
"Heii" Jeab meraih tangan Sara, otomatis gerakannya terhenti, Sara terdengar mengambil nafas yang dalam, kemudian menoleh ke arah Jeab
"Biar aku bereskan ini dulu, kau buka kemejamu " Jawabnya, Jeab melepaskan tangannya, menyandarkan punggungnya disofa sambil membuka satu persatu kancing kemejanya, ia membuka kemeja dan menyisakan kaos dalam, Jeab menghela nafas pelan sambil memperhatikan Sara, ia paham betul dengan karakter sahabatnya itu
Jeab membuka mata ketika ia merasakan sapuan lembut di pipinya yang lebam
"Sudah lama sekali tidak melihatmu seperti ini" Sara setengah berbisik, matanya mulai berkaca mengusap bekas luka yang ada dipelipis Jeab, tidak jauh dari luka yang baru tadi ia bersihkan
KAMU SEDANG MEMBACA
KIM PIE
FanfictionNama ku KIM, aku seorang pelukis cahaya,..pelukis cahaya???,.ahh,.masa kalian tidak tau, ya fotographer,.aku seorang fotographer,..tapi aku lebih senang disebut dengan pelukis cahaya,..aku menyukai senja, warna yang sempurna menurutku,..jingga...ahh...